Brilio.net - Menjadi atlet belakangan ini merupakan salah satu pilihan profesi yang cukup bagus, dengan catatan bisa menorehkan prestasi mentereng. Penghasilan dari kejuaraan bisa sangat membantu perekonomian. Ini pula yang dirasakan Bayu, atlet panjat dinding asal Sleman, DI Yogyakarta.

Bayu telah berhasil meraih banyak gelar bergengsi, mulai dari tingkat lokal, nasional, hingga internasional. Beberapa di antaranya adalah medali emas dan perak di Asian Youth dan Asian Sirkuit (2007), medali emas Boulder Porprov Yogyakarta (2009-2013), medali emas dan perak Boulder FPTI Jakarta (2010), medali perunggu Boulder PON Riau (2012), medali emas kejurnas FPTI Aceh (2014).

Dulu lemah & gampang mimisan, kini Bayu juara panjat dinding Asia

Sebelum mencatat prestasi mentereng, Bayu harus berjuang keras. Ada banyak aspek yang harus dia kuasai sebagai atlet panjat dinding, di antaranya keseimbangan tubuh, kekuatan otot jari, kelenturan otot tubuh, kecepatan, stamina dan keyakinan. Yang terakhir ini, kata pria berusi 27 tahun itu, adalah aspek di luar fisik yang justru penting untuk menumbuhkan semangt. Selain itu, dukungan teman, keluarga, serta orang-orang tercinta penting untuk selalu menumbuhkan semangat berjuang.

Dulu, Bayu bukan lah siapa-siapa. Sewaktu SD saja udah pindah sekolah dua kali gara-gara sering berantem. Malahan sejak SD fisiknya lemah, sering kali mimisan kalo kecapekan. Tapi ia mengaku bahwa sejak kecil ia suka dengan olahraga dan alam bebas. Sewaktu kecil ini pula, ia pernah melihat perlombaan panjat dinding di alun-alun. Ia nggak menyangka, kini ia malah jadi atlet. Awal mula menekuni dunia panjat adalah semasa SMA, sewaktu ia tergabung dalam organisasi pecinta alam.