Brilio.net - Sejak usianya 6 tahun, keluarga Nurul mengalami perpecahan. Orangtuanya cerai disebabkan perselingkuhan ayahnya. Sejak itu, kehidupan Nurul tidak seindah lima tahun sebelumnya. Ia hanya mendapat perhatian utama dari sang nenek yang sudah renta.

Sepeninggal neneknya, Nurul diajak ikut ibunya tinggal di Kuningan. Ibunya saat itu sudah memiliki suami baru, tapi harapan sosok ayah yang mengayomi tidak terdapat di ayah tirinya itu.

Selama tinggal di Kuningan, ayah tirinya berlaku kasar, bahkan terhadap dua adik kembarnya. Ibunya pun juga mendapat perlakuan yang sama. Ayah tirinya sempat bekerja, namun hanya dalam setahun pertama berumah tangga dengan ibunya itu. Seusai itu ayah tirinya malah minggat ke Lampung selama dua tahun. Selama dua tahun itu pula, Mama Icih (pangilan untuk ibunya) mulai mencari nafkah sendiri sebab tidak pernah sumainya mengirimnya nafkah. Bahkan mama Icih terpaksa menjual seluruh asetnya, hasil dari tabungan selama bekerja di Negeri Jiran, untuk melunasi utang-utang suaminya itu.

Seringkali Nurul membantu ibundanya sehabis shalat subuh mengambil kue di penyuplai dan setelah itu ibundanya sendiri jualan keliling hingga pukul 07.30 WIB. Selesai jualan kue keliling, ibundanya bersiap untuk jual sayuran yang dimulai pukul 08.30 hingga 14.00 WIB. "Kegiatan ini dilakoni ibunda sampai belasan tahun hingga aku lulus SMA," aku Nurul kepada brilio.net melalui layanan bebas pulsa story telling 0-800-1-555-999, Sabtu (7/11).

Ayah tiri Nurul sempat memaksa dibelikan sepeda motor kepada Mama Icih supaya dirinya bisa narik ojek. Dengan pertimbangan supaya suaminya mendapat pekerjaan, permintaan itu diturutinya. Motor itu dibeli dengan cara kredit, dan setiap tagihan perbulannya ibunda Nurul lah yang membayar dari hasil jualan. Setiap ibundanya minta kepada suaminya untuk membayar selalu berujung kekerasan, sia-sia saja. "Uang ayah tiriku ini entah ke mana dihabiskannya," ujar perempuan 24 tahun.

Sempat terpuruk, Nurul bangkit karena termotivasi perjuangan ibunya

Perjuangan Mama Icih tidak hanya sebagai penopang keluarga, ia juga pelindung anak-anaknya dari kekejaman ayah tiri. Semenjak kepulang ayah tiri ini ke rumah ibunya Nurul, sikapnya semakin brutal. Berkali-kali ibunya harus mendapatkan ganti tamparan dari suaminya ketika membela Nurul dan adik-adiknya.

Setiap kali Nurul terlambat pulang sekolah selalu diumpat, dikatai sebagai pelacur, ditendang, ditampar di area wajahnya. "Lo (kamu) dari mana Nurul?. Sekolah apa ngelacur lo?" katanya menirukan ucapan ayah tirinya waktu itu.

Caci ayah tiri ini terjadi ketika Nurul memilih menunggu ibundanya pulang jualan daripada langsung pulang ke rumah begitu selesai sekolah. Setelah itu tendangan ayah tiri ini mendarat di kepala Nurul sewaktu Nurul jongkok untuk melepas sepatu. Lalu tamparan kerasnya juga mendarat di pipi hingga hidung Nurul mimisan. "Mama belain aku tapi malah mama yang kena amuk ayah, malahan mama sempat mau dipukul pakai kampak," kenangnya.

Puncak perjuangan mamanya adalah ketika disekap ayah tirinya usai pulang sekolah. Saat itu Nurul masuk di hari pertama setelah bersama mamanya diajak pindah rumah ke rumah neneknya demi menghindari ayah tiri itu. Mamanya yang curiga karena sudah pukul 16.00 WIB namun Nurul belum pulang, akhirnya membawa dua orang polisi, beberapa rekan serta keluarganya untuk menggerebek rumahnya di mana Nurul disekap ayah tirinya itu. Nurul pun berhasil dibawa pulang, tetapi rumah mamanya masih ditinggali ayah tiri.

Selang beberapa hari, mamanya didatangi debt kolektor di rumah neneknya Nurul. Rupanya motor yang dulu dibelikan untuk suaminya digadaikan tapi diambil oleh petugas leasing. Mama Icih memanfaatkan situasi untuk mengusir suaminya dari rumahnya. Dengan bantuan debt kolektor ia berhasil di rumahnya sebagai syarat kesanggupan untuk membayar tagihan.

Sejak itu, ibunda Nurul lah yang menaungi keluarga dan memberikan rasa aman bagi Nurul dan kedua adiknya. "Meski mama sudah cerai, tapi aku dan adik-adikku masih trauma setiap ada ketukan pintu dan sebagainya, takut kalau-kalau ayah tiri datang lagi."

Kisah perjuangan mamanya ini yang memotivasi Nurul keluar dari kesulitan-kesulitan hidupnya. Setelah lulus SMA, Nurul memilih merantau ke Jakarta untuk mencari penghidupan sendiri. Awalnya ia hanya menjadi baby sitter, namun karena sikap majikan yang kurang menyenangkan ia hanya memilih keluar setelah bekerja selama 3 bulan.

Selanjutnya ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Tapi lagi-lagi ia tidak tahan dan hanya bekerja sampai hari keempat saja. Ia tersinggung dengan ucapan majikannya. Saat ia mencuci mobil Kijang kapsul milik majikan. "Ia bilang hati-hati nyucinya, harga mobil itu lebih mahal dari harga kamu," cerita Nurul. Karena merasa dirandahkan, sontak ia langsung bilang berhenti.

Pekerjaan berikutnya dilakoni sebagai buruh di pabrik onderdil. Di situ juga hanya bertahan selama 3 bulan. Ia merasa berat dengan pekerjaannya dan gajinya dirasa kurang. Setelah itu ia juga hanya bertahan selama beberapa bulan bekerja sebagai SPG di salah satu departemen store. Ia merasa nggak bisa meniru gaya hidup rekan-rekan kerjanya yang glamor dan lekat dengan dunia malam.

Keluar dari pekerjaan sebagai SPG, ia beralih sebagai waitress di salah satu restoran chinesse food. Selama bekerja di situ ia malah sempat mengenal dunia nakal. Ia sempat menyentuh rokok, miras bahkan ganja.

Dia kemudian berubah karena mengingat perjuangan mamanya. Ia merasa sosok ibunya sangat luarbiasa, ia sama sekali tidak ingin membuatnya malu gara-gara kenakalan dirinya. Ia juga merasa sebagai kakak tertua bagi adik-adiknya harus menjadi sosok teladan. "Di situ aku merasa harus bekerja dengan baik dan serius dengan apa yang ingin capai," ujarnya.

Setelah dau tahun bekerja, ia memilih untuk menikah dengan pacarnya pada tahun 2010 dan tinggal di Kuningan. Setahun setelah masa pernikahan, anak laki-laki pertamanya lahir. Tetapi malang, di usia baru 2 bulan, anaknya meninggal karena punya penyakit di kepalanya. Cobaan itu menjadi yang paling berat di dalam hidupnya.

Lagi-lagi ia terbayang betapa menderitanya mamanya dulu, di tengah rasa kalutnya itu. Itulah membuatnya tetap optimis menjalani hidup. Lalu siapa sangka, tahun 2012 ketika memutuskan mengadu nasib lagi di Jakarta besama suami, ia malah mendapat pekerjaan bagus. Ia diterima sebagai admin di salah satu perusahaan swasta. Ia merasa perjuangan ibunya memberikan gambaran bahwa hidup adalah perjuangan. Dan akhirnya dia kini menemukan kebahagiaan di dalam pekerjaannya. "Aku bersyukur aku bisa bekerja di sini, di mana di sekelilingku adalah para sarjana dan master."

Cerita ini disampaikan Nurul melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!