1. Home
  2. ยป
  3. Wow!
12 Juni 2017 10:19

Tenun tiruan kian marak, begini cara pengrajin tradisonal mengatasinya

Padahal tenun memiliki potensi besar untuk bisa dijual dan memperbaiki perekonomian para pengrajin. Syifa Fauziah

Brilio.net - Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Salah satu peninggalan budaya yang saat ini masih terus dilestarikan adalah kain tradisonal.

Ya, bicara soal kain tradisonal, Indonesia memang memiliki banyak jenis kain. Salah satu kain yang populer adalah kain tenun. Namun sayangnya, meski hampir semua daerah memiliki tenun tersendiri, masih banyak tenun yang belum dikenal oleh masyarakat luas. Padahal tenun memiliki potensi besar untuk bisa dijual dan memperbaiki perekonomian para pengrajin.

BACA JUGA :
Kain tenun saat ini banyak digemari generasi milenial, lebih trendi


Melihat hal itu, banyak lembaga ataupun komunitas yang memberdayakan para pengrajin agar karyanya bisa dijual dan dinikmati oleh masyarakat luas. Salah satunya adalah Toraja Melo, sebuah lembaga yang fokus memperhatikan pelestarian tenun Indonesia.

Toraja Melo ini memang fokus membantu para pengrajin yang berada di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat berbeda dengan Tenun Toraja yang sudah lebih dulu dikenal, Tenun Mamasa masih banyak masyarakat yang awam, padahal memiliki keunikan tersendiri.

Pendiri Toraja Melo, Dinny Yusuf mengakui bahwa Tenun memang memiliki harga yang cukup mahal karena dibuat secara detail menggunakan tangan dan juga masih menggunakan warna tradisonal yang alami. Hal itu yang membuat masyarakat awam memilih untuk menggunakan tenun tiruan yang saat ini sudah banyak di pasaran.

BACA JUGA :
Tenun Mamasa, kain tradisional yang kini makin dikenal dunia, keren

Melihat hal itu, Dinny berpesan kepada para masyarakat untuk mengurangi penggunaan tenun tiruan.

"Saat ini tenun memang bisa di desain funky ala anak muda. Kombinasi dengan kain atau bahan apapun cocok. Tapi coba kurangi penggunaan tenun kroso (tiruan) karena dapat membunuh penenun asli," jelasnya kepada media di Jakarta, Kamis (8/6).

Dinny mengatakan banyaknya penggunaan tenun tiruan merupakan salah satu tantangan bagi dirinya dan juga lembaganya itu. Namun, ia berusaha untuk membuat label dari setiap tenun yang dibuat oleh pengrajin asli.

"Kita harus buat labeling bahwa ini kain Tenun Mamasa yang dibuat di Mamasa. Kalau untuk labeling harus ada indikator geografisnya tapi semua ada prosesnya," pungkasnya.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags