Brilio.net - Setiap orang tentu bermimpi untuk hidup bercukupan. Tanyalah pada semua orang, adakah dari mereka yang mau untuk hidup dalam kondisi kekurangan?

Namun takdir Tuhan kadang harus membuat kita menerima atas apa yang menjadi kehendaknya. Sekaligus bersyukur kita masih bisa makan tiga kali sehari. Karena di luar sana masih banyak orang yang untuk sekadar makan sekali sehari saja kesulitan.

Seperti kisah kakek renta yang masih harus bekerja keras menjajakan abu gosok dan bola-bola kecil di wilayah dekat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta yang diceritakan Fauziah Ulfa di akun Facebooknya.

Dituturkan Ulfa, ia beberapa kali melihat kakek renta yang menurut pengakuan si kakek sendiri, tinggal bersama anaknya di Cikarang, Jawa Barat. Cukup jauh dari tempatnya menjajakan dagangannya seharga Rp 3 ribu dan Rp 5 ribu tersebut.

"Pagi ini, ketika ingin berangkat ke kampus. Saya bertemu kakek ini sedang duduk di pinggir jalan dengan lemahnya. Sontak saya berhenti, berniat membeli se-plastik abu gosok untuk membantunya. Sebab jika saya hanya memberinya uang, saya takut beliau tersinggung," tulis Ulfa seperti dikutip brilio.net dari akun Facebooknya, Jumat (2/6).

Kakek UIN © 2017 facebook.com/ulfafauziah.tupa

Ia terkejut karena dagangan yang dijajakan kakek tersebut harganya 'cuma' Rp 3.000 dan Rp 5.000.

"Saya terdiam, untuk seplastik abu gosok beliau hanya menjual 3000 rupiah. Benar-benar nominal yang tidak ada apa-apanya untuk jaman sekarang. Saya pun bayar, memberi dengan lebih berniat bukan untuk menganggapnya peminta2 tapi karna simpati saya sebagai manusia (bukan utk riya hanya berbagi kisah)," lanjutnya.

Ulfa kemudian menggunakan kesempatan itu untuk menanyakan mengapa sang kakek terlihat sangat lemah. Ia hampir meneteskan air mata ketika mendengar pengakuan jujur kakek yang yang tak diketahui namanya tersebut.

"Perut saya sakit neng, selama puasa nggak pernah makan karena gak ada apa-apa di rumah. Sahur sama buka cuma pake air putih aja," urai Ulfa menirukan ucapan si kakek.

Meski begitu, kakek renta tersebut tetap menjalankan ibadah puasa. Kerja kerasnya dan kemauannya menjalankan apa yang menjadi perintah agama membuat Ulfa tertampar.

"Tangis saya tertahan, saya merasa tertampar pagi ini. Beliau sudah se-tua itu, masih sanggup berpuasa. Masih sanggup bekerja. Saya yang se-muda ini, masih sering mengeluh, masih sering menyepelekan makanan sdgkan kakek tersebut, untuk makan pun susah. Pak, semoga hari ini Allah memberimu rezeki yg berlimpah dan semoga ibadah puasamu beberapa hari ini di terima oleh Allah," tutupnya.