Cinta Laura baru-baru ini mengungkapkan pendapatnya tentang isu tambang nikel yang dituding merusak keindahan alam Raja Ampat. Dalam sebuah video berdurasi 4 menit, ia mengekspresikan kemarahannya terhadap dugaan perusakan lingkungan di lokasi yang dikenal sebagai "surga terakhir di Bumi."

"Maaf, guys. Gue emosi banget. Berapa nilai satu nyawa manusia? Apakah satu tambang? Satu kapal pesiar? Satu deal strategis?" kata Cinta Laura. 

Cinta juga mempertanyakan apakah para pelaku bisnis ini masih ingat wajah-wajah orang yang dikorbankan, yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena kerusakan yang ditimbulkan.

"Raja Ampat adalah satu dari sedikit surga yang tersisa di dunia, namun saat ini, perusahaan-perusahaan tambang merusak hutan, mencemari air, dan menghancurkan terumbu karang demi nikel untuk mobil listrik," ujarnya.

"Katanya ini kemajuan. Tapi kemajuan untuk siapa? Coba tanya mama-mama di Papua yang kesulitan mencari air bersih untuk anak-anak mereka. Coba tanya nelayan yang pulang dengan jaring kosong," tegasnya. 

Cinta menekankan bahwa harga sebenarnya dari tambang ini bukan hanya ton logam yang diambil, tetapi juga hilangnya cara hidup dan budaya masyarakat setempat.

"Kenapa ini terus terjadi? Banyak faktor yang tidak bisa dijelaskan dalam satu video ini, tapi salah satu hal yang ingin aku bahas adalah moral disengagement. Kita membenarkan yang tidak bisa dibenarkan demi pembangunan nasional. Cuma pulau kecil? Yang lain kan masih ada," tuturnya.

"Dari sana, keserakahan tumbuh pelan-pelan, dibungkus jargon patriotisme. Apa yang awalnya hanya kompromi kecil soal etika, lama-lama jadi hal biasa, sampai akhirnya seluruh ekosistem dan budaya pun dikorbanin tanpa rasa malu," jelasnya. 

Cinta Laura juga menyebutkan bahwa ini bukan hanya kegagalan kebijakan, tetapi juga "kegagalan hati nurani." Dia menyoroti dampak kesehatan masyarakat yang terkena dampak dari aktivitas tambang.

"Saat generasi selanjutnya bertanya kepada kita, kenapa hidup makin sulit? Kalian mau jawab apa?" tegasnya. 

Dia mengingatkan bahwa Raja Ampat bukan sekadar pulau, tetapi sebuah peringatan. "Kalau kita diam, apa lagi yang akan mereka rebut? Kita masih punya pilihan. Bersuara sekarang atau menjelaskan suatu hari nanti?"

Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mencabut empat izin usaha pertambangan (IUP) di wilayah Raja Ampat setelah mempertimbangkan masukan dari masyarakat dan temuan pelanggaran lingkungan. Empat perusahaan yang izin tambangnya dicabut adalah PT Anugerah Surya Pratama, PT Nurham, PT Mulia Raymond Perkasa, dan PT Kawei Sejahtera Mining. Satu perusahaan lainnya, PT GAG Nikel, tidak termasuk dalam pencabutan karena berstatus kontrak karya.

"Kami rapat dengan Pemda untuk mendengarkan aspirasi masyarakat. Mereka meminta agar empat IUP yang masuk dalam kawasan geopark dipertimbangkan," ungkap Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.