Brilio.net - Kekurangan vitamin D sering kali dianggap sepele, padahal dampaknya bisa sangat serius bagi kesehatan. Salah satu risiko yang jarang diketahui yakni kemunculan gangguan autoimun yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh.
Merujuk studi Universitas McGill di Montreal, Kanada, menjelaskan alasan kekurangan vitamin D di awal kehidupan dikaitkan dengan risiko penyakit autoimun yang lebih tinggi. Lebih jauh, dalam hasil publikasi Science Advances menemukan bahwa selama masa kanak-kanak, kelenjar timus membantu melatih sel-sel imun untuk membedakan antara jaringan tubuh sendiri dan penyerang yang berbahaya.
Kekurangan vitamin tersebut menyebabkan timus (kelenjar kekebalan) menua lebih cepat. Pasalnya vitamin D memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan sistem imun sekaligus mencegah peradangan yang berlebihan.
Selain risiko autoimun, kekurangan vitamin D juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya. Tulang yang rapuh, kelelahan, hingga gangguan pada kesehatan jantung. Kondisi ini bahkan bisa berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius jika tidak segera diatasi.
Lantas apa saja penyebab kekurangan vitamin D dan bagaimana bahayanya bagi kesehatan seseorang? Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini sebagaimana brilio.net lansir dari berbagai sumber, Selasa (22/10).
Penyebab kekurangan vitamin D.
foto: freepik.com/freepik
1. Kurangnya paparan sinar matahari.
Salah satu penyebab utama kekurangan vitamin D yakni minimnya paparan sinar matahari. Vitamin D sebenarnya diproduksi oleh tubuh saat kulit terpapar sinar ultraviolet B (UVB) dari matahari. Bagi mereka yang tinggal di daerah dengan sedikit sinar matahari, seperti negara-negara dengan musim dingin panjang atau daerah perkotaan yang penuh gedung-gedung tinggi, produksi vitamin D cenderung berkurang.
Penelitian dari Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism menunjukkan, orang yang jarang terpapar sinar matahari memiliki risiko lebih tinggi mengalami defisiensi vitamin D. Penggunaan tabir surya yang berlebihan juga bisa menghalangi produksi vitamin D, karena sinar UVB yang dibutuhkan tidak dapat mencapai kulit.
2. Pola makan yang kurang vitamin D.
Makanan juga merupakan sumber penting vitamin D, tetapi sayangnya, banyak orang tidak mengonsumsi cukup makanan yang kaya vitamin ini. Ikan berlemak seperti salmon, tuna, dan sarden, serta produk susu yang diperkaya, merupakan sumber vitamin D yang baik.
Namun, pola makan yang tidak seimbang atau kurangnya asupan makanan tersebut dapat menyebabkan defisiensi vitamin D. Menurut penelitian yang diterbitkan di Nutrients, masyarakat yang menjalani pola makan vegetarian lebih rentan mengalami kekurangan vitamin D karena tidak mengonsumsi produk hewani yang merupakan sumber utama vitamin ini.
3. Gangguan penyerapan usus.
Beberapa kondisi medis yang memengaruhi penyerapan usus juga dapat menjadi penyebab kekurangan vitamin D. Penyakit seperti celiac, Crohn, atau cystic fibrosis bisa mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap vitamin D dari makanan maupun suplemen.
Orang dengan gangguan penyerapan ini lebih rentan terhadap defisiensi vitamin D, meskipun sudah mendapatkan asupan yang cukup dari makanan. Penelitian yang diterbitkan di Gastroenterology menyatakan bahwa gangguan penyerapan lemak sering kali berdampak pada penyerapan vitamin D, karena vitamin ini larut dalam lemak dan memerlukan lemak untuk dapat diserap dengan baik oleh tubuh.
4. Usia lanjut.
Orang yang berusia lanjut lebih berisiko mengalami kekurangan vitamin D. Seiring bertambahnya usia, kemampuan kulit untuk memproduksi vitamin D dari sinar matahari berkurang, dan ginjal juga menjadi kurang efisien dalam mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif yang dapat digunakan oleh tubuh.
Menurut penelitian dari The American Journal of Clinical Nutrition, individu lanjut usia memerlukan suplemen vitamin D yang lebih tinggi dibandingkan orang yang lebih muda karena perubahan fisiologis yang memengaruhi produksi serta metabolisme vitamin D.
5. Obesitas.
Obesitas juga dikaitkan dengan rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh. Pada orang dengan obesitas, vitamin D yang larut dalam lemak cenderung terperangkap dalam jaringan lemak, sehingga mengurangi jumlah vitamin D yang beredar dalam darah dan dapat digunakan oleh tubuh.
Penelitian dari Obesity Reviews menyebutkan bahwa orang dengan indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi lebih mungkin mengalami kekurangan vitamin D karena distribusi vitamin yang tidak optimal dalam tubuh. Orang dengan obesitas sering kali memerlukan dosis suplemen vitamin D yang lebih tinggi untuk mencapai kadar yang memadai.
6. Kondisi hati dan ginjal yang terganggu.
Vitamin D dalam bentuk aktifnya harus diproses oleh hati dan ginjal sebelum dapat digunakan oleh tubuh. Oleh karena itu, orang dengan gangguan fungsi hati atau ginjal sering kali mengalami defisiensi vitamin D karena organ-organ ini tidak dapat mengubah vitamin D menjadi bentuk yang aktif secara efisien.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, orang dengan penyakit hati kronis maupun penyakit ginjal tahap lanjut sering kali mengalami kekurangan vitamin D yang parah serta memerlukan perawatan medis untuk mengatasi masalah ini.
Bahaya kekurangan vitamin D.
foto: freepik.com/jcomp
Kekurangan vitamin D bukan hanya berdampak pada kesehatan tulang, tetapi juga memicu berbagai masalah serius dalam tubuh. Vitamin D berperan penting dalam berbagai fungsi vital, termasuk menjaga sistem kekebalan, kesehatan jantung, serta mencegah penyakit kronis. Diantaranya:
1. Osteoporosis dan tulang rapuh.
Vitamin D memainkan peran utama dalam penyerapan kalsium dan fosfor di dalam tubuh, yang merupakan dua mineral penting untuk kesehatan tulang. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang, yang pada akhirnya berujung pada osteoporosis sekaligus peningkatan risiko patah tulang, terutama pada orang tua.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, kekurangan vitamin D merupakan salah satu penyebab utama osteoporosis pada wanita pasca-menopause. Tanpa vitamin D yang cukup, tulang menjadi lebih lemah dan mudah patah, bahkan dengan cedera ringan.
2. Melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Vitamin D memiliki peran penting dalam menjaga fungsi sistem kekebalan tubuh. Kekurangan vitamin D dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi, baik dari virus maupun bakteri. Sebuah studi di British Medical Journal menemukan bahwa orang dengan kadar vitamin D rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi saluran pernapasan, seperti flu dan pneumonia. Vitamin D membantu mengaktifkan sel-sel T, yang berperan penting dalam menyerang dan menghancurkan patogen yang masuk ke dalam tubuh. Kekurangan vitamin ini membuat tubuh kurang efektif melawan infeksi.
3. Meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Penelitian menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D dapat berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Sebuah studi dari Circulation, jurnal American Heart Association, mengungkapkan bahwa orang dengan kadar vitamin D rendah lebih berisiko mengalami hipertensi, serangan jantung, hingga stroke. Vitamin D diketahui berperan dalam mengatur tekanan darah dan menjaga fungsi jantung, sehingga defisiensi vitamin ini bisa memperburuk kondisi kardiovaskular.
4. Risiko terkena diabetes tipe 2.
Kekurangan vitamin D juga dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2. Vitamin D membantu mengatur kadar insulin dalam tubuh, yakni hormon yang mengontrol gula darah. Menurut penelitian yang diterbitkan di Diabetes Care, orang dengan kadar vitamin D rendah lebih cenderung mengalami resistensi insulin, yang dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2. Studi ini menemukan bahwa menjaga kadar vitamin D yang cukup dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mencegah penyakit diabetes.
5. Gangguan mental dan depresi.
Kekurangan vitamin D juga dapat memengaruhi kesehatan mental, terutama berkontribusi terhadap peningkatan risiko depresi. Vitamin D berperan dalam produksi serotonin, neurotransmiter yang berkaitan dengan suasana hati. Menurut penelitian dari Journal of Affective Disorders, orang yang mengalami defisiensi vitamin D lebih cenderung mengalami gejala depresi, terutama pada musim dingin ketika paparan sinar matahari berkurang. Selain itu, studi ini menyatakan bahwa suplementasi vitamin D pada mereka yang kekurangan bisa membantu memperbaiki suasana hati dan mengurangi gejala depresi.
6. Peningkatan risiko autoimun.
Kekurangan vitamin D dapat memicu risiko penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh mulai menyerang jaringan tubuh yang sehat. Penyakit seperti multiple sclerosis, rheumatoid arthritis, hingga lupus sering kali dikaitkan dengan rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh. Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di Autoimmunity Reviews, vitamin D memiliki peran penting dalam mengatur respons imun tubuh, dan kekurangannya dapat memicu peradangan kronis yang berkontribusi terhadap perkembangan penyakit autoimun.
7. Meningkatkan risiko kanker tertentu.
Beberapa penelitian juga menunjukkan hubungan antara kekurangan vitamin D dan risiko kanker, terutama kanker kolon, prostat, hingga payudara. Vitamin D memiliki sifat anti-inflamasi serta anti-tumor yang dapat membantu mencegah pertumbuhan sel kanker.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of the National Cancer Institute menemukan bahwa orang dengan kadar vitamin D rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker kolon. Peneliti menduga bahwa vitamin D dapat mempengaruhi pertumbuhan sel abnormal sekaligus mengurangi risiko perkembangan kanker.
Recommended By Editor
- 5 Resep camilan ala restoran, mudah, murah, dan rasanya juara
- Murah dan efektif, ini 6 cara sederhana dapatkan asupan vitamin D agar terhindar dari penyakit serius
- 9 Vitamin yang aman dan direkomendasikan untuk penderita penyakit ginjal
- Tak cukup hanya berjemur, ini 6 cara efektif penuhi vitamin D pada anak
- 7 Kebiasaan sehari-hari yang dapat mencegah osteoporosis sejak dini, bantu jaga kekuatan tulang
- 10 Tanda tak terduga jika tubuhmu kekurangan vitamin D, berjemur ya!