Brilio.net - Masih segar di ingatan film Penyalin Cahaya memborong banyak penghargaan Piala Citra Festival Film Indonesia 2021 pada November lalu. Salah satu yang menarik perhatian ialah Pemeran Utama Pria Terbaik yang disabet aktor muda Chicco Kurniawan.

Selain bangga atas apresiasi tersebut, aktor kelahiran 16 Mei 1994 itu percaya bahwa film merupakan sebuah kolaborasi. Tanpa adanya para produser, sutradara, para pemain, dan kru lain, dia tak akan jadi apa-apa.

Akting sudah menjadi jalan hidup bagi Chicco, bukan sekadar hobi maupun pekerjaan. Bahkan akting memberinya banyak pembelajaran hidup.

"Apa (akting) buat aku tuh the way of life gitu. Banyak banget dalam hidup aku yang aku diselametin sama akting. Maksudnya gimana? Sesimple ini, dulu tuh aku merasa orang paling bener sedunia. Aku ngrasa paling 'Oh, ini value yang paling bener, nih. Kalian semua salah, nih' gitu. Tapi karena kenal akting, aku ngerasa harus punya empati terhadap sebuah karakter. Aku ngerasanya makin tahu banyak hal, makin nggak tahu. Jadi nggak mau nilai orang cepet gitu," papar Chicco saat berkunjung ke kantor brilio.net belum lama ini dalam rangka kunjungan media atas film terbarunya, Kadet 1947.

Chicco Kurniawan dan akting yang menjadi penyelamat hidup © 2021 brilio.net

Chicco Kurniawan dan akting yang menjadi penyelamat hidup
© 2021 brilio.net/Ivanovich Aldino

Setelah berakting dalam berbagai judul film, sinetron, serial web, FTV, bahkan teater, Chicco merasa bahwa peran-peran yang selama ini ia bawakan memiliki kesan masing-masing.

"Setiap karakter nggak bisa dibilang baik, nggak bisa dibilang jahat. Karena, tiap orang punya kebenarannya sendiri. Misalnya aku dapat peran let say maling. Kan, ada tekanan yang bikin sampai melakukan itu. Mungkin memang dia doyan maling tapi itu kan bisa dicari ada apa, sih?" lanjutnya.

Dari sekian banyak peran yang ia mainkan, Chicco mengaku semuanya membekas pada pribadinya. Namun, ada beberapa peran yang bagi Chicco terasa 'jauh' dengan karakter aslinya sehingga membuatnya belajar memahami latar belakang karakter yang ia perankan.

"Kayak aku pernah jadi ... perannya punya seksualitas yang berbeda. Dia LGBTQ. Terus mau nggak mau harus tahu kenapa? Sementara sexuality itu spektrum, nggak bisa ditentuin. Kan kalau misalnya gender, kamu perempuan, aku laki-laki. Buat aku jadi kayak sesimple, kenapa ada diskriminasi (terhadap mereka)? Ya, kan ini ngomongin manusia, bukan seksualitas. Itu menurutku secara pribadi," jelas pemeran Doelrachman dalam Kadet 1947 tersebut.

Chicco Kurniawan dan akting yang menjadi penyelamat hidup © 2021 brilio.net

Chicco Kurniawan dan akting yang menjadi penyelamat hidup
© 2021 brilio.net/Ivanovich Aldino

Masih banyak karakter yang ingin dijajal Chicco. Baginya, orang kembar sekalipun memiliki kepribadian berbeda. Ia pun ingin mencoba semua karakter akting serta menggali setiap detailnya.

Seakan akting sudah mendarah daging dalam dirinya, Chicco memilih memosisikan seni peran sebagai sesuatu yang ia nikmati, bukan ajang membuktikan diri.

"Soalnya buat aku, kita kerjanya di seni peran, ya namanya seni, nggak ada bagus jelek, nggak ada siapa yang lebih better gitu. Tapi seni ya udah seni aja gitu. Nggak ada yang lebih bagus. Itu apresiasi aja, bukan kompetisi. Jadi (buat Sobat Brilio yang start di dunia akting) yang semangat belajar aktingnya, orangnya, manusianya, belajar hidup orang, berempati," pungkas Chicco menutup perbincangan dengan brilio.net.