Brilio.net - Tidak hanya reklamasi di Jakarta yang jadi perhatian banyak orang, reklamasi Teluk Bali hingga saat ini juga menyita banyak keprihatinan. Salah satunya yang hingga kini terus melakukan perlawanan terhadap reklamasi Teluk Benoa, Bali adalah band punk rock asal Kuta, Bali, Superman is Dead (SID).

Jerinx, drummer SID sekaligus vokalis Devildice itu mengaku sudah sering mendapatkan teror serta larangan manggung. Namun Jerinx bersama SID tetap bertahan pada ideologinya menolak Reklamasi Bali, karena menurut mereka proyek itu jelas-jelas akan merusak lingkungan di Bali.

Kini rupanya orang-orang yang setuju dengan proyek proklamasi memiliki cara yang lebih kejam, untuk menghentikan aksi SID agar perlawanannya kian lemah. Melalui akun Facebooknya, Jerinx menuturkan bahwa selama ini SID sangat sering manggung di event-event besar di kota-kota besar dan kecil di seluruh Indonesia. Dan sejak 3,5 tahun lalu, SID tak pernah henti menggemakan perlawanan #‎BaliTolakReklamasi di setiap panggung yang disinggahinya.

"Semua itu kami lakukan dari hati, secara swadaya tanpa ada yg 'menunggangi' kami, baik secara politis maupun secara bisnis," tulis Jerinx seperti dikutip brilio.net, Selasa (9/8).

SID Tolak reklamasi © 2016 brilio.net

Perlahan namun pasti, rupanya gerakan perlawanan tersebut makin besar dan menuai banyak dukungan, baik itu secara lokal Bali, mau pun dari seluruh Indonesia. Hal ini menurutnya makin membuat gerah penguasa dan pengusaha yang berada di balik proyek destruktif tersebut. Sehingga mulailah mereka bermanuver.

"Awalnya intimidasi mereka lakukan di Bali dengan cara meneror personel SID dan mempersulit ijin konser-konser yang melibatkan SID. Namun cara tersebut tidak mempan, karena meski diteror/dipersulit, justru gerakan perlawanan rakyat melawan penguasa/pengusaha rakus ini makin besar dan terorganisir," lanjut Jerinx.

Menurut Jerinx, makin frustrasi proyek liciknya terancam batal, mereka yang pro dengan reklamasi Bali pun mencoba 'meredam' perlawanan Bali Tolak Reklamasi dengan cara yang lebih licik yaitu mencoba mematikan karir musisi yang melawan.

"Intimidasi pun kembali dilakukan dalam skala yang lebih luas, dengan cara yang sangat culas, memakai segala akses kekuasaan dan power yang mereka miliki untuk menekan penyelenggara event-event musik agar tidak lagi memakai SID, yang otomatis artinya job manggung kami berkurang, dan kami tak seleluasa dulu dalam menyuarakan perlawanan di atas panggung-panggung besar," kata Jerinx.

Jerinx pun mengaku bahwa hingga akhir tahun ini jadwal manggung mereka lengang dan pemasukan mereka sebagai band ikut turun. Tapi upaya tersebut rupanya tak membuat para penolak Bali Reklamasi ini memilih jalan aman dan melupakan perjuangan Bali Tolak Reklamasi. Hal ini, lanjut Jerinx, justru membuat mereka akan berupaya untuk lebih konsisten lagi dalam berjuang.

"Kami percaya rejeki akan selalu ada bagi mereka yang tulus berjuang untuk alam dan tanah kelahirannya. Kami lebih memilih hidup berkecukupan, daripada kaya raya dengan melacurkan idealisme dan harga diri perjuangan semeton Bali kami yang mati-matian mempertahankan rumahnya," pungkas Jerinx dalam tulisannya tersebut.