Brilio.net - Lingkungan di sekitar tempat Triana Rahmawati indekos dekat dengan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Perempuan kelahiran Palembang, 15 Juli 1992 ini lalu terpikir untuk memberikan kepedulian sosial kepada para penderita skizofren tersebut.

Triana mengaku tertarik pada sesuatu yang belum dilakukan banyak orang. Dia memilih mengurusi orang-orang yang dalam hidupnya banyak dijauhi itu ketimbang bergabung dengan relawan pendidikan. Sebab, bidang pendidikan sudah banyak mendapat relawan.

"Awal itu geraknya sendiri, itu tahun 2012. Sulit banget meyakinkan orang-orang. Tahun 2014 berkembang, 2015 makin bagus," jelas Triana pada brilio.net, Kamis (14/8). Triana mengaku, komunitas yang diberi nama Griya Schizofren (GS) ini merupakan program kreativitas mahasiswa (PKM) bidang pengabdian masyarakat yang mendapat pendanaan dari Dirjen Dikti.

Orang-orang mulai tertarik sejak dirinya tampil berprestasi dalam memenangkan beberapa kali perlombaan baik tingkat lokal maupun nasional. "Sejak itu, orang-orang pada nanya tentang apa aja aktivitas saya. Setelah itu baru pada tertarik gabung. Jumlah relawan sebanyak 40 orang, tapi yang aktif sekitar 20-an orang. Kalau yang dibina jumlahnya fluktuatif karena kan sifatnya kambuhan. Kalau total ada sekitar 125 orang," aku Aktivis Terbaik 2015 Beasiswa Aktivis Nusantara Dompet Dhuafa ini.

Orang-orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) itu telah ditampung oleh Griya PMI ini kemudian diberikan berbagai macam aktivitas oleh GS, seperti terapi musik, memasak, membuat bros, dan lainnya. "Dalam kondisi tidak sedang kambuh, mereka bisa nyambung dengan kita beraktivitas layaknya orang normal. Itulah sebabnya kita mau memberitahukan kepada masyarakat bahwa mereka itu nggak berbahaya," jelas perempuan 23 tahun ini.

Mereka sukarela mendekati & menerapi pengidap gangguan jiwa, mulia!

Griya Schizofren yang juga hadir di Aceh sejak 10 April 2015 mengisi rumah sakit jiwa Aceh dengan pembinaan menggambar, membuat lukisan dari pasir, terapi musik, dan sebagainya. GS Aceh yang digawangi Yelli Sustarina telah merekrut tak kurang dari 20 relawan yang bersedia mendampingi para ODGJ di tempat tersebut.

Dicanangkan, pada Oktober tahun ini akan diterbitkan buku bertajuk pejuang nurani yang ditulis oleh para relawan yang bersinggungan langsung dengan ODGJ ini. Peluncuran buku ini akan berbarengan dengan Hari Kesehatan Mental.