Brilio.net - Rahmat Hidayat punya sisi tidak biasa dari hidupnya yang patut diungkap. Pria yang akrab disapa Memet ini dikenal dengan kesederhanaannya.

Dia tak suka menggunakan sesuatu yang mewah. Bahkan, dibelikan baju juga dia nggak pakai karena merasa malu dan nggak cocok. Tinggalnya di asrama takmir masjid kampus. Kalau kuliah jalan kaki.

Dia punya sandang khas, ke mana-mana pakai sarung yang dililit di pinggangnya, tas slempang kecil, dan sandal jepit, kecuali ketika ke tempat-tempat yang mengharuskan berpakaian formal. Tujuan sarung di pinggang adalah kalau mau sholat tinggal diturunkan.

Dari ketawadhuannya ternyata Memet mampu menerima beasiswa Abdul Kahar Mudzakkir-Sardjito, beasiswa paling precious di universitasnya. Yang terpilih memperoleh beasiswa ini adalah mahasiswa dengan IPK tertinggi di masing-masing jurusan per angkatan.

Untuk makan sehari-hari, dia menggunakan prinsip 'makan apa yang ada'. Jika ada makanan di asrama dia makan, tidak pilih-pilih. Kadang cuma minum, kadang cuma makan sepotong roti. Bagi dia cukup. "Kita nggak pernah lihat dia jajan, pergi makan. Biasa kalau makan kita milih-milih, tapi dia apa yang ada di hadapannya dimakan. Ilmu zuhudnya sudah di luar kendali kita," ungkap Lanjar Kurniawan, rekan yang pernah seasrama dengannya.

Makanan yang sudah beberapa hari tetap dia makan. Roti yang sudah berjamur pun dia makan. Bahkan nasi yang sudah berlendir lebih dari dua hari dia jemur dan olah lagi supaya tetap bisa dimakan. Pantang baginya membuang makanan walaupun hanya secuil. Uniknya, tubuhnya tahan dari penyakit. Untuk urusan makan dia 'terbantu' karena terbiasa melakukan puasa daud (sehari puasa sehari tidak).

Meskipun belum bekerja, dia sudah sama sekali tidak meminta uang dari orangtua semasa kuliah. Biaya kuliah sepenuhnya dia dapat dari beasiswa kampusnya.

Mamat mengajarkan kesederhanaan, kalau nggak ada ya santai aja. Nggak suka ngeributkan hal-hal remeh seperti misalnya sandalnya dipakai orang. Dia pilih nggak pake sandal daripada ngomel-ngomel. Mamat suka naik gunung, dan sering tanpa alas kaki.

Pria asli Yogyakarta ini bila diberi uang pun mampu menjaganya utuh hingga berminggu-minggu. Di awal-awal kuliah, dia sempat dikasih uang saku orangtuanya sebesar Rp 200 ribu, namun uang itu utuh hingga 3 bulan dan malah diminta oleh adiknya. Kini, Memet bekerja di sebuah perusahaan sawit di Kalimantan.