Brilio.net - Kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pasca pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya hari Sabtu, 1 Oktober 2022. Hingga Minggu siang (2/10), menurut pantauan brilio.net tragedi Kanjuruhan ini bahkan menelan korban hingga 182 orang, yang meninggal di stadion dan juga dalam perawatan di rumah sakit.

Seorang suporter Arema bernama Rezki Wahyu menceritakan momen-momen miris yang terjadi dalam tragedi Arema vs Persebaya lewat utas yang ditulis di akun Twitter miliknya @RezqiWahyu.

Kesaksian suporter tragedi kanjuruhan Berbagai sumber

foto: Twitter/@RezqiWahyu

"Tanpa mengurangi rasa respect saya kepada keluarga korban. Di sini saya mencoba menjelaskan kronologi yang saya alami secara pribadi," tulis akun tersebut.

Dalam unggahannya itu, Rezki mengatakan sebelum tragedi Kanjuruhan Malang itu situasi sebenarnya tertib sejak pemanasan hingga pertandingan akan dimulai pukul 20.00 WIB.

"Hanya terlihat suporter Arema yang melontarkan psywar (semacam ejekan) ke arah pemain Persebaya," tulisnya.

 

 

 

Pertandingan berjalan seru. Persebaya sempat unggul 2 gol sebelum dibalas 2 gol oleh tuan rumah. Skor imbang 2-2 menutup 45 menit pertama.

Lalu Rezki menceritakan kalau sempat terjadi sedikit kericuhan di tribun 12 dan 13 usai babak pertama usai, namun polisi dengan cepat dapat mengatasinya.

Saat babak kedua bergulir, Persebaya berhasil membobol gawang Arema untuk kali ketiga. Suporter tuan rumah pun geregetan karena Arema terus mengepung lawan tapi tak ada gol yang tercipta.

Tragedi pun bermulai saat peluit panjang ditiupkan wasit dan Arema tidak bisa menyamakan kedudukan. Para pelatih dan pemain Arema tampak memberikan gestur minta maaf ke suporter.

Seorang suporter nekat turun dari tribun selatan dan masuk lapangan mendekati Sergio Silfa dan Adilson Maringa.

Kesaksian suporter tragedi kanjuruhan Berbagai sumber

foto: liputan6.com

"Ia tampak memberikan motivasi dan kritik. Kemudian ada lagi beberapa oknum yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaan pada pemain Arema, tampak Johan Alfarizie mencoba beri pengertian pada oknum-oknum tersebut," jelas utas tersebut.

Namun, masuknya para tersebut membuat semakin banyak orang yang memaksakan masuk ke dalam lapangan. Kondisi stadion pun semakin ricuh dan tidak terkendali.

Selain itu, lemparan barang dari arah tribun pun semakin masif dan tidak terkendali. Akhirnya para pemain pun digiring ke dalam ruang ganti dengan kawalan petugas keamanan.

Bukannya reda, situasi suporter malah makin tidak terkendali. Semakin banyak yang turun masuk ke lapangan. Pihak aparat melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur suporter.

Menurut kesaksian Rezki Wahyu, polisi melakukan sikap yang beringas terhadap kerumunan suporter yang membandel. Mereka memukulnya dengan tongkat panjang dan tameng, ada suporter yang dikeroyok, sampai tembakkan gas air mata.

"Tapi saat aparat memukul mundur suporter dari sisi selatan, suporter sisi utara yang menyerang ke arah aparat. Aparat menembakkan beberapa kali gas air mata," tulisnya.

"Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah suporter, di setiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata. Ada juga yang langsung ditembakkan ke arah tribun penonton, yaitu tribun 10," tambah Rezki.

Kesaksian suporter tragedi kanjuruhan Berbagai sumber

foto: liputan6.com

Situasi itu membuat suporter panik membuat situasi semakin ricuh di atas tribun. Mereka berlarian mencari pintu keluar, tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak oleh penonton yang ingin melarikan diri.

Banyak ibu-ibu, wanita, orang tua dan anak-anak kecil yang terlihat sesak tak berdaya. Tidak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion.

"Mereka juga terlihat sesak karena terkena gas air mata. Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet," tuturnya.

Di dalam stadion mereka sesak karena gas air mata dari berbagai arah. Sedangkan upaya keluar pun tidak bisa karena sesak di pintu keluar.

Kondisi di luar stadion pun sangat mencekam. Tampak di luar stadion banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak dalam stadion yang penuh gas air mata.

Banyak suporter lemas bergelimpangan. Terdengar teriakan makian, tangisan wanita, suporter berlumuran darah, hingga mobil-mobil hancur.

Sekitar pukul 22.30 WIB masih juga terjadi insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat. Suporter kesal karena aparat dianggap mengurung suporter di dalam stadion dengan puluhan gas air mata.

Dan tembakkan gas air mata pun kembali terjadi di luar stadion. Tepatnya di sekitar tribun 2 Kanjuruhan.

"Saya sudah dikenalkan ke Arema sejak 2007 oleh keluarga saya dan hari ini 1 Oktober 2022 adalah titik terendah saya menjadi seorang suporter," tuturnya.

"Saya sangat terpukul dengan adanya insiden ini. Dan semoga kejadian ini adalah yang terakhir di semua cabang olahraga dan hiburan, khususnya sepakbola." tandas Rezki dalam utas tersebut.