Brilio.net - Butce Lie, pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, yang dibesarkan di Papua ini sudah lebih dari 20 tahun menginjakkan kaki di Amerika Serikat. Bahkan dia sudah berganti warga negara menjadi warga negara negeri Paman Sam. Tapi, darah Indonesia tak pernah berhenti mengalir dalam tubuh lelaki yang mengaku masih memiliki keturunan Kerajaan Maros dan Tionghoa ini.

Terbukti, Butce sangat bangga dengan 30 helai batik dan 40 kain tenun asli Indonesia yang dimilikinya. Itulah identitas saya sebagai orang Indonesia. Saya sudah berpaspor Amerika Serikat, tapi saya tetap punya kebanggaan sebagai orang Indonesia, kata Butce kepada brilio.net saat ditemui di acara 3rd Congress of Indonesia Diaspora di Jakarta beberapa waktu lalu.

Tak heran jika dia selalu mengenakan batik malah terkadang memakai kain tenun dalam beraktivitas sehari-hari. Pria yang menjadi Wakil Ketua Diaspora Indonesia di Los Angeles mengaku sangat senang dengan keberadaan diaspora Indonesia.

Maklum, setelah berpindah warga negara, Butce mengaku kerap dijuluki pengkhianat bangsa. Padahal, dia mengaku tak akan pernah lupa dengan darah Indonesia yang mengalir dalam tubuhnya. Karena itu sampai saat ini Butce mengaku tetap sebagai orang Indonesia.

Apalagi, saat diaspora Indonesia terbentuk pertama kali pada 2012 silam, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat saat itu Dino Patti Djalal menekankan bahwa diaspora Indonesia bukan hanya mereka yang memegang paspor hijau (Indonesia) saja, tapi juga mereka yang merasa sebagai orang Indonesia meski sudah berpaspor negara lain.

Dulu kami itu sering disebut sebagai pengkhianat bangsa karena pindah warga negara. Paling tidak saya disebut eks-Indonesia. Tapi sekarang saya mendapat predikat baru yaitu diaspora Indonesia. Makanya kalau saya di Amerika ditanya kamu orang apa, saya memang orang Amerika tetapi saya juga diaspora Indonesia. Karena itu diaspora Indonesia punya satu arti bagi saya bahwa saya punya identitas baru, tukas Butce.

Karena bagaimanapun kata Butce, darah Indonesia akan tetap mengalir dalam tubuhnya. Butce mulai ke Amerika sejak 20 tahun lalu dan mulai buka bisnis sebagai importir ikan hias dan bunga karang.

Butce berkisah, awal hijrah ke Amerika pada 1994 setelah mendapat tawaran dari seorang koleganya, Handoyo, juga seorang diaspora Indonesia di Amerika. Saat pertama mendapat tawaran itu, Butce kaget bukan kepalang. Maklum, dia sama sekali tak mengerti soal seluk beluk bisnis ikan hias dan terumbu karang. Sebab, Butce adalah seorang insinyur di bidang pengolahan limbah.

Namun Handoyo meyakinkan dirinya agar belajar sambil membuka usaha. Ajakan itu pun akhirnya diterima Butce dengan membuka usaha ikan hias dan terumbu karang. Awal memulai usaha Butce mengalami kesulitan mendapatkan bunga karang, apalagi untuk bunga karang yang masuk dalam kategori dilestarikan. Berkat kerja kerasnya, Butce kini tinggal memetik hasilnya.

Hingga kini usahanya tetap berjalan. Malah saat ini Butce memiliki tempat budi daya terumbu karang di tiga daerah di Indonesia yakni di Banyuwangi, Sawangan, dan Kepulauan Seribu.

Setiap minggu, pria yang juga menjadi President Hippocampe USA ini mengimpor bunga karang dari Indonesia. Menariknya, Butce hanya mengimpor ikan hias dan bunga karang dari Indonesia saja dan dia mengaku sebagai salah satu penyumbang devisa bagi negara sebesar USD 1 juta per tahun.