Brilio.net - Kamu sudah tahu kalau Film Surga yang Tak Dirindukan itu mengambil setting di Yogyakarta? Film yang diadaptasi dari novel karya Asma Nadia tersebut memang cukup sukses di pasaran. Hal itu berkat akting ketiga tokoh utama, yaitu Fedi Nuril, Laudya Cintya Bella dan Raline Shah yang memesona.

Namun, ada empat kejanggalan dalam film tersebut yang menyangkut setting. Kamu yang oranga asli Kota Gudeg atau lama di Yogyakarta tentu langsung menyadarinya. Berdasarkan kajian tim brilio.net ini 4 kejanggalan yang mencolok dalam film tersebut, Senin (28/12:


Pada awal film, ada adegan Pras diperankan Fedi Nuril bersama kedua kawannya menolong anak kecil murid Arini (Bella) yang terjatuh dari sepeda. Saat ditanya Pras, anak yang bernama Hasbi tersebut menjawab akan ke masjid yang menujukkan lokasinya dekat dengan Panggung Krapyak. Panggung Krapyak berada di Jalan KH Ali Maksum, sementara masjid tempat Arini mengajar terletak di Kotagede. Jarak kedua tempat tersebut sekitar 5,6 Km. Gila, masa jauh amat sih masjidnya?

Dalam adegan Pras yang lagi PDKT, Arini bercerita jika rumahnya berada di Muntilan dengan jarak tempuh 30 menit saja. Memang sih Muntilan daerah yang bertetangga Yogyakarta, tapi ya nggak secepat itu. Dari Yogyakarta, khususnya wilayah kota membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk sampai ke Muntilan. Hmmm, mungkin bisa jadi maksudnya Arini Yogyakarta wilayah Tempel, yang berbatasan langsung kali ya. Berpikir positif saja deh.

Dalam salah satu adegan, Pras melaju di jalanan daerah Kulon Progo untuk melihat proyek jembatan yang digarapnya. Tiba-tiba dia disalip mobil kencang yang dikendarai Meirose (Raline Shah). Tak lama kemudian, mobil tersebut terperosok ke jurang. Sudah bisa ditebak, Pras langsung menolongnya dan membawa ke rumah sakit. Tapi yang bikin aneh Meirose diantar ke Rumah Sakit JIH yang berada di Kabupaten Sleman dengan jarak tempuh hampir 2 jam. Padahal, kondisi Meirose darurat kok sampai lintas kabupaten gitu ya? Kulon Progo kan banyak rumah sakit juga.

Menurut brilio.net kesalahan adegan yang satu ini terbilang cukup fatal. Di akhir film, diceritakan Meirose memutuskan untuk meninggalkan dari kehidupan Pras dan Arini dengan pergi ke Jakarta. Pras dan Arini pun tak tinggal diam, mereka berusaha mencegah kepergian Meirose dengan mencarinya di Stasiun Tugu. Kalau Meirose naiknya kereta bisnis atau eksekutif sih masuk akal karena memang berangkat dari Stasiun Tugu. Tapi ini si Meirose ternyata naik kereta ekonomi yang seharusnya berangkat dari Stasiun Lempuyangan. Aduh, lagian ini Meirose kok naik kereta ekonomi sih, nggak punya duit atau gimana ya?

Terlepas dari empat kejanggalan tersebut, film Indonesia yang satu ini layak ditonton kok. Terbukti dengan banyaknya para penonton khususnya wanita yang sibuk menghapus air mata usai menontonnya. Kamu sendiri gimana, nangis nggak nonton film ini?