Brilio.net - Aktivitas bermusik sejak dulu harus diakui memang menjadi sarana kreativitas yang positif. Di era milenial hari ini, musik sudah sedemikian mampu untuk membangun image dan pengaruh luar biasa dalam pembentukan karakter serta nilai-nilai sosial baru para remaja. Gelombang tren silih berganti menghampiri generasi muda dengan segenap atribut dan idiomnya.

Maka tak heran, belakangan tahun ini banyak bermunculan grup band-band dengan banyak genre musik dan tema lirik. Kalau biasanya band identik dengan aliran musik pop, rock, alternatif, metal, dan sebagainya. Namun bagaimana jadinya jika salawat dilakukan dalam balutan full band?

Situasi tersebut ditangkap dalam bentuk kegelisahan akan dekadensi moral dan spiritual oleh Kiai Haji Muhammad Fuad Riyadi atau yang lebih dikenal sebagai Gus Fuad. Pengasuh pondok pesantren Roudlotul Fatihah di Pleret Bantul Yogyakarta ini merasakan bahwa telah terjadi pergeseran moral dan orientasi terhadap capaian suatu karya musik.

Dua tahun silam Gus Fuad membentuk kelompok musik bernama ROFA Band yang mempunyai misi untuk menyebarkan cinta kasih terhadap sesama dan seluruh makhluk ciptaan-Nya. Didedikasikan untuk meneladani sifat dan akhlak Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW yang menginterpretasikan rasa cinta pada tataran sangat tinggi dan luhur, mencakup segenap semesta kehidupan duia dan akhirat.

Merayakan Kanjeng Nabi  © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@fndkbl - Hendy Winartha



Lebih kurang ada 25 syair lagu yang digagas dan sudah rampung menjadi karya musik dalam format band. Semuanya juga telah tersyiar luas melalui jaringan media digital. Dalam rangka mengajak generasi muda dan remaja ikut berpartisipasi dan menjadi bagian dari ritual perayaan cinta dan kasih sayang ini, maka dibuatlah ajang festival band bagi pelajar dan mahasiswa, agar bersama-sama saling menerima dan memberi pesan cinta, kasih sayang dan kedamaian melalui akhlak yang benar.

Lagu-lagu salawat dengan iringan musik rock yang selama ini diciptakan Gus Fuad tak lain adalah keprihatinannya karena semakin maraknya gelombang paham yang keliru. Salah satunya gelombang tren hijrah yang pada akhirnya mendegradasi esensi keindahan musik, bahkan musik Islam. Para pelaku seni, terutama musisi pun resah. Sebab banyak anggapan yang menilai musik itu haram. Padahal, musik dapat digunakan sebagai alat untuk berdakwah.

Hal itulah yang memotivasi Gus Fuad untuk menyelenggarakan sebuah event musik salawat di Yogyakarta, yaitu Festival Band Sholawat (FBS). FBS merupakan event dengan nuansa religi yang kental dengan alunan nada-nada musik variatif. Dalam acara tersebut banyak anak muda yang menunjukkan bakatnya dalam bersalawat dengan iringan musik beraneka ragam. Mulai dari genre pop, jazz hingga rock.  

Pada Kamis (29/8) malam di Taman Budaya Yogyakarta (Concert Hall), Gus Fuad bersama puluhan musisi muda tampil memukau dengan dentuman alat-alat musik yang dimainkan. Dengan gaya masing-masing, mereka dengan suka cita melantunkan lagu-lagu bertema salawat, merayakan cinta kasih sebagai ciptaan yang memuji keagungan yang Maha Kuasa.

Event yang digagas penuh oleh Rofa Enteprise ini juga merupakan realisasi hajat dari Mujahid Musik Indonesia dalam bentuk kegiatan dan aktivitas yang konkret. Tujuannya agar berdampak langsung terhadap khalayak luas dan pihak-pihak yang kompeten. Festival ini memperoleh dukungan penuh Polda DIY, karena relevan dengan program dan kewajiban kepolisian untuk selalu mengayomi dan dekat dengan masyarakat.

Merayakan Kanjeng Nabi  © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@fndkbl - Hendy Winartha



Polda DIY memberikan apresiasi terhadap kegiatan positif yang dilakukan pelaku seni, sekaligus membantu pihak kepolisian mengantisipasi masuknya paham-paham yang berpotensi memecah belah bangsa dan bertentangan dengan ideologi Pancasila.

"Saya ucapkan terima kasih kepada Polda DIY yang juga ikut mensupport untuk acara ini," ucap Gus Fuad saat memberikan sambutan di pertengahan lagu

Acara yang dibuka dengan puisi dari penyair Evi Idawati ini mendapat banyak atensi dari para pengunjung. Pasalnya, mereka tak pernah menyangka bahwa rasa cinta kasih kepada Rasullah SAW tak melulu hanya bisa diungkapkan pada waktu salat saja. Hal tersebut turut dirasakan oleh salah satu pengunjung yang ikut menyaksikan anaknya tampil.

Sholeh (53) yang saat itu duduk di bangku tengah sempat melakukan standing ovation saat anaknya tampil membuka acara tersebut. Dengan wajah bangga dan senyum semringah, Sholeh bertepuk tangan melihat sang anak dapat mengiringi musik untuk Kanjeng Nabi.

"Pastinya saya bangga, karena ternyata salawat itu nggak melulu kalau di tempat-tempat tertentu, kayak pas salat. Ini di atas (panggung musik) bagus, malah bagus banget," ujar Sholeh ketika berbicang dengan brilio.net.

Tak hanya Gus Fuad yang tampil selama acara, para musisi muda seperti Jazz Mben Senen, Drummer Guyub Yogyakarta (DGYK), Tari Sufi El Maqashid, Keroncong Agawe Santosa, Cakka Nuraga hingga Langit Sore ikut serta mengagungkan Kanjeng Nabi dalam satu panggung. Suasana saat itu sangat pecah dan meriah, ramai dengan tepuk tangan dan lantunan salawat dari seluruh pengunjung di Taman Budaya Yogyakarta.

Merayakan Kanjeng Nabi  © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@fndkbl - Hendy Winartha



Selama bernyanyi di atas panggung, Gus Fuad selalu konsisten menyebut nama Kanjeng Nabi. Pria karismatik yang kerap disebut 'Kiai nyentrik' ini berhasil membawa suasana selalu meriah, penuh canda, namun tetap khusyuk dengan tema salawat. Hal ini pastinya sangat jarang ditemukan di beberapa daerah lain.

Salah satu pertunjukan yang paling ditunggu dalam event ini adalah kehadiran Cakka Nuraga dan Langit Sore. Kalau biasanya kita mendengar lantunan lagu dari keduanya dengan lirik tentang percintaan kepada kekasih, kali ini mereka beradu dalam satu panggung melantunkan salawat pada Kanjeng Nabi.

Tak hanya bernyanyi, Cakka pun berpesan kepada para penonton. Ia berpesan agar Indonesia tidak terpecah belah. Tak membedakan warna, tak membedakan jenis lagu, tapi bisa hidup berdampingan dengan segala perbedaan yang ada. Pesan yang disampaikan Cakka dengan iringan lagu tersebut sontak mendapat tepuk tangan meriah dan pelukan hangat Gus Fuad di atas panggung.

"Tidak usah saling membedakan warna, karena semua warna indah. Tak perlu juga membedakan semua jenis lagu, karena semua jenis lagu itu baik. Tapi yang jelas kita harus tetap bersatu dengan perbedaan," ujar Cakka Nuraga disambut jeritan histeris penonton muda.

Merayakan Kanjeng Nabi  © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@fndkbl - Hendy Winartha



Event ini disambut baik tak hanya oleh warga Yogyakarta, namun ada juga penonton dari luar Jawa yang ikut menikmati event ini. Ia adalah Susanti yang berasal dari Palembang. Berasal dari Pulau Sumatera, tak menjadi penghalang baginya untuk menyaksikan FBS. Pasalnya, ia sudah sejak lama ingin melihat langsung bagaimana Gus Fuad bernyanyi. Susanti pun merasa puas saat melihat dan mendengar Gus Fuad tampil di atas panggung.

"Senang pokoknya, capeknya terbayarkan Gus Fuad sama bandnya itu (ROFA Band)," ujar Susanti ketika ditemui usai pertunjukan FBS.

Perlu diketahui, Festival Band Sholawat ini merupakan event salawat pertama yang diselenggarakan di Yogyakarta, bahkan Indonesia. Gus Fuad juga berharap jika FBS ini nantinya akan terus berlanjut dan bisa dilaksanakan di berbagai daerah tertentu.

"Ini adalah event musik salawat pertama di Indonesia, bahkan di dunia sepertinya. Jadi saya harap nanti kita bisa terus melaksanakan setiap tahunnya," beber Gus Fuad.

Sekadar diketahui, KH Muhammad Fuad Riyadi membentuk ROFA Band sejak 1 Oktober 2015. Gus Fuad Plered, sapaan akrabnya, kini mulai berkarya kembali lewat musik setelah sebelumnya lebih banyak berkarya lewat lukisan dan sastra.

ROFA Band ini bisa dibilang sangat unik. Mayoritas berisi session player (musisi paruh waktu) andalan kota Jogja yang skill dan jam terbangnya tak perlu diragukan lagi. Hingga kini Gus Fuad dan ROFA Band pun istikamah mengusung genre rock yang akhirnya mereka namai sendiri dengan sebutan Rock Sholawat.

"ROFA Band itu kan sebenarnya komunitas besar. Saya, kami, semua menampung siapa saja musisi-musisi Jogja atau dari mana pun untuk membantu menyebarkan bareng-bareng nilai cinta nabi besar kita Kanjeng Nabi Muhammad dengan salawat dan seni musik. Siapa saja yang cinta dengan musik, main band, sudah tahu atau mau belajar bersalawat, mari kita berkarya bareng-bareng di ROFA Band," ujar Gus Fuad.

Sampai saat ini Gus Fuad dan ROFA Band sudah mengeluarkan dua album penuh masing-masing berisi 10 lagu, ditambah 5 lagu lepas (single) yang sudah bisa dinikmati di YouTube dan gerai-gerai musik digital.

Rencana ke depan, Gus Fuad juga ingin mengeksplor lebih luas lagi genre musik lainnya seperti keroncong dan jazz, lalu bereksperimen mencampurkannya dengan genre Rock Sholawat. Istikamah merayakan, memuliakan, dan menebar energi kebaikan Kanjeng Nabi Muhammad lewat nada-nada cinta.