Brilio.net - Grup musik asal Manchester, Inggris, The 1975 sukses menghibur penggemarnya di Jakarta, Minggu (29/9) malam di Helipad Parking Ground, Senayan, Jakarta. Ini untuk kedua kalinya The 1975 tampil di Jakarta. Sebelumnya band beraliran indie pop rock yang digawangi Matthew Healy (vokal, gitar), Adam Hann (vokal, gitar), George Daniel (drum), dan Ross MacDonald (bass) pernah berkunjung pada 2016 lalu di ajang festival We The Fest.

Nah pada penampilan kedua lewat konser bertajuk A Brief Enquiry Into Online Relationships Tour ini, The 1975 tampil dengan sarat pesan yang disampaikan, termasuk soal kepedulian pada lingkungan hidup. Hal itu terlihat bukan hanya dari lagu-lagu yang dilantunkan tetapi juga visual yang ditampilkan.     

Sebelum The 1975 tampil, Barasuara yang menjadi band pembuka menghangatkan suasana dengan sejumlah lagu hits. Penonton pun dibuat penasaran. Sebab setelah Barasuara turun panggung, penonton harus menunggu cukup lama untuk menyaksikan The 1975 tampil.

The 1975 © 2019 brilio.net

Setelah menanti cukup lama akhirnya sekitar pukul 20.45 WIB Matt Healy (vokalis) yang mengenakan kaos merah bertuliskan ‘Question Authority’ dipadu rok motif bunga muncul diiringi intro. The 1975 langsung tancap gas dengan melantunkan ‘People’, single terbaru mereka yang akan dimasukkan ke dalam album ‘Notes on a Conditional Form’ yang rencananya akan dirilis Februari mendatang. Lagu People merupakan seruan bagi masyarakat untuk bertindak melawan masalah dunia, termasuk kesenjangan generasi, konservatisme, dan masalah politik.

Dalam konser kali ini The 1975 banyak membawakan lagu dari album A Brief Inquiry into Online Relationship. Sebut saja lagu Give Yourself a Try, TooTimeTooTimeTooTime, Sincerity is Scary, dan It’s Not Living. Tidak hanya bernyanyi, Matt sebagai vokalis juga cukup hangat beronteraksi dengan penonton.

Terbukti, di tengah konser saat ia tampil dengan ransel dan kupluk ketika melantunkan Sincerity is Scary, ia pun melemparkan kupluk yang ia kenakan kepada penonton. Sontak askinya ini disambut riuh  penonton.    

Tak hanya itu, Matt juga meminta penonton yang berada di area Festival B yang berada di bagian belakang untuk menyatu dengan penonton di area Festival A yang terletak persis di ddepan panggung. Hal ini menunjukan Matt dan band-nya tak ingin ada pembatas di antara penonton. Sontak ajakan tersebut disambut baik penonton yang sebelunya berada di belakang pagar pembatas antara area Festival B dan Festival A.   

“Saya tahu kalian tak bayar tiket untuk Festival A, tapi saya nggak peduli,” teriak Matt dari atas panggung.

The 1975 © 2019 brilio.net

Matt juga melontarkan pertanyaan kepada penonton cewek tentang hijab yang digunakan sejumlah penonton, saat dirinya membawakan lagu Chocolate. “Saya tidak tahu tentang budaya di sini, tapi apakah itu (hijab) warnanya harus sama, saya penasaran aja,” ujar Matt.

Matt melontarkan pertanyaan itu karena ia melihat banyak hijab yang warnanya sama. Namun penonton sontak menjawab tidak. “Jadi yang penting nyaman aja? Saya pikir warnanya harus sama soalnya banyak yang sama, kalia keren!,” lanjut Matt.  

Kepedualian The 1975 terhadap lingkunga hidup khususnya tentang perubahan iklim diperlihatkan usai melantunkan lagu I Always Wanna Die. Ia meminta penonton diam. Matt kemudian duduk menghadap layar di belakang panggung yang memutar tayangan tentang perubahan iklim. Narasi video tersebut diibawakan Greta Thunberg, aktivis lingkungan asal Swedia yang berusia 16 tahun.

Nah narasi itu sebenarnya diambil dari pidato Greta di Parliament Square, London, Inggris pada 31 Oktober 2018 silam. Saat iitu Greta menegaskan soal gerakan Mogok Sekolah Untuk Iklim yang ia lakukan pada Agustus 2018. Dalam aksi itu Greta mengajak masyarakat beraksi menyuarakan masalah perubahan iklim dan melawan peraturan yang tidak mendukung kepedulian pada perubahan iklim.

The 1975 © 2019 brilio.net

Setelah itu, The 1975 membawakan Love It If We Made It dengan visual terkait gerakan lingkungan. Yang jelas, The 1975 membawa sederet kepedulian pada isu sosial, perubahan iklim, hingga situasi politik.

Selama satu setengah jam penampilan, The 1975 membawakan sekitar 23 lagu dengan tata panggung sederhana tapi megah berkat permainan cahaya lampu dan visual yang memukau serta memanjakan mata.