Brilio.net - Seorang wanita berusia 25 tahun mengalami kondisi medis yang mengejutkan setelah tidak buang air besar selama empat bulan. Ia datang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan perut sakit dan kembung yang tak kunjung reda.
Dilansir dari The Sun, pemeriksaan dokter menunjukkan bagian bawah perutnya terasa sangat keras, bahkan ketika ditekan bisa meninggalkan bekas lekukan. Kondisi ini ternyata dipicu oleh penyumbatan feses dalam jumlah besar yang menumpuk di usus.
BACA JUGA :
Pasangan pengantin di Pati ini jadikan aksi demo sebagai latar foto pernikahan, intip 7 potretnya
Kasus tersebut kemudian ditangani tim medis yang menemukan usus besar pasien memiliki ukuran abnormal. Ususnya melebar hingga 15 sentimeter dan penuh dengan tinja yang sudah lama mengeras.
Temuan medis itu dicatat dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Cureus. Dokter menggambarkan betapa sulitnya melakukan tindakan pemeriksaan karena tinja pasien terlalu padat dan keras.
"Pada bagian distal kolon sigmoid, endoskopis tidak dapat melanjutkan kolonoskopi karena keterbatasan visibilitas akibat tinja yang keras, dan tidak ada upaya pelunakan dengan lavage yang mampu menggerakkan tinja tersebut," tulis laporan tersebut, dikutip brilio.net dari The Sun, pada Rabu (3/9).
BACA JUGA :
Kreatif pol, WNI ini buat toko kelontong keliling khusus produk asal Indonesia di Jepang
foto: Freepik.com
Dokter yang menangani juga menyebut prosedur manual tidak bisa dilakukan sepenuhnya. Tinja yang menumpuk sangat keras sehingga penanganan harus dihentikan sementara.
"Selain itu, praktisi tidak dapat menjangkau area tersebut secara manual sehingga prosedur harus dihentikan," lanjutnya.
Kondisi pasien membuat ususnya terlihat membesar secara signifikan. Dokter menggambarkan tekstur tinja yang dikeluarkan menyerupai tanah liat basah dan padat.
"Dokter mencatat usus besarnya mengalami pelebaran yang signifikan dan tinjanya menyerupai tanah liat yang padat/basah," imbuhnya.
Pasien kemudian menjalani prosedur manual disimpaction, yakni pengeluaran tinja keras dengan bantuan bius. Proses ini bahkan harus dilakukan beberapa kali karena jumlah kotoran yang menumpuk sangat banyak.
Untuk membantu pencernaan, pasien diberikan diet cair murni. Selain itu, ia juga diminta mengonsumsi pencahar Miralax setiap hari dan larutan pembersih usus GoLYTELY dalam jumlah besar.
foto: www.thesun.co.uk
Selama dirawat, pasien berhasil buang air besar hingga 21 kali. Berat badannya turun drastis, dari 58,4 kilogram menjadi sekitar 54 kilogram.
Kasus ini bukan pertama kalinya ia berjuang melawan sembelit. Sejak kecil, pasien sudah memiliki riwayat konstipasi kronis dan pernah menjalani berbagai perawatan, mulai dari enema mingguan hingga pengeluaran manual di rumah sakit.
Ia sempat berhenti mengonsumsi obat pencahar karena merasa kondisinya membaik. Namun, penghentian pengobatan itu membuat masalah sembelitnya kembali parah hingga berujung darurat medis.
Sebelum datang ke rumah sakit, ia mengaku sudah berminggu-minggu menahan sakit tanpa bisa buang air besar. Obat bebas, pencahar, maupun enema tidak lagi membantu mengurangi gejala.
Selama periode itu, ia hanya sesekali mengalami kebocoran tinja cair. Fenomena tersebut disebut dokter sebagai gejala umum dari penyumbatan feses.
Setelah perawatan intensif, pasien dipulangkan dengan anjuran kontrol ke bagian gastroenterologi. Namun, ia tidak kembali untuk pemeriksaan lanjutan seperti yang dijadwalkan.