Brilio.net - Nama Nadia Shafiana Rahma di dunia kepenulisan barangkali belum setenar NH Dini, Ahmad Tohari, Ayu Utami, maupun Tere Liye bagi masyarakat Indonesia. Tapi jangan salah, kiprah Nadia di dunia kepenulisan ternyata sudah diakui dan disejajarkan dengan nama-nama beken tersebut. Buktinya, bocah berumur 11 itu telah menjadi delegasi Indonesia pada gelaran Frankfurt Book Festival 2015 di Jerman pada 14-18 Oktober 2015 lalu.

Tak hanya menjadi delegasi termuda dari Indonesia sepanjang sejarah, Nadia juga menjadi pembicara termuda di acara bergengsi itu. Bocah kelahiran Jakarta 9 Januari 2004 itu bisa dibilang penulis cilik yang cukup produktif. Koleksi cerita pendek Nadia dimuat dalam seri Kecil-kecil Punya Karya terbitan Mizan. Dia juga membuat novel My life My Heaven, Pengalaman Meraih Bahagia, Juiceme Salah Tangkap, dan Juiceme Kakek Misterius serta kumpulan cerpen Si Hati Putih. Kumpulan cerpen Si Hati Putih bahkan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan judul The Boy with the Pure Heart.

Nadia mengawali menulis sejak usia yang masih dini sekali, yakni saat dirinya masih duduk di Taman Kanak-kanak. Sejak balita, orang tua Nadia, Nurul Huda dan Siti Jumaroh, telah membiasakan menceritakan cerita pendek kepada anak-anaknya, termasuk Nadia. Bahkan dikisahkan ayahnya jika Nadia belum bisa tidur kalau mamanya belum membacakan 2-3 cerita. Tak mau hanya menjadi penikmat cerita, Nadia akhirnya terpikir untuk menulis cerita.

"Pertama kali nulis cerita pengalaman, terus dikirim ke koran. Aku ngomong, terus diketikin ayah. Cerita pengalaman yang pendek-pendek saja," kata Nadia saat ditemui brilio.net di rumahnya, Senin (26/10).

Kisah penulis cilik Nadia jadi pembicara termuda di Jerman, inspiratif

Nadia juga bercerita jika semangat menulisnya begitu membara karena melihat kakaknya, Najma Alya Jasmine (12) yang namanya telah sering terpampang di koran, bahkan hingga menghasilkan buku. Najma saat ini telah menerbitkan 23 buku baik itu kumpulan cerpen maupun novel anak. Menurut Nadia, ayahnya lah yang rajin mengirimkan karyanya dan karya kakaknya ke media cetak maupun ke penerbit sehingga bisa menjadi seperti sekarang ini.

Di Jerman, siswa SD Negeri Glagah Yogyakarta ini tampil dua kali. Nadia menjadi pembicara tunggal acara Fun and Share: Learning to Write with Nadia di Paviliun Indonesia pada hari pertama Frankfurt Book Fair, dan menjadi pembicara pada hari terakhir di stan Nasional bersama penulis cerita anak Renny Yaniar.

Kisah penulis cilik Nadia jadi pembicara termuda di Jerman, inspiratif

Nadia mengaku jika banyak orang Jerman yang terheran dengan dia karena telah banyak menerbitkan karya. Menurutnya, sangat jarang anak-anak di Jerman yang telah bisa menerbitkan buku sendiri.

Kisah penulis cilik Nadia jadi pembicara termuda di Jerman, inspiratif

Kisah penulis cilik Nadia jadi pembicara termuda di Jerman, inspiratif

"Jadi di sana kan saya ketemu dua penulis cilik dari Jerman. Mereka bilang kalau di sana jarang ada penerbit yang mau nerbitin tulisan anak-anak. Mereka kayaknya nerbitin buku sendiri gitu," kata Nadia bangga.

Kisah penulis cilik Nadia jadi pembicara termuda di Jerman, inspiratif

Selain pandai menulis, Nadia juga pandai mendongeng dan melukis. Nadia pernah meraih juara 2 lomba melukis anak tingkat Nasional yang diadakan oleh salah satu media cetak nasional. Ia juga berkali-kali menjuarai lomba menulis cerita pendek anak tingkat nasional. Tak hanya itu, Nadia juga sudah 3 kali menjadi peserta Konferensi penulis Cilik Nasional (KPCI) mewakili DI Yogyakarta. Dirinya juga sudah 3 tahun berturut-turut menjadi finalis Apresiasi Sastra Siswa SD tingkat Nasional. Dengan prestasinya yang seabrek itu, tak heran jika Nadia terpilih menjadi satu-satunya penulis cilik yang didelegasikan Indonesia menyisihkan ratusan penulis cilik lainnya seluruh Indonesia.

Wah, inspiratif banget ya bocah cilik ini!