Brilio.net - Kamu mungkin sering mendengar orang tua atau keluarga membicarakan tentang alergi susu atau intoleransi laktosa pada anak. Terkadang, kedua istilah ini terdengar mirip, padahal keduanya berbeda, lho. Jika anak mengalami masalah pencernaan atau reaksi tubuh setelah mengonsumsi produk susu, bisa jadi itu adalah tanda dari alergi susu atau intoleransi laktosa.
Alergi susu terjadi ketika sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi protein dalam susu sebagai ancaman dan meresponsnya dengan cara yang berlebihan. Sementara itu, intoleransi laktosa berkaitan dengan masalah pencernaan akibat tubuh yang tidak dapat mencerna laktosa dengan baik. Meski gejalanya bisa mirip, seperti perut kembung atau diare, kedua kondisi ini memiliki penyebab yang berbeda dan membutuhkan penanganan yang berbeda pula.
Kesalahan dalam mendiagnosis bisa menyebabkan pengobatan yang kurang tepat. Yuk, simak penjelasan lebih lanjut seperti brilio.net himpun dari berbagai sumber, Jumat (8/11), agar kamu bisa mengetahui perbedaan keduanya dan bagaimana cara menghadapinya dengan lebih bijak.
Alergi susu pada anak.
foto: freepik.com
Alergi susu adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh anak merespons protein susu (terutama kasein dan whey) sebagai ancaman. Reaksi alergi ini bisa sangat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang sangat parah, seperti sesak napas, pembengkakan pada wajah, atau bahkan anafilaksis. Alergi susu umumnya ditemukan pada anak-anak yang masih kecil dan banyak yang akan sembuh seiring bertambahnya usia.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology, sekitar 2-3% anak di bawah usia 3 tahun mengalami alergi susu. Gejala yang sering muncul adalah ruam kulit, gatal-gatal, muntah, atau diare dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi susu. Jika gejala seperti ini muncul, penting untuk segera menghindari susu dan berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Penanganan alergi susu umumnya melibatkan penghindaran total terhadap produk susu dan bahan-bahan yang mengandung susu. Pada beberapa kasus, dokter akan meresepkan obat antihistamin atau epinefrin jika terjadi reaksi alergi yang lebih berat. Selain itu, orang tua juga perlu memantau label makanan dengan cermat untuk memastikan tidak ada kandungan susu tersembunyi dalam makanan anak.
Intoleransi laktosa pada anak.
Berbeda dengan alergi susu, intoleransi laktosa adalah kondisi saat tubuh anak tidak dapat mencerna laktosa, yaitu gula alami yang terkandung dalam susu dan produk susu. Penyebabnya adalah kekurangan enzim laktase yang berfungsi untuk mengubah laktosa menjadi bentuk yang bisa dicerna oleh tubuh. Akibatnya, laktosa yang tidak tercerna akan masuk ke usus besar dan menyebabkan gangguan pencernaan.
Gejala intoleransi laktosa biasanya meliputi perut kembung, gas, diare, atau sakit perut setelah mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa. Meskipun intoleransi laktosa dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kondisi ini tidak berbahaya dan tidak mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seperti alergi susu. Penelitian yang dipublikasikan dalam World Journal of Gastroenterology menyebutkan bahwa intoleransi laktosa lebih sering ditemukan pada anak yang lebih besar dan remaja, namun bisa terjadi pada anak yang lebih muda juga.
Penanganan untuk intoleransi laktosa cukup sederhana, yaitu dengan menghindari atau mengurangi konsumsi produk susu yang mengandung laktosa. Beberapa anak mungkin dapat toleransi susu rendah laktosa atau produk susu fermentasi, seperti yoghurt. Jika gejalanya cukup mengganggu, dokter bisa memberikan suplemen enzim laktase untuk membantu pencernaan.
Bagaimana membedakan alergi susu dan intoleransi laktosa?
foto: freepik.com
Membedakan alergi susu dan intoleransi laktosa bisa jadi cukup sulit, karena gejalanya yang mirip. Namun, ada beberapa cara untuk mengetahuinya. Jika anakmu mengalami reaksi kulit seperti ruam atau gatal-gatal, serta gejala sistemik lain seperti pembengkakan atau sesak napas kemungkinan besar itu adalah alergi susu. Alergi susu biasanya muncul dalam waktu yang cepat setelah mengonsumsi produk susu.
Sementara itu, jika gejalanya lebih sering berupa gangguan pencernaan seperti kembung, diare, atau sakit perut beberapa jam setelah mengonsumsi susu, kemungkinan besar anakmu mengalami intoleransi laktosa. Penanganan yang tepat tentunya berbeda dan untuk memastikan apakah anak mengalami alergi susu atau intoleransi laktosa, konsultasikan dengan dokter atau ahli alergi untuk mendapatkan diagnosis yang akurat.
Pentingnya diagnosis yang tepat.
Untuk menghindari kebingungannya, penting sekali untuk berkonsultasi dengan dokter apabila anak menunjukkan gejala setelah mengonsumsi susu. Dokter bisa melakukan tes alergi atau tes laktosa untuk mengetahui penyebab pasti gejalanya. Dengan diagnosis yang tepat, penanganan yang diberikan juga akan lebih efektif, sehingga anak bisa merasa lebih nyaman dan sehat.
Jika anak terdiagnosis alergi susu, pastikan untuk menghindari segala bentuk produk susu dan bahan makanan yang mengandung susu. Untuk anak dengan intoleransi laktosa, kamu bisa mempertimbangkan produk susu bebas laktosa atau memberikan suplemen laktase untuk membantu pencernaan. Ingat, setiap anak berbeda, jadi yang terbaik adalah mengikuti rekomendasi dari tenaga medis yang berkompeten.
Recommended By Editor
- 5 Resep serba daging ala Nusantara, praktis, lezat, dan menggugah selera
- 7 Susu tinggi kalori rendah gula, enak dan mengenyangkan
- "Happiness Journey to be #GenHappineZ" persembahan kolaborasi Sasa dan Naturally Speaking by Erha
- Cuma pakai 1 bahan, ini trik membuat butter sendiri di rumah, rasa creamy dan awet 2 minggu
- 5 Resep camilan untuk teman nonton, mudah, lezat, dan berempah
- 9 Manfaat kesehatan susu ikan dan susu sapi, mana yang lebih unggul?
- Jadi pemicu diabetes jika dikonsumsi berlebihan, ini 9 minuman pengganti oat milk
- Cegah diabetes, begini 8 cara memilih susu tanpa gula untuk anak
- Kenali 5 risiko pemberian susu formula pada bayi sebagai pengganti ASI, diabetes hingga kurang gizi