Brilio.net - Selama ini banyak orang bertanya-tanya, dari mana nama Roxy di Jakarta Pusat itu berasal. Maklum, nama wilayah yang kini terkenal dengan pusat perdagangan telepon seluler terbesar di Asia Tenggara itu terdengar sangat aneh.  

Ternyata, Roxy diambil dari sejarah keberadaan bioskop di Batavia tepatnya di Jalan Tangerang (sekarang Jalan KH Hasyim Ashari) yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda di awal bad ke-19.

Saat itu, bioskop merupakan hiburan baru yang langsung digandrungi masyarakat. Ketika itu terjadi momentum ledakan budaya yang tak disia-siakan pengusaha di ibu kota untuk meraup keuntungan. Di Batavia mulai bermunculan bioskop yang dibangun Belanda, salah satunya bioskop Roxy.

Saat itu ketika orang ditanya akan ke mana, cara yang paling gampang untuk menjawabnya, “Ke Roxy!”. Jadilah wilayah itu disebut kawasan Roxy. Bioskop Roxy dulu menjadi tempat favorit bangsa Belanda untuk menyaksikan “gambar idoep” (bioscoop dalam bahasa Belanda) yang mulai diperkenalkan di Indonesia pada 5 Desember 1900.

Kedudukan penguasa (Belanda), pengusaha (China) dan “Inlanders” (pribumi) tergambar dalam kelas di bioskop ini. Untuk kelas paling murah ditambah

keterangan “boeat orang Slam dan Djawa sadja”, karena agama pribumi mayoritas Islam, maka mereka disebut juga “bangsa Slam”. Kelas III (paling depan) disebut kelas kambing, karena penonton suka bersuit-suit dan berteriak terutama pada waktu lampu ruangan dimatikan sebagai tanda akan dimulainya pertunjukan atau dalam menyambut adegan yang menarik.

Pada tahun 2000 bioskop ini tutup karena sepi pengunjung. Sekarang bioskop itu sudah tak ada lagi, berubah menjadi bangunan ruko. Namun, nama Roxy tetap melekat hingga sekarang meski saksi bisu sejarah Belanda itu sudah sirna tergerus zaman.