Brilio.net - Setiap perayaan Imlek, sebagian warga Tionghoa di Jakarta selalu menyempatkan beribadah di Vihara Dharma Bhakti, salah satu klenteng tertua di Jakarta. Maklum klenteng yang terletak di Jalan Kemenangan, Petak Sembilan di bilangan Glodok, Jakarta Barat ini selain bercorak Budhis, juga dikenal menyimpan sejarah kehidupan masyarakat Tionghoa di Jakarta. Klenteng yang dibangun pada 1650 ini sebelumnya dikenal sebagai klenteng Kebajikan Emas atau yang dalam bahasa Tionghoa disebut Kim Tek Ji.

“Setiap tahun kami sekeluarga selalu menyempatkan datang ke vihara ini untuk bersembahyang dan memohon doa agar diberikan keselamatan dan kesejahteraan,” ujar Meylani Wijaya, salah satu warga Tionghoa yang tinggal di Sunter, Jakarta Utara kepada brilio.net, Senin (8/2).

Keberadaan pengemis di klenteng ini berlangsung sejak 400 tahun silam

Selain bersembahyang, warga Tionghoa juga memberikan angpao kepada ratusan fakir miskin dan pengemis yang berkumpul di pelataran klenteng. Sudah menjadi pemandangan lazim jika setiap imlek para pengemis selalu mendatangi klenteng yang pertama dibangun dikenal sebagai klenteng Guo Xun Guan ini, sebagai bentuk penghormatan bagi pendeta wanita Budha yang sangat pengasih, Guan Yin.

BACA JUGA: Beruntungnya wanita ini, terbang seorang diri saat musim mudik Imlek

“Sudah biasa kalau imlek klenteng banyak dikunjungi mereka yang tidak mampu. Bagi kami warga Tionghoa ini juga sekaligus bisa berbagi dengan memberikan angpao. Tidak banyak, tapi yang penting bisa berbagi,” kata Yohannes Sidarta, warga Mangga Besar, Jakarta Barat.

Menariknya, sumbangan kepada kaum papa ini sudah berlangsung sejak klenteng ini pertama kali berdiri. Artinya, tradisi pemberian sumbangan kepada kaum miskin di klenteng yang pernah terbakar hebat pada Maret tahun lalu ini sudah berlangsung 400 tahun.

Keberadaan pengemis di klenteng ini berlangsung sejak 400 tahun silam


“Hal ini sudah jadi tradisi sejak pertama kali klenteng ini berdiri. Tapi kami atur bagi mereka yang ingin memberikan sumbangan agar menyerahkan kepada panitia supaya lebih tertib dan tidak berebutan,” ujar Tanadi Pranata, salah seorang koordinator pengurus Vihara Dharma Bhakti.

Kendati keberadaan pengemis memadati pelataran klenteng, namun mereka tidak mengganggu kekhusukan warga Tionghoa yang ingin beribadah di klenteng yang pada 1755 bernama Jin de yuan (Klenteng Nasib Baik) ini.