Brilio.net - Ibu penjual sayur menatap pembeli-pembeli yang datang di warungnya, sambil memikirkan kejadian-kejadian beberapa hari yang lalu. Dia tiba-tiba teringat saat pertama kali bertemu dengan gadis lusuh yang sangat berjasa menyelamatkan hidupnya.

Pagi itu masih sekitar pukul 05.00 WIB, dia sedang duduk menjaga warung kelontongnya yang masih sepi. Dia melihat sosok gadis yang tidak biasa menurutnya. Gadis itu datang ke warungnya dengan pakaian kusut, lusuh dan rambut acak-acakan yang membuat gadis itu terlihat sangat tak terurus.

Ibu penjual sayur pun berkata dalam hati, "Ini pasti tipe cewek-cewek yang nggak jelas," katanya.

Gadis itu rupanya hanya membeli beberapa makanan kecil dan rokok saja. Penjual sayur semakin yakin gadis itu bukan gadis baik-baik.

Setelah membayar belanjaannya, gadis itu pun berpamitan, "Mari Bu, terima kasih," pamit gadis itu. Namun penjual sayur hanya diam saja, enggan membalasnya.

Selang beberapa jam kemudian, banyak orang datang yang mulai datang berbelanja ke warungnya. Penjual sayur pun menceritakan kejadian tentang gadis lusuh yang membeli rokok di warungnya pagi tadi. Tentunya dengan dibumbui sedikit cerita agar lebih menarik untuk diceritakan kepada para pembelinya.

Pagi kedua, gadis itu datang lagi ke warungnya agak lebih awal daripada kemarin. Penjual sayur memperhatikan dengan curiga. Gadis itu dengan cepat mengambil bayam, tempe dan bumbu dapur, lalu memberikan kepada si ibu penjual sayur tersebut.

Sementara penjual sayur memasukkan belanjaaan ke kantong plastik, sang gadis terlihat mulai menyalakan rokoknya dan memegang-megang botol kecap. Si penjual sayur pun mulai curiga. "Pasti dia mau mencuri kecap, mau mengalihkan perhatian sembari aku menghitung dan memasukkan belanjaannya ini," ujarnya dalam hati.

"Bu, saya tambah kecapnya sekalian ya. Jadi total semuanya berapa? Ini tambah satu botol aja," kata si gadis ramah sambil mengeluarkan dompet lusuh dari tas kecilnya.

Penjual sayur langsung terdiam karena apa yang dipikirkannya ternyata salah. Ketika penjual sayur selesai menghitung belanjaan gadis itu, datang seorang pemuda dengan pakaian rapi dan memakai kacamata hitam. Ibu penjual sayur pun langsung menanyainya dengan sopan. Berbeda drastis ketika penjual sayur meladeni si gadis itu kemarin.

Rupanya pemuda ganteng itu hanya sekadar menanyakan beberapa barang saja. Sementara itu, usai membayar belajaannya, si gadis langsung buru-buru pergi meninggalkan warung.

Selang beberapa menit, sang gadis yang belum terlalu jauh meninggalkan warung mendengar teriakan keras dari warung itu. Dia pun langsung berlari kembali ke sana, dan ternyata melihat sang pemuda sudah menutup mulut si penjual sayur dan mengancamnya dengan sebilah pisau. Ya, ternyata pemuda berpenampilan necis itu perampok. Dia ingin si penjual sayur cepat memberikan uang cash sebanyak-banyaknya.

Tak banyak yang bisa dilakukan oleh sang gadis. Pemuda itu juga sempat mengancam si gadis untuk diam dan tak berteriak. Wajar saja, di sekitar warung sebenarnya adalah pemukiman padat penduduk. Namun karena pada saat itu masih pukul 04.00 WIB, tentu saja masih sangat sepi aktivitas warga.

Tanpa basa-basi, ketika tahu si pemuda sedang lengah, sang gadis langsung menjatuhkan belanjaannya dan melempar kepala si pemuda memakai botol kecap yang dibelinya tadi. "Ah!" teriak si pemuda karena kepalanya langsung banyak mengeluarkan darah segar. Pemuda itu terhuyung-huyung dan terlihat lemas.

Dengan cepat si gadis langsung menarik lengan ibu penjual sayur dan mengajaknya berlari meninggalkan warung. Mereka pun kemudian berteriak keras agar warga sekitar keluar dari rumahnya masing. "Tolong, tolong! Ada perampok!".

Beruntung tak jauh dari lokasi rupanya ada mobil patroli polsek setempat. Tak sampai lima menit, para anggota polisi yang sudah diberi tahu oleh si gadis langsung mendatangi warung dan menangkap pemuda itu. Warga-warga sekitar pun mulai berdatangan dan membantu si ibu penjual sayur untuk merapikan kembali warungnya. Sedangkan si gadis harus ikut ke kantor polisi karena akan dimintai keterangan.

Keesokan paginya lagi, ibu penjual sayur tetap membuka warung kelontongnya seperti biasa. Namun hingga pukul 06.00 WIB, si gadis tak kunjung datang berbelanja lagi. Penjual sayur itu mulai gelisah. Dia ingin mengucapkan terima kasih dan meminta maaf karena selama beberapa hari ini sudah berprasangka buruk kepada gadis itu.

Berhari-hari ditunggu, si gadis tetap tak datang juga ke warung untuk berbelanja lagi. Ibu penjual sayur pun mendapat cerita dari para warga sekitar. Rupanya sang gadis sudah pindah ke kota lain dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah S2. Usut punya usut, rupanya si gadis itu adalah mahasiswi lulusan senirupa di sebuah universitas ternama. "Pantas saja, dandanannya nyentrik," kata si ibu penjual sayur sambil bercanda kepada para pembeli lainnya.

Tak lama kemudian, datang seorang kakek tua ke warungnya. Kakek itu mulai menanyakan aneka sayuran segar. Sang ibu penjual sayur pun menghela nafas dan tersenyum. "Bagaimana pun juga pembeli adalah raja. Ya harus aku layani dengan baik," gumamnya dalam hati.

Apa yang dapat kamu petik dari cerita di atas? Setelah melihat cerita tentang penjual sayur, gadis dan pemuda, kebanyakan masyarakat selalu melihat sesuatu hanya dari luarnya saja. Ya kan?

Seharusnya masyarakat lebih bisa memahami pepatah kesohor, 'don't judge a book by it's cover'. Kamu tidak bisa melihat kualitas sebuah buku hanya dari sampulnya. Sebelum kamu membacanya kamu tidak akan tahu kualitas buku itu. Janganlah kita memandang seseorang hanya dari penampilannya saja. Kalau kamu melihat orang hanya dari penampilannya saja berarti kamu orang-orang yang merugi, sebab pola pikirmu juga pendek.

Seperti ibu penjual sayur yang menganggap gadis itu bukan perempuan baik-baik, ternyata malah gadis itu yang menolongnya. Pemuda rapi yang disapa dengan ramah ternyata malah mau merampoknya.