Brilio.net - PMO (Pornografi, Masturbasi, dan Orgasme) telah menjadi isu yang semakin sering dibicarakan di kalangan masyarakat. Pasalnya, kecanduan PMO bisa memberikan dampak negatif bagi kehidupan seseorang. Terlebih pada remaja, apabila terus-menerus melakukan PMO bisa berdampak pada perkembangan otak.
Bagaimana tidak, paparan berlebihan terhadap konten pornografi dapat menyebabkan perubahan pada struktur otak yang memengaruhi kemampuan belajar serta konsentrasi. Selain menghambat perkembangan otak, PMO juga dapat menimbulkan berbagai masalah psikologis hingga sosial.
Seseorang yang terjebak dalam kebiasaan ini sering kali mengalami kecemasan, depresi, bahkan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat. Dampak ini tidak hanya mempengaruhi perilaku seseorang, tetapi juga dapat berdampak pada lingkungan sekitar, seperti keluarga maupun teman-teman.
Mengatasi masalah PMO bukanlah hal yang mudah, namun sangat mungkin dilakukan. Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif dari kebiasaan ini, mulai dari mencari dukungan profesional hingga menerapkan gaya hidup yang lebih sehat.
Nggak cuma itu, penting juga mengenali tanda-tanda bahaya yang ditimbulkan agar kamu dapat mengambil langkah yang tepat demi kesehatan mental maupun fisik yang lebih baik. Lantas apa saja bahaya kecanduan PMO ini? Yuk simak selengkap di bawah ini! Brilio.net lansir dari berbagai sumber, Rabu (30/10).
Bahaya PMO (Pornografi, Masturbasi, dan Orgasme).
foto: freepik.com/freepik
1. Menghambat perkembangan otak.
Paparan berlebihan terhadap pornografi dapat memengaruhi perkembangan otak, terutama pada remaja. Konsumsi pornografi yang tinggi berkaitan dengan perubahan pada struktur otak, seperti penurunan volume materi abu-abu di area yang terkait dengan pengendalian impuls dan pengambilan keputusan.
Sebuah studi yang diterbitkan di JAMA Psychiatry menemukan bahwa individu yang lebih sering mengakses pornografi menunjukkan fungsi kognitif yang lebih buruk, yang pada akhirnya dapat mengganggu kemampuan untuk berkonsentrasi dan belajar secara efektif.
2. Kecemasan dan depresi.
Keterlibatan dalam PMO dapat menyebabkan bahkan memperburuk masalah kesehatan mental seperti kecemasan maupun depresi. Banyak pecandu PMO mengalami perasaan bersalah sekaligus malu yang pada akhirnya bisa memicu stres berkepanjangan.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi penggunaan pornografi dan peningkatan gejala kecemasan serta depresi. Ketergantungan pada perilaku ini sering kali menciptakan siklus di mana individu merasa tertekan, yang pada gilirannya memperkuat kebiasaan PMO.
3. Ketidakpuasan dalam hubungan.
PMO dapat berdampak negatif pada hubungan interpersonal maupun kehidupan cinta seseorang. Ketergantungan pada pornografi sering kali mengarah pada ekspektasi berlebihan pada pasangan, ketika hal itu terjadi dapat menyebabkan rasa kecewa pada pasangan. Apabila terus-menerus merasa kecewa akan hubungan intim tentu dapat pemicu keretakkan dalam hubungan.
4. Disfungsi seksual.
Salah satu dampak serius dari PMO yakni disfungsi seksual. Banyak orang yang terjebak dalam kebiasaan ini mengalami kesulitan saat terlibat dalam aktivitas seksual yang nyata, baik dalam hal hasrat maupun kemampuan untuk berfungsi secara seksual.
Paparan pornografi yang tinggi dapat menyebabkan masalah seperti ejakulasi dini, disfungsi ereksi, hingga penurunan libido. Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Archives of Sexual Behavior mencatat bahwa pengguna pornografi yang lebih sering melaporkan masalah dalam kehidupan seks mereka, yang dapat menimbulkan ketidakpuasan bagi diri mereka sendiri dan pasangan.
5. Pengurangan motivasi hingga produktivitas.
PMO dapat mengganggu produktivitas maupun motivasi seseorang dalam berbagai aspek kehidupan. Individu yang menghabiskan banyak waktu untuk melakukan kebiasaan ini sering kali mengalami penurunan energi dan semangat untuk mengejar tujuan hidupnya.
Bagaimana tidak, ketergantungan pada pornografi dapat menyebabkan seseorang lebih cenderung terjebak dalam perilaku malas sekaligus kurang terlibat dalam aktivitas yang produktif. Hal ini dapat memengaruhi kinerja akademis atau karier, serta menghambat perkembangan diri secara keseluruhan.
6. Ketergantungan hingga lepas kontrol diri.
PMO juga dapat mengarah pada ketergantungan dan kecanduan, mirip dengan perilaku adiktif lainnya. Ketika seseorang terbiasa mendapatkan kepuasan dari pornografi maupun masturbasi, mereka dapat mengalami penurunan tingkat kepuasan dengan pengalaman seksual yang lebih nyata.
Sebuah penelitian di Journal of Behavioral Addictions menunjukkan bahwa banyak individu mengalami gejala kecanduan, seperti keinginan yang kuat untuk mengakses pornografi meskipun menyadari dampak negatifnya. Ketergantungan ini dapat menciptakan siklus di mana individu merasa terjebak dalam perilaku tersebut, alhasil sulit untuk keluar dari siklus ketergantungan PMO. Pada akhirnya semakin terisolasi dari hubungan sosial yang sehat.
Cara mencegah kecanduan PMO.
foto: freepik.com/freepik
Untuk mengatasi PMO (Pornografi, Masturbasi, dan Orgasme) tentu membutuhkan pendekatan yang tak mudah. Namun apabila ada keinginan sekaligus dukungan dari berbagai pihak, tentu bisa diatasi. Adapun cara mengatasi kebiasaan PMO, diantaranya:
1. Mengidentifikasi pemicunya.
Langkah awal yakni mengenali pemicu yang menyebabkan keinginan untuk melakukan PMO, seperti stres atau kebosanan. Dengan memahami pemicu, kamu bisa mengembangkan strategi untuk menghindarinya, sehingga dapat mengurangi keinginan untuk terlibat dalam perilaku tersebut. Misalnya jika bosan di rumah sebaiknya keluar bersama teman-teman agar mengalihkan pikiran dari hal-hal negatif.
2. Mengganti kebiasaan.
Mencari aktivitas positif sebagai pengganti PMO sangat penting. Hobi baru, olahraga, atau kegiatan sosial dapat mengalihkan perhatian dari kebiasaan negatif.
3. Mencari dukungan sosial.
Jangan takut unutuk berbicara dengan teman maupun keluarga mengenai masalah PMO yang kamu alami. Jika khawatir ada penolakan dari orang terdekat, kamu bisa mencari tenaga profesional. Atau paling tidak, bergabung dengan kelompok dukungan ataupun forum online juga dapat membantu dalam proses perubahan. Dukungan sosial yang kuat berperan penting dalam mengatasi tantangan ini.
4. Mengatur waktu dan batasan penggunaan teknologi.
Membatasi waktu penggunaan perangkat elektronik dapat mengurangi risiko terpapar konten yang memicu PMO. Misalnya, menghindari gadget sebelum tidur atau menjadwalkan waktu tanpa perangkat dapat membantu mengendalikan dorongan tersebut.
5. Mempraktikkan mindfulness.
Mindfulness membantu individu menjadi lebih sadar terhadap pikiran maupun perasaan. Teknik seperti meditasi ataupun yoga dapat mengelola dorongan untuk melakukan PMO dengan lebih baik. Praktik ini terbukti mengurangi kecemasan sekaligus meningkatkan pengendalian diri.
6. Mencari bantuan profesional.
Jika PMO menjadi masalah serius, mencari bantuan dari psikolog atau terapis bisa sangat membantu. Terapi kognitif perilaku (CBT) dapat mengidentifikasi pola pikir negatif yang memicu PMO lalu mengubahnya menjadi lebih positif.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, diharapkan kamu bisa mengatasi kebiasaan PMO serta bisa lebih positif dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Recommended By Editor
- 5 Resep serba daging ala Nusantara, praktis, lezat, dan menggugah selera
- Ternyata begini cara nenek moyang kita habisi panas dalam, nggak perlu pakai obat cukup herbal
- "Happiness Journey to be #GenHappineZ" persembahan kolaborasi Sasa dan Naturally Speaking by Erha
- Jangan diabaikan, ini 7 risiko kesehatan akibat heatwave, lengkap dengan cara mencegahnya
- 5 Resep camilan untuk teman nonton, mudah, lezat, dan berempah
- Kenali 11 gejala infeksi E. Coli, lengkap dengan cara mengobatinya
- 8 Alternatif buah lokal yang tak kalah sehat dari anggur impor
- Mengenal penyakit Brucellosis, ini gejala, penyebab, dan cara mencegahnya
- Faringitis kian mewabah di musim pancaroba, ini 6 cara sederhana untuk mencegahnya