Brilio.net - Zaman sudah modern, buat apa jualan buku? Paling juga sepi pembeli. Apalagi toko buku banyak bertebaran di mana-mana. Pernahkah kamu berpikir seperti itu? Amin Sahri (23) seorang mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta telah mematahkan anggapan itu.

Ternyata masih banyak orang yang membutuhkan buku. Perlahan tapi pasti Amin mengembangkan usaha kecilnya itu.

Mahasiswa asli Cilacap ini memang sudah sejak kecil mencintai buku. Keluarganya yang bisa dibilang lemah ekonomi membuat pemuda ramah ini terbiasa hidup dengan prihatin dan tumbuh menjadi seorang pekerja keras. Sejak sekolah dia sudah terbiasa kerja sambilan untuk membantu orangtuanya.

"Sebelum masuk kuliah aku pernah jadi loper koran, uangnya itu aku kumpulkan dan pada waktu itu agen loper koranku punya toko buku, dari situlah ide muncul untuk jualan buku online," ujar Amin kepada brilio.net, Rabu (5/8).

Amin berpikir, dirinya yang sangat mencintai buku kenapa tidak sekalian saja dijadikan ladang penghasilan? Dari dulu uang hasilnya kerja sebagai loper koran selalu dibelanjakan buku olehnya.

Perjuangan Amin pun sama sekali tidak mudah. Buku jualannya dia tawarkan online menggunakan Facebook tapi ternyata sepi pembeli, ditambah tugas kuliahnya yang menumpuk sangat menguras waktu dan tenaganya.

"Aku sering promosi di akun jual beli online tapi juga masih sepi awalnya, apalagi waktu itu aku cuma pakai handphone butut jadi harus sering-sering ke warnet. Waktu awal dapat pelanggan pun aku ketemu kesulitan lagi, uangku nggak cukup untuk kulak buku," terangnya lagi.

Dia pun terpaksa meminjam uang teman kosnya. Kendala lainnya yang dihadapi Amin tidak sampai di situ saja. Waktu itu ada pelanggan yang meminta pesanan bukunya diantar padahal Amin belum memiliki motor dan tidak bisa meminjam motor teman kosnya karena sedang dipakai semua.

"Waktu itu pelanggan minta COD (Cash On Delivery) di depan SMA N 1 Jogja, ya memang jauh kalau dari daerah UIN kurang lebih tujuh kilo dengan menggunakan sepeda yang minjam temen juga," lanjut Amin

Ketika pesanan mulai banyak datang, Amin tentunya harus mengambil buku di penerbit yang berada di Jalan Parangtritis KM 6. Lagi-lagi Amin kebingungan karena motor di kosnya sedang dipakai semua. Karena tidak mau mengecawakan pelanggan, dia pun berangkat dengan memakai kendaraan yang ada. Yaitu sebuah sepeda unta tua yang bahkan tidak ada remnya. Padahal jarak UIN dengan lokasi tersebut mencapai 15 kilometer.

"Waktu itu aku juga bingung gimana bawa bukunya. Akhirnya aku taruh di tas ransel dan aku cangklong di depan. Setumpuk lagi aku taruh di boncengan sepeda. Memang agak ekstrim, dan sepanjang jalan juga sangat ramai," kenang Amin.

Amin bercerita sepanjang jalan dia sering diperingatkan oleh pengendara lainnya yang prihatin membawa buku bawaan Amin yang sering hampir jatuh karena sepedanya oleng. Tapi Amin tetap semangat menggowes sepeda sambil dalam hati terus berdoa agar selamat di jalan.

Ketekunan Amin membuahkan hasil, saat ini toko buku online-nya sudah memiliki banyak pelanggan dari seluruh penjuru Indonesia. Pelayanan Amin yang baik, serta harga bukunya yang lebih murah dibanding toko buku membuat pelanggannya kian bertambah. Apalagi Amin juga menyediakan buku-buku langka yang mulai susah dicari di toko buku.

Tidak jarang Amin mengirim buku hingga puluhan kilo untuk pelanggannya yang berada di luar pulau Jawa. Keuntungannya yang semakin banyak pun membuatnya dapat membiayai kuliah sendiri dan bahkan dapat mengirim uang untuk orangtuanya di Cilacap.

Tapi tak sampai di situ, dia masih menyimpan harapan terbesarnya untuk bisa membuka perpustakaan umum di desanya, membangun toko buku dan menjadi pemilik media massa. Baginya harapan-harapan tersebut harus tercapai dengan jalan dan keadaan apapun.