Lasse Stolley mengungkapkan tinggal di kereta api juga memiliki keuntungan tersendiri, karena memungkinkan kaum muda nomaden untuk mengunjungi hampir seluruh wilayah Jerman, mulai dari laut di utara hingga Pegunungan Alpen untuk mendaki, serta kota-kota yang ramai seperti Berlin dan Munich. Semuanya hanya berjarak satu perjalanan kereta api, dan dia sudah terbiasa melakukan perjalanan sekitar 600 mil per hari. Dia memperkirakan dia telah melakukan perjalanan lebih dari 300.000 mil dengan kereta api sejak meninggalkan rumah orang tuanya.

Kenali apa itu digital nomad © Freepik

foto: Instagram/@lassestolley

Namun, tentunya menjadi seorang digital nomad bukanlah hal yang semata-mata menyenangkan untuk dilakukan meskipun bisa berkeliling ke daerah manapun. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tetap bisa hidup layak, mulai dari kebersihan, manajemen keuangan yang bagus agar tidak boncos, dan perencanaan jadwal yang matang di tengah melakukan digital nomad.

“Bulan-bulan awal sangat sulit dan saya harus belajar banyak tentang cara kerjanya. Segalanya berbeda dari yang saya bayangkan,” kata Stolley.

“Setiap malam saya harus memastikan bahwa saya naik kereta malam dan terkadang saya harus menjadwal ulang dengan sangat cepat karena tiba-tiba tidak tiba.” imbuhnya.

Stolley sering nongkrong di gerbong kelas satu ketika dia tidak sedang mengerjakan laptopnya dan kebanyakan makan di lounge Deutsche Bahn di stasiun kereta api di seluruh negeri. Kebersihan pribadi sedikit lebih rumit, karena ia harus mandi di kolam renang umum dan pusat rekreasi. Karena tinggal di kereta api bukanlah hal yang ideal, dan Lasse Stolley yang berusia 17 tahun tidak merasa akan melakukan hal tersebut seumur hidupnya.