Brilio.net - Malaikat itu menyamar dalam tubuh tiga sahabatnya. Lewat pertolongan mereka, Fendi (25), berhasil keluar dari jeratan narkoba. Bahkan pria yang kini merantau di Batam, Riau, ini kembali percaya diri karena berhasil masuk kuliah setelah lulus SMA di Padang. Akan tetapi impian menjadi sarjana psikologi harus dilepas demi membalas budi sahabatnya.

Muhamad Efendi, nama lengkapnya, telah akrab dengan barang haram sejak awal masuk SMA di Padang pada 2007. Bahkan dia sering ‘nongkrong’ hingga larut malam untuk ‘berpesta’. Dia mengakui bahwa kebiasaan buruk ini diakibatkan karena kepribadiannya yang sulit untuk mengekpsresikan emosinya. “Sampai kelas dua SMA kebiasaan ini semakin parah,” tuturnya kepada brilio.net melalui sambungan bebas pulsa 0800-1-555-999, Kamis (29/10).

Meski dia tidak mempunyai banyak sahabat, tetapi diam-diam ada yang mempedulikannya. Mereka adalah Riki, Astri, dan Monika. “Waktu itu pas upacara bendera dan saya posisi paling depan, karena sakau saya pingsan,” kenangnya. Saat sudah sadar, tiba-tiba dia sudah berada di kosannya Riki. Mendengar kabar tersebut, Astri dan Monika rela bolos pelajaran untuk membantunya. Akan tetapi niatannya dicegah oleh wakil kepala sekolah kala itu.

“Karena Astri dan Monika tidak bisa menjelaskan alasannya untuk membolos, wakasek (wakil kepala sekolah) langsung interogasi,” tegasnya. Sejak saat itulah semua perbuatan Fendi terbongkar. “Kemudian saya dipanggil oleh wakasek,” ucapnya. Dia sempat tegang menerima panggilan tersebut. “Anehnya para guru menangis melihat kondisi saya waktu itu,” jelasnya.

Fendi tidak dihukum atau diskors, tetapi harus menjalani rehabilitasi selama tiga bulan. “Saat itu saya sempat ingin bunuh diri,” ungkapnya. Di masa gelapnya itu, ketiga sahabat itulah yang menguatkannya. “Setiap Hari Sabtu, mereka selalu mengirim surat atau foto,” terangnya. Dukungan itulah yang membuat dia sukses dalam masa rehabilitasi.

Semenjak itu, Fendi sudah bersih dari barang haram. Kemudian, dia juga menjadi teman dekat bagi mereka bertiga. Bahkan, pada 2009 dia juga lolos masuk jurusan psikologi. “Saat tes kesehatan ada rasa was-was juga, takut tidak lulus,” katanya. Tetapi nasib baik berpihak kepadanya. Dia akhirnya belajar di salah satu universitas di Padang.

Belum genap setahun kuliah, Fendi memutuskan untuk berhenti. “Saya ingin membantu Astri,” jelasnya. Dengan bantuan Monika, Fendi membantu Astri kuliah. “Astri itu orangnya pinter, sayang saja keluarganya tidak mampu,” jelasnya. Dengan diam-diam, Fendi memberikan uang saku dari orangtuanya untuk kuliah Astri. Niatan ini sengaja dilakukan untuk membalas budi Astri yang sudah menyelamatkan kehidupannya.

“Punya ijazah SMA saja saya tidak nyangka,” jelasnya. Akan tetapi perbuatan Fendi ini terendus juga oleh Astri. Hal inilah yang membuat hubungan persahabatan mereka retak. Riki dan Astri menyalahkan Monika karena membantu perbuatan Fendi. Demi terhindar dari konflik yang semakin panas, Fendi memutuskan untuk pergi ke Batam pada tahun 2010.

Hingga kini, Fendi belum pernah berkomunikasi dengan mereka bertiga. “Sebenarnya saya tahu kabar mereka lewat teman saya yang masih di Padang,” jelasnya. Kini dia masih tidak memahami mengapa Astri dan Riki masih marah dengan perbuatannya di kala itu. Dia berniat bahwa hal itu dilakukan sebagai ucapan terima kasih.