Brilio.net - Sekolah masih menjadi barang mahal untuk mereka yang hidup serba berkekurangan, termasuk Irfan Insan Mubarok. Irfan yang masih duduk di bangku kelas 5 SD merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara dari pasangan Islamiyah dan Endro, warga Desa Sumberkedawung, Kecamatan Leces, Probolinggo, Jawa Timur.

Irfan bisa dibilang besar dalam keluarga yang berkekurangan. Islamiyah, hanya merupakan seorang buruh serabutan, sedangkan Endro sehari-hari bekerja menjadi kernet truk. Kedua kakak Irfan sebelumnya terpaksa putus sekolah setelah lulus SMP karena orang tuanya tidak bisa lagi membiayainya.

Irfan tidak ingin senasib dengan kedua kakaknya. Niat Irfan untuk terus bersekolah sangatlah besar. Hal ini dibuktikan dengan gigihnya semangat Irfan untuk bekerja membantu orang tua demi membayar uang sekolah. "Saya ya kerja apa aja yang ada buat bantu ibu. Kalau ada yang nyuruh beli apa, ya saya berangkat kan dapat upah. Kalau nggak ada, ya paling cuma beres-beres rumah jaga adik," tutur Irfan pada brilio.net, Senin (23/3).

Kebiasaan Irfan bekerja membantu orang tuanya sudah dilakukan sejak masih duduk di kelas 1 SD. Awalnya dia sering membantu menjual kue kecil buatan ibunya. Namun karena sekarang ibu Irfan tidak memiliki modal berjualan, terpaksa Irfan harus meninggalkan pekerjaan tersebut. Selain itu Irfan juga kerap kali dimintai tetangga-tetangganya untuk membeli sesuatu di warung dan mendapatkan upah berkisar Rp 1.000-Rp 2.000.

Hal lain yang paling sering dilakukan oleh Irfan saat ini adalah menjadi pengupas bawang merah. Jika musim panen bawang tiba, biasanya ibu Irfan mulai berangkat ke sawah-sawah milik orang untuk memungut sisa-sisa bawang. Karena hanya bawang sisa, otomatis kondisinya pun sudah tidak lagi bagus. Setelah memungut bawang-bawang tersebut, ibu Irfan membawanya pulang untuk dibersihkan dan dikupas sebelum selanjutnya ditawarkan pada penjual gorengan atau bakso.

Tugas membersihkan dan mengupas bawang tentunya dilakukan Irfan bersama ibunya. Untuk 1,5 kg bawang biasanya akan dihargai sebesar Rp 9.000. Nilai yang tidak begitu sebanding dengan usaha saat harus mencarinya di sawah-sawah dan berjam-jam mengupasnya. Tapi setidaknya itulah yang bisa ibu dan anak ini lakukan.

"Uang dari jual bawang kupasan tadi biasanya dikumpulkan buat SPP Irfan dan adiknya. Selain itu juga dibuat uang saku mereka. Kalau sedang banyak biasanya saya kasih Rp 2.000 per hari untuk uang saku, tapi kalau ndak ada ya terkadang cuma Rp 1.500," cerita ibu Irfan.

Meski waktu bermainnya berkurang karena harus bekerja, Irfan tidak pernah mengeluh pada orang tuanya. Dia juga tidak pernah absen untuk belajar setiap malamnya meski sebelumnya dia harus melakukan pekerjaan mengupas bawang merah sampai larut malam. Itu dia lakukan semata-mata karena dia ingin melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi.