Brilio.net - Kanker rektum menjadi salah satu penyakit yang cukup sering muncul di kalangan orang dewasa. Bagian tubuh yang menjadi sasaran kanker ini adalah rektum, yaitu area usus besar yang terhubung langsung dengan anus.
Gejala awal sering kali tidak disadari, bahkan terkadang dianggap sebagai gangguan pencernaan biasa. Karena gejalanya yang tampak sepele, banyak orang yang baru sadar setelah kondisinya memburuk.
Penyakit ini bisa sangat memengaruhi kualitas hidup, terutama saat pasien sudah berada dalam stadium lanjut. Rasa sakit, perubahan pola buang air besar, hingga penurunan berat badan drastis sering kali dialami oleh pengidapnya.
Sayangnya, banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencegah dan mendeteksi kanker rektum sejak dini. Padahal, pengetahuan dan pencegahan yang tepat bisa membantu menurunkan risiko terkena penyakit ini.
Nah, brilio.net akan mengulas berbagai hal tentang kanker rektum, mulai dari gejala, penyebab, hingga langkah-langkah pencegahannya. Berikut ulasan lengkapnya seperti dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Rabu (13/11).
Apa itu kanker rektum?
foto: freepik.com/stockking
Kanker rektum adalah kanker yang berkembang di bagian terakhir usus besar, yaitu rektum. Jenis kanker ini masih termasuk dalam kategori kanker kolorektal, yang meliputi kanker usus besar dan kanker rektum.
Kanker rektum biasanya bermula dari polip atau pertumbuhan jaringan abnormal di dalam dinding rektum yang lama kelamaan bisa berubah menjadi kanker. Kebanyakan kasus kanker rektum baru terdeteksi setelah kanker berkembang cukup besar, karena sering kali tidak menimbulkan gejala yang signifikan pada tahap awal.
Gejala kanker rektum.
Gejala kanker rektum bervariasi, tergantung pada stadium kanker dan kondisi fisik pengidapnya. Salah satu gejala yang paling umum adalah perdarahan pada saat buang air besar, yang sering kali diabaikan karena dianggap sebagai wasir atau ambeien. Selain itu, perubahan pada pola buang air besar seperti diare atau sembelit yang berlangsung dalam waktu lama juga bisa menjadi tanda peringatan.
Berikut adalah beberapa gejala lainnya yang perlu kamu waspadai:
1. Perubahan konsistensi dan warna feses: kanker rektum bisa menyebabkan perubahan pada feses, seperti feses yang lebih tipis dari biasanya atau berwarna kehitaman akibat darah.
2. Nyeri pada perut dan kram: gejala ini sering dirasakan sebagai kram perut biasa, tetapi jika terjadi secara berulang, perlu waspada.
3. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas: penurunan berat badan drastis tanpa perubahan pola makan atau aktivitas bisa menjadi tanda kanker.
4. Kelelahan berlebihan: kelelahan yang tidak wajar dan sulit dijelaskan bisa menjadi gejala kanker karena tubuh melawan infeksi atau peradangan.
Gejala-gejala ini tidak selalu berarti kamu mengalami kanker rektum, tetapi tetap penting untuk memeriksakan diri ke dokter jika gejala tersebut berlanjut dalam waktu lama.
Penyebab kanker rektum.
foto: freepik.com/jcomp
Penyebab pasti kanker rektum masih belum diketahui, namun ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker ini. Faktor risiko utama termasuk usia di atas 50 tahun, riwayat keluarga dengan kanker kolorektal, serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Pola makan rendah serat dan tinggi lemak juga diketahui bisa memicu terbentuknya polip yang dapat berkembang menjadi kanker.
Faktor genetik juga memainkan peran penting. Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker usus besar atau kanker rektum, risiko terkena penyakit ini bisa meningkat. Di sisi lain, gaya hidup yang kurang sehat, seperti jarang berolahraga dan sering mengonsumsi makanan olahan, juga bisa memperburuk risiko.
Perbedaan kanker rektum pada pria dan wanita.
Secara umum, kanker rektum bisa menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Namun, ada beberapa perbedaan dalam hal gejala dan faktor risiko. Pria lebih sering mengalami kanker rektum dibandingkan wanita, yang kemungkinan disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat, seperti kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol. Pria juga lebih rentan mengalami penurunan berat badan drastis dan nyeri perut yang intens.
Di sisi lain, wanita mungkin lebih rentan terhadap gejala yang mirip dengan gangguan pencernaan, sehingga sering kali gejala awalnya terabaikan. Perubahan hormon juga bisa memengaruhi risiko kanker pada wanita, terutama jika mereka pernah mengalami masalah pada sistem reproduksi. Pemahaman tentang perbedaan ini penting agar kamu bisa lebih waspada terhadap gejala yang mungkin muncul.
Cara mencegah kanker rektum.
Pencegahan kanker rektum bisa dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
Serat membantu melancarkan pencernaan dan mengurangi kemungkinan terbentuknya polip pada dinding usus. Selain itu, hindari makanan yang tinggi lemak jenuh dan olahan, karena dapat meningkatkan risiko kanker rektum.
Olahraga juga sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan. Aktivitas fisik membantu tubuh membakar kalori dan mencegah penumpukan lemak yang bisa memicu kanker. Cobalah untuk berolahraga secara teratur, minimal 30 menit setiap hari, agar tubuh tetap bugar dan metabolisme berjalan dengan baik.
Menghindari alkohol dan berhenti merokok juga merupakan langkah penting dalam pencegahan kanker rektum. Kedua kebiasaan ini terbukti bisa meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker rektum. Dengan menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi konsumsi alkohol, kamu bisa mengurangi risiko kanker secara signifikan.
Deteksi dini dan pengobatan kanker rektum.
foto: freepik.com/Lifestylememory
Deteksi dini menjadi kunci dalam mengatasi kanker rektum. Pemeriksaan rutin, terutama bagi kamu yang berisiko tinggi, bisa membantu mendeteksi keberadaan polip atau tanda-tanda awal kanker. Prosedur seperti kolonoskopi dapat membantu dokter melihat kondisi rektum dan usus besar secara langsung. Jika ditemukan polip, dokter bisa segera mengangkatnya sebelum berubah menjadi kanker.
Pengobatan kanker rektum bergantung pada stadium kanker saat terdeteksi. Untuk stadium awal, tindakan pengangkatan polip atau operasi kecil bisa dilakukan. Jika kanker sudah menyebar, mungkin diperlukan operasi besar, kemoterapi, atau radiasi. Kemoterapi dan radiasi membantu menghancurkan sel-sel kanker yang sudah menyebar ke bagian tubuh lain.
Pentingnya kesadaran dan dukungan keluarga.
Kesadaran akan pentingnya kesehatan pencernaan dan deteksi dini sangat membantu dalam pencegahan kanker rektum. Dukungan keluarga dan lingkungan juga penting, terutama dalam menjaga gaya hidup sehat dan mengingatkan akan bahaya kebiasaan buruk seperti merokok atau mengonsumsi alkohol. Jika kamu atau anggota keluargamu memiliki risiko tinggi, sebaiknya mulai mengatur pola makan, rutin berolahraga, dan melakukan pemeriksaan secara berkala.
Dengan pemahaman yang baik tentang kanker rektum dan cara pencegahannya, kamu bisa menjaga diri dan orang-orang terdekat dari risiko kanker ini. Tindakan pencegahan dan kesadaran dini adalah langkah utama dalam menjaga kesehatan dan mencegah dampak buruk yang mungkin terjadi akibat kanker rektum.
Recommended By Editor
- 5 Resep serba daging ala Nusantara, praktis, lezat, dan menggugah selera
- Deteksi sebelum terlambat, ini 7 cara mengetahui gejala awal kanker ovarium dan cara penanganannya
- "Happiness Journey to be #GenHappineZ" persembahan kolaborasi Sasa dan Naturally Speaking by Erha
- 7 Bahaya meletakkan HP di bawah bantal saat tidur, bisa tingkatkan risiko kanker
- 5 Resep camilan untuk teman nonton, mudah, lezat, dan berempah
- Tak hanya tingkatkan risiko kanker perut, 6 bahaya menambahkan garam meja ke makanan secara berlebihan
- Menkes Budi Gunadi sebut deteksi awal sembuhkan kanker 90%, 7 manfaat skrining kesehatan sejak dini
- Kenapa skrining kanker prostat diwajibkan bagi pria berusia 45 tahun ke atas? Ini alasannya