Brilio.net - Mengenyam pendidikan tinggi pastinya adalah hak semua anak apa pun latar belakang keluarga mereka. Termasuk Hida Nurul Amaliyah, remaja berusia 19 tahun, yang sehari-harnya harus bekerja agar bisa membayar uang kuliahnya.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini, saat ini sedang menjalani pendidikan di sebuah lembaga kursus di kota Probolinggo, Jawa Timur. Hida sama sekali tidak meminta uang kepada orang tuanya untuk membiayai kuliahnya. Hida paham orang tuanya hidup susah. Ayah Hida hanyalah tukang becak.

Saya ndak minta orang tua. Saya usaha sendiri dari jadi guru les di rumah terus juga saya disuruh part time di tempat kursus saya biar dapat uang. Penghasilan saya itu saya tabung biar bisa bayar SPP, cerita Hida pada brilio.net Senin (23/3).

Sebagai guru les, Hida memiliki 5 murid yang masih duduk di bangku sekolah dasar yang juga merupakan tetangganya. Biasanya hida mengajarkan semua jenis mata pelajaran setiap hari kecuali hari sabtu malam.

Penghasilan yang diterima dari menjadi guru les biasanya berkisar Rp 150.000 setiap bulannya. Sementara penghasilannya saat menjadi tenaga part time di tempat kursus kurang lebih Rp 150.000 sampai dengan Rp 200.000.

Kisah Hida anak tukang becak yang biayai kuliahnya sendiri
Meskipun waktunya lebih banyak dia gunakan untuk bekerja, Hida tidak pernah lupa untuk belajar. Buktinya saja IPK Hida tidak pernah kurang dari 3,5 dan cukup menjadi salah satu murid yang menonjol di kelasnya.

Hida saat ini tinggal berdua dengan neneknya yang merupakan seorang buruh tani. Sementara kakak perempuan Hida hanyalah seorang ibu rumah tangga dan suaminya juga adalah seorang buruh tani. Untuk adik laki-lakinya ternyata sudah putus sekolah saat duduk di bangku kelas 2 SMA dan sekarang biasanya hanya membantu pekerjaan Hida di rumah.

Ibu Hida sudah lama meninggal, sementara ayahnya tinggal bersama ibu tirinya dan terkadang menengok Hida dan adiknya. Untuk jam kerja, setiap hari Hida harus berangkat ke tempat kursus sekitar jam 7 pagi dengan menggunakan angkutan umum untuk magang dan pulang antara pukul 4 sore sampai 7 malam.

Kalau pulangnya jam 7 malem nggak ada angkot, jadi saya jalan dulu dari tempat berhenti bis terus jalan kaki, sampai rumah jam 8 terus mandi dan lanjut ngelesi. Habis ngelesi baru belajar atau ngerjain tugas, ujar Hida.

Selain itu, Hida juga terkadang membantu mengupas bawang milik tetangganya dan biasanya mendapatkan upah sebesar Rp 1.000 untuk tiap kilogramnya. Sampai saat ini pun dia mengaku bahwa masih ingin mendapatkan pekerjaan lain lagi agar bisa menabung lebih banyak karena memang dia masih ingin melanjutkan kuliah di universitas negeri agar dia bisa mewujudkan cita-citanya menjadi seorang akuntan.

Kalau di desa sini sebenarnya banyak tetangga yang bilang ngapain sih sekolah tinggi-tinggi kok nggak nikah aja. Tapi saya masih tetap ingin kuliah untuk kehidupan yang lebih baik. Jelas Hida.