Brilio.net - Semakin banyak anak muda dari Generasi Z yang secara sadar meninggalkan smartphone mereka dan beralih ke ponsel jadul. Fenomena ini bukan sekadar nostalgia, tapi bagian dari upaya untuk mencari ketenangan, meningkatkan fokus, dan mendapatkan kembali kontrol atas hidup mereka.
Melansir dari Washington Times, tren ini terekam dalam laporan terbaru dari jurnal ilmiah Partners Universal Innovative Research Publication, yang mencatat lonjakan penjualan ponsel konvensional sebesar 148 persen di kalangan usia 18 hingga 24 tahun antara 2021 dan 2024. Dalam periode yang sama, penggunaan smartphone di kelompok usia ini justru turun sebesar 12 persen.
Para ahli menyebut pergeseran ini sebagai bentuk diet dopamin, yakni usaha sadar untuk menjauh dari sumber stimulasi berlebih.
foto: Shutterstock.com
“Smartphone memicu respons kimia di otak yang mirip dengan alkohol atau narkoba. Melihat layar untuk merasa lebih baik menciptakan siklus adiktif, dan pada akhirnya menyebabkan perasaan cemas, tertekan, dan kesepian,” jelas Profesor psikologi di New York Institute of Technology, Melissa DiMartino, dikutip brilio.net pada Sabtu (7/6).
Menurut Melissa, ketertarikan anak muda pada ponsel jadul seperti ponsel lipat juga mendapat dorongan dari tren media sosial, khususnya TikTok, lewat tagar seperti #bringbackflipphones. Nostalgia berubah menjadi simbol keren dan resistensi terhadap tekanan digital.
Disambut Hangat Produsen
Sejumlah produsen ponsel konvensional menikmati peningkatan permintaan. HMD Global, pembuat Nokia 3310, menyatakan bahwa sejak peluncuran ulang produk tersebut pada 2017, penjualannya melonjak dua kali lipat hingga 2023. Perusahaan Punkt, yang memasarkan perangkatnya sebagai ponsel minimalis, juga mengalami peningkatan penjualan.
Menariknya, Gen Z kini menjadi satu-satunya kelompok usia yang secara statistik berhasil mengurangi jejak digital mereka. Laporan tahun 2024 dari PYMNTS Intelligence menunjukkan bahwa jumlah perangkat terhubung yang dimiliki Gen Z turun dari 5,3 pada 2019 menjadi hanya 5,0 pada 2023, saat rata-rata nasional justru naik. Motivasinya beragam, tapi umumnya berakar pada tekanan sosial yang ditimbulkan oleh keharusan untuk selalu tersedia.
Seorang produser musik Gen Z yang dikenal sebagai Surya Sen, Rana Ali menggambarkan perasaan frustrasinya.
foto: Pixabay.com
“Saya selalu benci harus siap sedia untuk semua orang. Jika Anda tidak langsung membalas pesan WhatsApp, orang menganggap ada yang salah,” ungkapnya.
Pernyataan ini mencerminkan kelelahan kolektif atas ekspektasi digital yang tak berkesudahan. Dari sisi kesehatan mental, keputusan Gen Z untuk mengurangi ketergantungan pada smartphone mendapat dukungan ilmiah.
Tak hanya itu, penelitian yang diterbitkan tahun 2025 di jurnal PNAS Nexus menunjukkan bahwa memblokir akses internet seluler, namun tetap membolehkan panggilan dan SMS, secara signifikan meningkatkan kesehatan mental, konsentrasi, dan kesejahteraan umum.
Dalam percobaan tersebut, 91 persen peserta melaporkan perasaan lebih baik setelah dua minggu tanpa koneksi internet di ponsel mereka.
Bentuk Komunitas
foto: Shutterstock.com
Di New York, sekelompok remaja bahkan membentuk 'Luddite Club', komunitas yang secara aktif menjauhi teknologi. Setiap minggu, mereka berkumpul di Prospect Park, Brooklyn untuk melukis, membaca, dan mengobrol semuanya tanpa kehadiran ponsel.
Selain itu, Amanda Hanna-McLeer, mantan guru dan sekarang pembuat film dokumenter tentang komunitas tersebut, melihat fenomena ini sebagai refleksi dari penyalahgunaan teknologi yang masif.
“Kita tidak sedang menggunakan teknologi, kita sedang disalahgunakan olehnya,” katanya kepada CBS News.
Dan anak muda tampaknya menyadarinya. Menurut survei Harris Poll 2024 yang melibatkan 1.006 Gen Z usia 18–27 tahun, lebih dari 20 persen berharap ponsel pintar tidak pernah ditemukan. Hampir separuh responden mengatakan mereka berharap platform seperti TikTok, Snapchat, dan X (dulu Twitter) tidak pernah ada.
Beberapa anak muda bahkan memilih untuk benar-benar melepaskan diri dari teknologi. Caleb, remaja 19 tahun dari Iowa, mengemas ponsel pintarnya dalam kotak kardus, membungkusnya dengan tiga lapis lakban, dan menyimpannya. Kini, ia hanya membawa ponsel flip, buku catatan, dan pemutar MP3.
foto: Pixabay.com
"Menulis jurnal lebih personal dan terasa emosional, katanya.
Langkah serupa diambil oleh August Lamm, pelukis asal New York dan influencer Gen Z, yang berhenti menggunakan smartphone sejak 2022.
“Saya masih sesekali butuh arahan atau buku audio, jadi kadang kembali menggunakannya, tapi saya tidak ingin tergantung,” katanya kepada NPR.
Lamm bahkan membuat panduan bergambar untuk menginspirasi orang lain mengikuti jejaknya dan kini ia berencana menyingkirkan laptop juga.
"Saat semua pilihan diambil, kita justru belajar untuk membuat keputusan yang lebih jujur," ujarnya.
Aktifkan Mode Jangan Ganggu
foto: Shutterstock.com
Pakar media digital Ari Lightman dari Carnegie Mellon University memperingatkan bahwa mode jangan ganggu di ponsel bukan solusi. Begitu ponsel dibuka, itu seperti membuka kotak Pandora. Satu tindakan memicu rentetan lainnya yang menghabiskan waktu Anda, katanya.
Sementara itu, sosiolog Caitlin Begg, pendiri organisasi Authentic Social, menyimpulkan bahwa sistem lama memberi kesempatan bagi otak untuk fokus pada satu hal.
"Kita hidup dalam dunia algoritma yang memaksa multitasking, dan itu melelahkan," jelasnya.
Namun, kembali ke ponsel konvensional juga bukan tanpa tantangan. Seorang wanita 24 tahun di Alabama mengaku kesulitan menemukan ponsel biasa yang kompatibel dengan jaringan 4G dan GPS. Meski begitu, ia tetap teguh pada pilihannya.
"Saya ingin lebih sadar terhadap dunia sekitar dan media yang saya pilih, bukan sekadar menonton atau menggulir layar tanpa henti dan kehilangan waktu yang tidak bisa saya dapatkan kembali," katanya.
Recommended By Editor
- Slow living bisa jadi gaya hidup Gen Z? Ini kata psikolog agar tak kehilangan tujuan
- Tahan banting di dunia kerja, skill receh gen Z buat fresh graduate untuk hadapi dinamika di kantor
- Tahu-tahu ngeblank dan melamun tanpa sebab? Fix lagi terkena "ngang ngong" yang lagi viral
- Apple dirumorkan ganti Dynamic Island jadi lebih kecil berkat teknologi Metalens di iPhone 17
- Daftar 10 smartphone terlaris di kuartal pertama 2025, HP budget Xiaomi ngegas lagi
- Infinix rilis HP gaming epik di bawah Rp 5 Juta, pecahkan rekor MURI main game 24 jam tanpa drop FPS





































