Brilio.net - Tahun ini adalah kali pertama pelaksanaan Ujian Nasional (UN) secara online. Ini akan menjadi penentu ke depan apakah sistem ini akan berlanjut atau tidak. Namun sebagai permulaan, baru sekitar 500-an sekolah yang diuji coba menggunakan metode ini. Dari berbagai sumber yang dihimpun, berikut brilio.net paparkan seberapa siapkah pelaksanaan UN online ini.

Dari sejumlah 18.552 SMA/MA, 10.362 SMK dan 50.515 SMP yang akan menyelenggarakan UN, hanya 585 sekolah yang menggunakan sistem ini. Jadi pada tahun ini akan ada dua model UN; yang berbasis kertas (Paper Based Test) atau UN pola lama dan yang berbasis komputer (Computer Based Test) atau UN online.

Terobosan baru ini diklaim mampu menghemat anggaran negara hingga 50 persen dari total anggaran yang telah disiapkan sebesar Rp 580 miliar, sebab tidak lagi memerlukan biaya cetak naskah soal dan lembar jawaban, juga biaya pengawasan distribusi soal. Sebab semua berbasis digital maka syarat mutlak penunjang metode ini adalah koneksi internet dan listrik.

Di Jawa Tengah, diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Nur Hadi Amiyanto, persiapan pelaksanaan UN online sudah hampir 100 persen. Berbagai persyaratan kesiapan seperti kesiapan laboran dan unit komputer yang jumlahnya memadai telah diperiksa di masing-masing sekolah.

"Persiapan sudah bagus. Pelaksanaan uji coba juga baik. Kami yakin penyelenggaraannya akan berjalan lancar," kata Nur Hadi.

Di Yogyakarta, yang dikhawatirkan adalah terjadi pemadaman listrik, namun bukan karena pemadaman bergilir dari PLN tapi potensi pohon tumbang yang dapat mengenai kabel listrik. PLN pun menyatakan mulai berkoordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk mendorong dan memastikan keamanan jaringan listrik dari gangguan cuaca di sejumlah titik.

"Kami minta pohon di sekitar sekolah yang sudah menyentuh kabel jaringan dipangkas, biar pas tumbang tak menimpa kabel itu," ujar Asisten Manajer PLN Yogyakarta Bambang Eko.

Ketua Komisi VIII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay sempat mengkhawatirkan daerah-daerah di luar ibu kota. Menurut dia, tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama untuk mengoperasikan komputer, seperti siswa-siswi yang ada di pelosok Tanah Air yang akan menemukan kesulitan.

Di Samarinda, Kalimantan Timur, hingga awal April 2015 kendala yang dihadapi adalah kurangnya jumlah personal computer sehingga masih diupayakan agar siswa diperbolehkan menggunakan laptop. "Nanti virus-virus di laptop dibersihkan, lalu memasang sistem. Pasti tidak keberatan. Paling dipinjam seminggu," kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda, Asli Nuryadin.

Sejumlah manfaat yang didapat dari menggunakan sistem UN online antara lain adalah hemat waktu, lebih praktis,
mengurangi penggunaan kertas, mampu menekan praktik calo, mengurangi risiko kesalahan soal maupun ketidakterbacaan jawaban, mengentisipasi kebocoran, serta menghemat anggaran negara.