Brilio.net - Mistis, itulah yang tampak dari tarian khas Wonosobo bernama tari Lengger ini. Bagaimana tidak, gerakan  penari layaknya orang tak sadar karena dikuasai oleh lelembut. Gerakannya pun tak bisa dinalar, seperti aksi memakan pecahan kaca, menginjak api atau minimal mencambuk diri sendiri. Anehnya penari-penari Lengger ini seperti tidak merasakan sakit sedikitpun.

Lebih beraroma mistisnya lagi, penari Lengger ini perlu 'disadarkan' dengan jampi-jampi saat hendak menyudahi aksinya. Layaknya orang yang kesurupan, proses penyadaran itu dilakukan oleh pawang tarian dengan membacakan suatu mantra di telinga penari sembari menekan lalu menarik sesuatu dari perut penari dengan keras, bak mencabut paku yang menancap di dinding.  

Tari Lengger ini memang menjadi tarian khas warga Wonosobo yang ditampilkan dalam acara-acara besar di desa. Misalnya acara ulang tahun desa atau hari-hari besar lainnya sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas kenikmatan dan kesejahteraan yang warga rasakan.

Tarian yang menjadi kebudayaan lokal warga Wonosobo ini biasanya dilakukan dengan menampilkan seorang laki-laki yang mengenakan pakaian adat Jawa lengkap dengan keris di belakangnya, berkolaborasi dengan wanita cantik yang disebut Diva dengan berbusana kuno lengkap mengenakan mahkota. Selain itu, penampilan tari lengger juga diikuti dengan alunan musik tradisional gamelan.

Tari Lengger, aura mistis membuat penarinya bak punya kekuatan super Penampilan Tari Lengger warga Desa Wulungsari, Wonosobo.

Rabu, (16/12), brilio.net mewawancarai salah seorang penari Lengger, Pranji, kakek tua asal desa Wulungsari, Wonosobo yang sudah berpuluh tahun menekuni budaya tersebut. Pranji yang baru saja menampilkan tarian Lengger dalam acara Jambore Desa 2015 di Wulungsari, Wonosobo menuturkan bahwa ia tidak merasakan sakit, saat memecut kakinya dengan keras. Padahal pecutan tersebut sampai memunculkan suara pantulan yang keras. Selain itu dalam tariannya, Pranji harus menggendong Diva sebagai pasangan tarinya berdiri di pundak. Sambil berjalan, Pranji tampak santai seperti tak ada beban sama sekali.

"Rasanya tidak sakit, saya kuat-kuat saja melakukannya. Kan sudah minum Purwoceng," katanya sambil tertawa menyebutkan minuman yang dipercaya bisa meningkatkan stamina tersebut.

Saat ditanya apakah Pranji dan tim tari Lenggernya, yang rata-rata terdiri dari orangtua, sudah mempersiapkan generasi penerus untuk menjaga kelestarian tari tersebut. Pranji menuturkan bahwa ia sudah menyiapkan kader-kader penerusnya. Namun Pranji mengaku belum ada kader penerus yang mumpuni untuk tampil bak dirinya saat tampil di atas panggung.

"Sudah ada, dari anak-anak hingga anak muda desa sudah kami ajari dan kenalkan tari Lengger. Tapi memang belum bisa mumpuni seperti saya," kata pria yang akrab disapa Mbah Pranji sembari mengusap keringatnya.