Brilio.net - Nasib tragis menimpa seorang Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Imran (nama samaran) yang menjadi korban perdagangan organ di Kamboja. Dia kehilangan salah satu ginjalnya setelah melakukan penjualan organ tubuh secara sadar dalam kondisi mental yang tidak stabil.

Imran yang sebelumnya bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) itu menerima iming-iming uang besar untuk menjual ginjalnya. Namun, alih-alih mendapatkan imbalan setimpal, dia justru harus mengalami penderitaan fisik, penipuan, hingga kehilangan seluruh uang hasil penjualan organ.

Kisah Imran terungkap melalui kanal YouTube milik Uya Kuya yang memperlihatkan betapa rumit dan kelamnya proses yang dia alami. Kondisinya saat ini lemah secara fisik dan psikis, sementara keluarganya di Indramayu hanya menerima sebagian kecil dari uang yang dijanjikan.

Dalam video tersebut, Lisa, seorang mantan pekerja scammer yang saat ini merawat Imran, menjelaskan bahwa proses operasi dilakukan tanpa prosedur medis yang layak. Setelah tindakan medis itu, kondisi Imran langsung memburuk dan sempat mengalami kejang.

"Dia bilang ini kemauan sendiri, tapi kita tidak tahu apakah prosedurnya steril atau tidak. Setelah operasi, kondisinya drop sampai kejang-kejang," ungkap Lisa.

kisah wni berkebutuhan khusus jadi korban perdagangan ginjal © 2025 YouTube

kisah wni berkebutuhan khusus jadi korban perdagangan ginjal
YouTube/Uya Kuya TV

Imran sebelumnya dijanjikan uang sebesar Rp135 juta setelah menjual ginjalnya. Namun, uang itu raib akibat ulah calo dan penipuan online, menyisakan hanya Rp10 juta untuk keluarganya.

"Beli motor di online kena tipu Rp120 juta. Abis, Rp10 juta dikasih orang tua waktu itu. Rp5 juta buat yang bantu (ngurusin) donor," jelas Imran dikutip dari Uya Kuya TV pada Rabu (28/5).

Perjalanan Imran ke Kamboja bermula dari sebuah postingan yang dia lihat di media sosial. Dalam kondisi mental yang labil, dia mengikuti tawaran tersebut tanpa menyadari risiko besar di baliknya.

"Aku nggak sengaja liat postingan Facebook," jelas Imran menjelaskan awal mula dia bisa berada di Kamboja.

Kondisi kesehatannya pun tidak baik sejak sebelum operasi berlangsung. Dia mengaku pernah pingsan saat bekerja di depan komputer dan kini tidak kuat menjalani aktivitas berat.

"Aku kan pernah pingsan waktu kerja di depan komputer, dirawat di rumah sakit. Aku nggak kuat banget sih. Kalau nggak kuat aku pingsan," kata Imran.

Di Kamboja, Imran sebenarnya tidak pernah mendapatkan pekerjaan tetap. Dia hanya bisa mengetik dengan dua jari dan tidak menerima gaji selama tinggal di sana.

kisah wni berkebutuhan khusus jadi korban perdagangan ginjal © 2025 YouTube

kisah wni berkebutuhan khusus jadi korban perdagangan ginjal
YouTube/Uya Kuya TV

Uya Kuya yang ikut mendalami kasus ini menyayangkan bagaimana Imran bisa lolos dari pemeriksaan imigrasi. Dia menduga ada oknum yang bermain di balik kemudahan tersebut, mengingat kondisi mental Imran seharusnya menjadi perhatian sejak awal keberangkatan.

"Orang normal saja susah lewat imigrasi, tapi mereka yang mentalnya tidak stabil malah bisa lolos. Pasti ada oknum," tegas Uya Kuya.

Kasus yang dialami Imran membuka mata banyak pihak tentang praktik perdagangan organ yang menargetkan orang-orang dalam kondisi rentan. Kisah ini juga memperlihatkan lemahnya pengawasan dan perlindungan terhadap WNI yang bekerja di luar negeri.