Brilio.net - Bermodal Rp 500.000, Ahmad Sumiyanto yang waktu itu baru menyelesaikan studi S-1 bersama tiga rekannya mendirikan Lembaga Keuangan Syariah Baitul Maal Wa Tamwil pada 1995. Gagasan mendirikan lembaga ini adalah karena Anto, panggilan akrab Ahmad Sumiyanto, berasal dari keluarga petani.

Keluarga petani pada waktu dulu itu merasakan zaman-zaman tak enak. Itu membuat dia bermaksud membantu meringankan beban ekonomi orang-orang melalui BMT yang digagasnya ini. BMT berawal di sebuah garasi sewaan di daerah dekat kampus UGM karena dimaksudkan menyasar mahasiswa.

"Beberapa bulan berdiri uang yang masuk ke BMT Al Ikhlas sudah sekitar tiga ratusan juta. Untuk ukuran tahun 1995 uang segitu sudah wah banget," ujar Sekretaris Pengurus BMT Al Ikhlas, Mahrus kepada brilio.net Kamis (14/5).

BMT yang menyasar masyarakat menengah ke bawah punya nasabah yang umumnya perlu pembiayaan dalam usaha industri kreatif, perikanan, industri kecil, dll. Kini, BMT Al Ikhlas sudah punya aset mencapai Rp 5 miliar  dengan 6 cabang di Yogyakarta dan 1 cabang di Kebumen.

Ada kisah menarik yang diungkapkan Mahrus. Menurutnya, sedekah turut berperan dalam perkembangan BMT ini. Pernah pada suatu fase mereka kesulitan mencari nasabah padahal sudah ke sana-kemari berpromosi. Namun setelah bersedekah pada anak-anak yatim, nasabah terasa begitu mudah berdatangan.

Bidang baitul mal-nya atau dalam istilah perusahaan bernama corporate social responsibility memiliki beberapa program pengabdian masyarakat, seperti santunan kepada 50 anak yatim tiap bulan, pembinaan 10 orang janda berkelanjutan, fasilitas ambulans gratis, serta memiliki rumah qur'an, serta sesekali mengadakan cek kesehatan gratis dan pengajian.