Semua cerita hari ini bisa menginspirasi Anda untuk menyelesaikan tantangan Intel #ZEROTOHERO. Lengkapnya di sini: https://www.facebook.com/IntelIndonesia/photos/

Brilio.net - Dia memilih terjun ke dunia usaha pada 2006 setelah ayahnya sakit. Karena itu juga dia tak lagi mampu melanjutkan studinya di Australia. Awalnya dia bekerja pada seorang teman yang bergerak di bidang desain grafis. Dua tahun kemudian, tepatnya pada Maret 2008 setelah merasa dirinya mampu, dia memutuskan membuka usaha sendiri bersama sejumlah temannya dengan mendirikan Magnivate, perusahaan internet advertising di ranah online dan bertahan hingga saat ini. Begitulah lika-liku jalan hidup Kevin Mintaraga, pria kelahiran kelahiran 19 Januari 1985.

Langkah Kevin menekuni dunia usaha karena dia melihat perkembangan digital dan internet yang begitu pesat. Fenomena inilah yang ditangkap Kevin sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Melalui Magnivate, Kevin menawarkan layanan full service. Artinya, dia melayani konsumen mulai dari penyusunan materi, desain iklan, pembuatan website hingga memilihkan media yang akan memuat iklan tersebut. Lewat layanan ini, klien dengan mudah mengevaluasi iklan yang mereka investasikan.

Sebab, akan berbeda jika iklan yang dibuat dilakukan oleh beberapa agensi. Boleh saja si klien akan puas dengan desain grafis yang ditawarkan. Tetapi, seringkali klien merasa tak puas dengan pemilihan media sehingga iklan tersebut dikatakan tidak sukses. Bisa juga terjadi sebaliknya, pemilihan medianya sudah tepat, tetapi garapan desain grafisnya yang kurang memuaskan.

"Kompetitor ada yang hanya jago membuat website, atau fokus pada sosial media saja. Ada yang jagonya search saja. Sementara Magnivate, punya semuanya. Jadi cukup datang ke Magnivatekita yang handle semuanya, mulai dari memikirkan strategi, membuat website, sosial media, beli iklan online dan lainnya. Kami punya pilar-pilar yang kuat sehingga bisa mempertanggungjawabkan investasi klien," kata Kevin kepada brilio.net, Kamis (19/11).

Sejak awal, Kevin memang yakin dengan bisnis ini. Menurut dia, bisnis yang bergerak di bidang digital bakal tumbuh pesat. Indikatornya, dalam satu dekade terakhir, internet sangat booming. Ada yang menyebut ini adalah era touch screen, dimana orang beralih membaca apapun melalui smartphone. Orang ramai main Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya.

Dia menjelaskan, pada 2008, share iklan internet di Indonesia baru sekitar 0,25%. Padahal di negara lain sudah melebihi share iklan di televisi. Di Inggris misalnya, saat itu share iklan internet sudah mencapai 22%. Bahkan nilai belanja iklan online juga cukup besar di China. Keyakinan Kevin bertambah saat banyak provider telekomunikasi beralih ke layanan 3G dan pembangunan infrastruktur semakin baik, serta penetrasi internet sudah sangat luas.

Prediksi Kevin tepat, iklan di internet semakin massif seiring dengan makin meningkatnya jumlah pengguna. Terbukti, saat ini, market share iklan internet sudah mencapai 10%, ada lonjakan puluhan kali lipat dibanding 2008 silam. Kondisi ini membuat Magnivate menjadi leader di periklanan digital berbasis online. Tidak heran jika kemudian Magnivate mempunyai prospek besar di mata investor asing, sehingga pada 2012 perusahaan ini diakuisisi dan berubah nama menjadi XM Gravity. Pada 2012, karyawan XM Gravity sudah mencapai lebih dari 150 orang, jauh meningkat dibanding pada awal berdiri yang hanya mempekerjakan empat orang saja.

Pada 2013, Kevin keluar dari XM Gravity dan membuat start up baru yaitu Bridestory. Ini merupakan market place untuk jasa wedding. Di perusahaan ini Kevin menjabat sebagai CEO dan chairman. Ini perusahaan yang dia dirikan bersama istrinya. Ide mendirikan Bridestory muncul ketika dia menikah pada 2012 lalu dan mengalami sejumlah kendala dalam menggelar pernikahan, mulai dari pemilihan gedung dan lainnya.

"Menggelar wedding di negara sendiri saja susah, apalagi jika orang akan mengadakan wedding di luar negeri atau orang asing akan mengadakan wedding di Indonesia seperti Bali," kata Kevin.

Sama seperti saat mendirikan Magnivate, awal Bridestory berdiri hanya mempekerjakan empat orang. Namun dalam waktu singkat, kini Bridestory sudah hadir di empat negara yaitu Indonesia, Singapura, Australia, dan Filipina. Di Indonesia, Bridestory menjadi pemimpin pasar untuk market place di bidang wedding.

Kini Bridestory terus berusaha memberikan layanan terbaik bagi konsumen dan vendor. Saat membuka situs, konsumen bisa melihat bridestory.com layaknya sebuah mal yang menyajikan keperluan wedding, mulai dari tata rias, gedung, fotografer, konsep wedding dan lainnya. Semua konsumen dan vendor dari berbagai negara bisa melihat penawaran yang ada di sejumlah negara tempat mereka menginginkan wedding dilaksanakan. Tampilan bridestory.com dan infrastruktur web yang prima membuat konsumen bisa leluasa memilih layanan yang mereka inginkan sesuai konsep dan budget yang dimiliki.

Sejak awal, Kevin yakin Bridestory akan berkembang pesat. Karena saat ini ada pergeseran konsep wedding, dari yang sebelumnya merupakan acara orangtua, kini couple (pasangan) mulai mempunyai ruang yang jauh lebih besar untuk menentukan acara pernikahan sendiri. "Wedding yang dibuat oleh pasangan umumnya mengundang orang lebih sedikit. Mereka mengundang orang yang dikenal atau temannya, sehingga budget undangan menjadi lebih mahal," kata Kevin.

Saat ini di bridestory.com tidak kurang menaungi 15.000 vendor dari 40 negara dengan jumlah kunjungan lebih dari 500.000 setiap bulan. Biaya yang dikeluarkan vendor bervariasi. Vendor yang berupa gedung atau venue tentu berbeda dengan makeup artis. Sayangnya, Kevin enggan menyebut nilai transaksi yang dia peroleh per bulannya. Namun dia memastikan bahwa perkembangan Bridestory pada 2015 dibanding tahun lalu meningkat lebih dari 100%. Terbukti, saat ini Bridestory mampu mempekerjakan sekitar 150 orang di empat negara.

Kesuksesan Kevin tak lepas dari kerja keras yang dia lakukan selama ini. Selain itu, dia berpandangan, dalam membangun tim kerja sangat diperlukan agar seluruh anggota tim bahagia. "Saat orang happy dan kerja sesuai passion, maka bisa melahirkan kreativitas dan inovasi yang baik ketika mendapat tantangan," jelas Kevin.

Untuk tahun depan, Kevin menegaskan bakal mengembangkan bisnisnya ini agar bisa menjadi yang nomor satu di negara-negara yang sudah terdapat bridestory.com. Selain itu, dirinya juga bakal menjadikan lebih profitable dalam kacamata bisnis. "Ingin mewujudkan visi bridestory.com yaitu dream wedding possible," tandasnya.

Sementara Anda terinspirasi kisah-kisah mereka, ikuti tantangan kami di Facebook untuk mendapatkan kesempatan menjadi bagian dari pasukan Zero to Hero serta memenangkan PC berprosesor Intel Pentium setiap minggunya. Informasi detail silakan ke: https://www.facebook.com/IntelIndonesia/