Brilio.net - Orangtua adalah panutan utama bagi anak. Segala tindakan orangtua sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Yuni (26) adalah salah satu anak yang mengalami rasa trauma mendalam yang dibawa hingga dewasa akibat perbuatan orangtuanya di masa lalu.

Yuni bercerita kepada brilio.net melalui layanan story telling 0-800-1-555-999, Selasa (22/12), bahwa dirinya benar-benar bimbang saat tawaran menikah itu datang berkali-kali dari pacarnya. "Saat ini saya dilanda kebimbangan, ini adalah kelima kalinya pacar saya melamar saya semenjak kami pacaran selama 7 tahun dan saya masih ragu untuk menjalin hubungan yang lebih serius," ujarnya.

Dia dan pacarnya telah menjalin hubungan dekat dari lulus sekolah menengah atas (SMA). Penolakan yang selalu disampaikan oleh Yuni saat dilamar oleh pacarnya bukan karena dia tidak mencintai lelaki asal Bandung itu. Tetapi rasa trauma masa kecil masih membekas di benak Yuni, sehingga menjalin komitmen pernikahan adalah hal yang butuh pertimbangan lebih lama baginya.

"Saya pernah ketakutan di bawah meja makan saat kami makan papa tiba-tiba marah dan melempar piring ke arah tubuh mama, bahu mama saat itu terluka," lanjut wanita lulusan Ilmu Komunikasi salah satu universitas swasta di Bandung itu.

Kejadian yang berlangsung sata Yuni berusia 7 tahun itu sangat membekas di pikirannya. Setelah peristiwa itu, papa dan mamanya memilih bercerai. Yuni hidup bersama mamanya. Semasa kecil dia sangat membenci ayahnya, meski rasa benci itu mulai berkurang saat ini. Tapi kejadian masa lalu masih membayanginya.

Terkadang Yuni merasa bersalah kepada pacarnya yang sudah sangat sabar menghadapinya dan tidak hentinya menyampaikan maksud baiknya untuk mempersunting Yuni. Namun sekali lagi wanita ini sulit mengurangi rasa takutnya terhadap pernikahan.