Brilio.net - Mencontek atau berbuat curang memang dekat dengan dunia pendidikan sejak lama. Bahkan, banyak siswa yang menggunakan cara ini untuk mendongkrak nilai.

Akan tetapi apa sebenarnya yang membuat seseorang suka mencontek? Apakah karena sistem penilaian? Seorang ahli dari University of Texas, Austin, Amerika serikat mengungkapkan bahwa hormon ternyata mempengaruhi seseorang untuk melakukan aksi kecurangan termasuk mencontek sebagaimana dikutip brilio.net dari Eure Alert, Kamis (30/7).

Untuk membuktikannya, para ahli tersebut merekrut 117 orang untuk menyelesaikan soal matematika. Setelah selesai mengerjakan soalnya, mereka mendapatkan tugas untuk mengoreksi hasil pekerjaannya sendiri. Semakin banyak jawaban yang benar, semakin banyak pula hadiah (uang) yang diberikan kepada orang tersebut.

Dalam penelitian ini, sang ahli menganalisis hormon melalui uji air ludah mereka baik sebelum maupun setelah mengerjakan soal matematika. Melalui metode ini, ternyata sistem hormon bisa mempengaruhi tindakan mencontek dalam dua tahap.

Tahap pertama adalah kenaikan level hormon membuat seseorang cenderung untuk mencontek. Sedangkan perubahan hormon juga mempengaruhi selamanya aksi mencontek berlangsung.

Sang peneliti menjelaskan bahwa ada dua hormon yang aktif saat mencontek yakni, testosteron (hormon seks pada pria) dan cortisol (hormon stres). Saat level testosteron meningkat, maka seseorang akan lebih ambisius untuk mendapatkan hadiah karena melakukan sesuatu (bisa nilai atau hal yang lain). Sedangkan meningkatnya cortisol menyebabkan orang stres. Wajar saja dorongan untuk mencontek itu muncul.

Meningkatnya kedua level hormon itulah yang menyebabkan orang untuk melakukan tindakan curang. Riset ini mengungkap bahwa kebiasaan mencontek bisa dihindari dengan mengurangi jumlah salah satu hormon tersebut.