Brilio.net - Pertama kali bertemu anak ini, bisa jadi kamu merasa iba saat melihatnya berjalan dibantu dengan tongkat. Tapi tunggu dulu, keibaanmu seketika bisa berubah jadi kebanggaan manakala kamu tahu bahwa siswa ini punya prestasi hingga tingkat nasional. Slamet (17), siswa tunanetra SMP 2 Sewon Bantul ini punya bakat tenis meja yang luar biasa. Kemampuan tenis mejanya itu bahkan sudah teruji hingga tingkat nasional.

Di antara prestasi yang diraih Slamet adalah juara 1 tingkat nasional Pekan Olahraga Pelajar Cacat Nasional (Popcanas) pada 2013 lalu. Kemudian pada April 2015 lalu ia berhasil mewakili DI Yogyakarta pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) di Bandung. Pada kesempatan itu, ia juga berhasil membawa pulang piala juara 1 untuk cabang olahraga tenis meja. Baru-baru ini pada September 2015, ia juga berhasil meraih juara 1 pada kejuaraan Nasional Tenis Meja untuk tunanetra di Solo Jawa Tengah.

Tapi jangan bayangkan tenis meja yang diperlombakan sama dengan olahraga tenis meja secara umum. Jika bola tenis meja secara umum melayang, maka untuk tunanetra bola tenis mejanya digelindingkan.

Slamet bercerita jika ia mulai belajar olahraga tenis meja sejak tahun 2013 lalu. Saat itu Slamet yang masih duduk sebagai siswa SD Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam  (Yaketunis) Yogyakarta hanya iseng belajar tenis meja. Ia memanfaatkan papan tenis meja yang disediakan pihak sekolah.

"Ya awalnya cuma main-main saja seperti teman-teman lainnya, nggak kepikiran jadi atlet tenis meja," cerita Slamet kepada brilio.net, Rabu (4/11).

Tapi ternyata Slamet dianggap cukup berbakat sehingga dikirimkan untuk mengikuti seleksi tenis meja antar tunanetra tingkat DI Yogyakarta. Tak disangka ia berhasil meraih juara 1 hingga akhirnya mewakili DI Yogyakarta untuk lomba serupa tingkat Nasional. Prestasi tersebut tetap bisa diraih Slamet yang kini duduk kelas VIII SMP 2 Sewon untuk ajang serupa beberapa waktu lalu.

Slamet merupakan warga Dusun Tambakan, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang yang lahir pada 20 Oktober 1998. Awalnya Slamet bersekolah di SLB Maarif Magelang. Tapi saat naik kelas 4, Slamet memutuskan hijrah ke Yogyakarta dan bersekolah di Yayasan Yaketunis. "Saat itu saya dapat informasi dari internet kalau pendidikan di Yogyakarta lebih baik. Karena saya ingin berkembang,  makanya saya memutuskan pindah ke Yogyakarta," kata Slamet yang mengaku sudah cacat sejak lahir.

Lulus dari sekolah SD Yaketunis Yogyakarta, Slamet lalu memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di SMP 2 Sewon, salah satu sekolah negeri yang menerima siswa difabel. Ia belajar bercampur bersama siswa normal lainnya.

Kisah Slamet, tunanetra yang juara 1 tenis meja nasional Lis Arifah, penanggung jawab siswa inklusi SMP 2 Sewon.

Gara-gara prestasinya itu, Lis Arifah (45), guru SMP 2 Sewon yang jadi penanggung jawab siswa inklusi menyatakan bahwa Slamet sempat jadi rebutan Pemda Magelang. Hal itu lantaran prestasi Slamet yang cukup membanggakan. "Kata pelatih tenis mejanya, Slamet sempat diminta Pemerintah Daerah Magelang karena Slamet kan lahir di sana. Ya wajar saja karena orang seperti Slamet dianggap sebagai aset daerah," terang Lis Arifah.

Menurut Lis, karena menang dari kejuaraan nasional, Slamet punya peluang besar untuk mengikuti ajang ASEAN Para Games alias SEA Gamesnya para penyandang difabel.