Brilio.net - Siapa yang tak kenal batik? Warisan budaya Nusantara ini begitu lekat dengan kultur masyarakat Indonesia. Untuk membuat selembar kain batik dibutuhkan tahapan proses yang cukup panjang. Teknologi yang ada telah mempermudah proses yang ada. Meski begitu, ternyata dalam proses pelorodan atau pelunturan malam, para pengrajin batik utamanya Usaha Kecil Menengah (UKM) masih banyak yang menggunakan cara tradisional.

Melihat permasalahan itu, sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menciptakan mesin yang diberi nama POBIA sebagai mesin peluntur malam kain batik semi otomatis. Mereka adalah Sonny Aditya Luqman Hakim, Irfan Maulana Ardiansyah, Muhammad Faisol, dan Ahmad Mubarokh.

 

Hebat, mahasiswa ITS buat alat peluntur malam batik semi otomatis


Berdasarkan hasil pengamatan pada produksi batik Madura, terang Sonny, ternyata masih banyak yang menggunakan cara manual dalam proses pelorodan malam kain batik. "Saat kain batik dimasukkan ke dalam kuali, pekerja melakukan proses mengaduk serta menaik-turunkan kain seperti halnya orang mencuci pakaian dengan menggunakan sebilah kayu panjang. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi keselamatan kerja dan produktivitas UKM," terang Sonny kepada brilio.net, Selasa (29/9).

Empat sekawan tersebut kemudian mencetuskan mesin yang mampu menggabungkan 3 proses pelunturan malam kain batik dalam satu alat yang diberi nama POBIA. Alat ini bekerja dengan menggunakan dua alat, yakni power screw yang digerakkan oleh motor listrik secara naik turun dan motor AC sebagai penggerak pengait kain batik yang bergerak secara rotasi saat kain batik dimasukkan ke dalam kuali berisikan air yang dipanaskan.

"Dengan alat tersebut, hanya dibutuhkan waktu sekitar 7 menit untuk melorod atau melunturkan malam dari 4 kain batik sekaligus," terang Sonny.

Praktis, proses pelunturan yang biasanya harus dilakukan dengan pencelupan dan pengangkatan yang berulang kali, kini bisa dilakukan singkat dengan alat tersebut. Pastinya, alat ini lebih aman digunakan daripada cara manual yang selama ini ada. Atas ide cemerlang itu, tak heran jika Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Teknologi (PKM-T) ini mengantarkan mereka ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) di Universitas Halouleo Kendari Sulawesi Tenggara.