Brilio.net - Setiap orang bercita-cita menyelesaikan pendidikan hingga sarjana dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Kenyataannya, angka pengangguran dari lulusan sarjana di Indonesia masih tinggi dan terus meningkat dalam satu dekade terakhir.

Berdasarkan data Satu Data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) yang dihimpun oleh BPS, pada Agustus 2024 jumlah pengangguran dari lulusan sarjana mencapai 842.378 orang. Fenomena ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kesenjangan keterampilan, overpopulasi lulusan di bidang tertentu, kurangnya pengalaman kerja hingga kondisi ekonomi yang tidak stabil.

Persaingan kerja yang ketat di Indonesia membuat seorang pria memutuskan untuk mencari peluang di luar negeri. Alih-alih bekerja di kantor, ia memilih menjadi petani di Jepang demi jaminan finansial yang lebih baik.

"Jadi petani di negara luar ternyata lebih terjamin finansialnya daripada di negara sendiri," ujarnya dikutip dari akun TikTok @isuul14, Kamis (13/3).

pria ini kabur jadi petani muda di Jepang  TikTok

foto: TikTok/@isuul14

Lulusan sarjana pertanian ini bekerja di Jepang melalui jalur Tokutei Ginou (TG). Program ini merupakan skema kerja yang ditujukan bagi tenaga asing dengan keterampilan tertentu, termasuk di bidang pertanian, untuk bekerja di Jepang dengan kontrak yang lebih panjang dan fasilitas yang lebih baik dibandingkan program magang teknis biasa.

Peserta jalur TG harus memenuhi syarat tertentu, seperti lulus ujian keterampilan dan bahasa Jepang minimal N4. Keunggulan dari jalur ini adalah kesempatan bekerja hingga lima tahun dengan kemungkinan perpanjangan atau bahkan jalur menuju izin tinggal permanen.

Keputusan untuk merantau ke Jepang bukan tanpa alasan. Latar belakang ekonomi yang sulit membuatnya harus mencari peluang di negeri orang demi kehidupan yang lebih baik.

"1 kata pengingat kenapa kerja di Jepang: 'Anake wong ra nduwe'," ungkapnya.

pria ini kabur jadi petani muda di Jepang  TikTok

foto: TikTok/@isuul14

Hasil kerja kerasnya di Jepang membuahkan pendapatan yang cukup besar, mencapai Rp20 juta per bulan. Meskipun begitu, ia mengakui bahwa gajinya tidak selalu stabil karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

"Yang namanya kerja di pertanian, kerjaan itu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan," katanya.

Pekerjaan di sektor pertanian tidak selalu stabil sepanjang tahun. Perubahan musim sangat memengaruhi jumlah pekerjaan yang tersedia bagi para pekerja di Jepang.

"Kalau musim dingin sedikit kerjaan, kalau musim panas banyak kerjaan," tambahnya.

pria ini kabur jadi petani muda di Jepang  TikTok

foto: TikTok/@isuul14

Meski begitu, ia merasa betah jadi petani di Jepang karena penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Lingkungan kerja yang disiplin dan sistem pertanian yang lebih maju membuatnya semakin nyaman menjalani profesinya.

Kisahnya pun mendapat berbagai respons dari warganet yang turut merasakan realitas sulitnya dunia kerja. Ada pula yang mengingatkan bahwa terkadang demi bertahan hidup, gengsi harus dikesampingkan.

"Hidup kadang tidak sesuai rencana... tetap semangat saja," tulis akun @laa_iyoo.

"Karena itu jalannya kamu mendapatkan rezeki yang berkah dan barokah, kalau kuliah itu gelarnya," komentar @el_1485sooo.

"Ternyata banyak ya yang sarjana sampai terdampar ke negeri orang," kata @hlinaana

"Kalo nurutin gengsi kita yang nggak makan," ujar @n3konok3n.