1. Home
  2. ยป
  3. Wow!
4 September 2023 07:28

Awalnya cuma bikin racikan untuk anak dan cucu yang sakit, warung jamu ini eksis hingga 1,5 abad

Siapa sangka, jika racikan jamu yang tadinya hanya untuk anak dan cucunya bisa jadi bisnis keluarga yang bertahan hingga ratusan tahun. Anindya Kurnia
foto: brilio.net/Anindya Kurnia

Brilio.net - Di saat aktivitas warga Yogyakarta mayoritas dimulai pada 07.00 WIB pagi, salah satu lorong sempit di Jalan Brigjen Katamso, Mergangsan, Yogyakarta justru sudah ramai dikunjungi banyak orang sejak pukul 06.00 WIB. Rupanya, mereka saling bergantian untuk memesan jamu sesuai dengan keluhan masing-masing.

Tempat yang terkenal dengan racikan jamunya tersebut dikenal dengan nama 'Jampi Asli' yang sudah berdiri sejak 1875 silam. Berada di tempat yang tidak terlalu luas dan dihimpit oleh toko-toko, warung jamu di jalan Brigjen Katamso nomor 132 ini merupakan salah satu yang tertua dan melegenda di Yogyakarta.

BACA JUGA :
Mencicipi kesegaran es kacang hijau legendaris Jogja, tempat jajannya Rano Karno


Menurut pengelola saat ini, Joni Wijanarko (58), mengungkapkan bahwa dirinya adalah generasi kelima sejak warung jamu ini didirikan. Awalnya pendiri dari warung jamu cekok 'Jampi Asli' adalah Kertowiryo Raharjo. Sepeninggal Kertowiryo Raharjo, usaha jamu ini diteruskan oleh putranya Karsowijoyo, lalu Abdul Rosid.

"Diteruskan bapak Saya Zaelali dan sekarang Saya. Turun temurun, sekarang ini Saya generasi kelima," ucapnya pada brilio.net saat ditemui, Senin (28/8) lalu.

BACA JUGA :
Legendaris! Mie kopyok Mbah Wahji, kuliner mie yang yang sudah mulai langka

foto: brilio.net/Anindya Kurnia

Joni mengatakan bahwa sejak 1875, warung jamu 'Jampi Asli' tidak pernah pindah tempat. Meski kini dunia kuliner semakin berkembang dengan segala kemudahannya dalam meracik jamu, namun sang penerus memilih mempertahankan cara pengolahannya dengan cara tradisional dan menggunakan bahan-bahan pilihan berkualitas.

"Saya sendiri yang cari bahan-bahannya di pasar Beringharjo, cari yang berkualitas," ungkapnya.

"Dulu warung ini cuma pakai tenda dari blarak (daun kelapa kering) terus pakai tungku besar dan masaknya dengan kayu, tapi sekarang sudah berganti pakai arang karena tempatnya tidak memungkinkan," lanjutnya.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags