1. Home
  2. »
  3. Wow!
25 November 2020 19:55

2 Ilmuwan perempuan muda Indonesia raih penghargaan FWIS

Kedua ilmuwan ini mengembangkan inovasi hadapi permasalahan pandemi Yani Andriansyah
Ki-Ka : Anggia Prasetyoputri dan Latifah Nurahmi (Foto-foto : Dok L’Oréal Indonesia)

Brilio.net - LOral Indonesia belum lama ini memberikan penghargaan LOral-UNESCO For Women in Science (FWIS) National Fellowship 2020 kepada dua ilmuwan perempuan Indonesia. Mereka adalah Anggia Prasetyoputri, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Latifah Nurahmi, peneliti Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Keduanya dinilai luar biasa atas usaha mereka dalam mengembangkan inovasi menghadapi pandemi.

Kedua pemenang masing-masing akan menerima pendanaan sebesar Rp 100 juta dari LOral Indonesia untuk mewujudkan penelitiannya. Program ini telah memberikan fellowship kepada 59 ilmuwan perempuan di Indonesia.

BACA JUGA :
10 Fakta Corona dari ahli penyakit menular, masker saja tak cukup


Communications, Public Affairs and Sustainability Director, LOral Indonesia Melanie Masriel mengatakan dunia sains tidak pernah berhenti, bahkan di saat dunia dilanda pandemi sekalipun, sains justru dirasa semakin penting perannya dalam berinovasi, mencari solusi akan berbagai tantangan dunia baik masa sekarang maupun masa depan.

Demikian juga dengan LOral yang tidak berhenti memberikan dukungan dan apresiasi tinggi kepada ilmuwan perempuan Indonesia melalui program sains kami yang sudah berjalan selama 17 tahun. Program LOral-UNESCO for Women in Science merupakan inti dari apa yang kami percayai sebagai perusahaan kecantikan berbasis sains, jelas Melanie.

Sementara Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Arief Rachman menyatakan, kedua ilmuwan yang tahun ini dianugerahkan fellowship LOral-UNESCO FWIS, tidak hanya berfokus pada permasalahan yang sedang terjadi, namun juga memikirkan berbagai tantangan lain di dunia medis.

BACA JUGA :
Larry Tesler, penemu cut, copy, dan paste meninggal dunia

Dari dampak lanjutan pada pasien Covid-19, hingga pemanfaatan robotik dalam tindakan rehabilitasi dan operasi. Kita tidak hanya merayakan kontribusi dua ilmuwan hebat di dunia sains, namun juga kontribusi sains yang tidak pernah berhenti dalam menangani berbagai tantangan dunia, terutama di saat ini, dalam hal medis, ungkap Arief.

Nah bagaimana kedua ilmuwan perempuan mudatersebut meraih penghargaan bergengsi ini, berikut faktanya.

1. Anggia Prasetyoputri, M.Sc (LIPI)

Anggia meraih penghargaan lewat penelitiannya bertajuk Deteksi Koinfeksi Bakteri pada Pasien COVID-19 melalui Metode Sekuensing dari Sampel Swab.

Anggia memiliki ketertarikan dalam dunia sains sejak dahulu, dilatar belakangi sang ibunda yang juga seorang peneliti di bidang kesehatan lingkungan. Ia menyadari bahwa ada kemungkinan pasien COVID-19 terjangkit bakteri dan virus lain selain SARS-CoV-2.

Adanya koinfeksi atau infeksi simultan oleh bakteri dapat terjadi karena bakteri memiliki sifat oportunis yang bisa masuk saat tubuh sedang lemah, dan diketahui dapat memperparah kondisi sebagian pasien COVID-19. Dengan metode pengurutan basa nukleotida atau sekuensing dari sampel swab, ia berharap dapat membantu tenaga medis dalam mengidentifikasi ada tidaknya bakteri patogen di dalam tubuh pasien COVID-19 dalam waktu singkat, dan juga dapat membantu memberikan informasi kepada dokter untuk memberikan antibiotic yang tepat kepada pasien.

2. Latifah Nurahmi, MSc, PhD (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

Melalui penelitian berjudulRobot Operasi Reduksi Fraktur Sebagai Teknik Bedah Invasif Minimal, Latifah meraih penghargaan ini. Terinspirasi dari kedua orang tua yang berkarier di bidang akademis, Latifah memilih karier sebagai peneliti dan pengajar.

Melalui pendidikan S3-nya di bidang robotika, peneliti kelahiran Solo ini semakin menyadari betapa luasnya dunia sains. Inilah yang mendorongnya untuk semakin menekuni ilmu di bidang mesin.

Dalam pengembangannya, Latifah melihat potensi yang besar di bidang kedokteran, di mana pemanfaatan robot dalam mengurangi risiko operasi masih belum cukup dimanfaatkan. Pengembangan penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi dunia kedokteran Indonesia, terutama di situasi pandemi saat ini. Keterlibatan teknologi robotika di dunia medis berperan besar untuk mengurangi risiko kontak fisik antara pasien dan dokter.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags