1. Home
  2. ยป
  3. Wow!
30 November 2023 22:23

35 Contoh teks drama berbagai tema yang menarik, lengkap dengan ciri dan struktur pembuatannya

Struktur penulisan naskah drama umumnya terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pemaparan, inti cerita, dan penyelesaian. Sri Jumiyarti Risno
Contoh teks drama tentang kisah cinta.

11. Contoh teks drama tentang kisah cinta.

foto: freepik.com

BACA JUGA :
5 Cara mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP), pelajar wajib tahu


Semenjak sekolah dasar sampai tingkat atas, Amel dan Wahyu selalu bersama. Karena rumah mereka berdekatan dan keluarga keduanya sudah mengenal satu Sama lain. Sehingga tidak salah jika Amel dan Wahyu selalu berjalan bersama.

Rina : "Mel, kenapa kamu tidak jadian saja Sama Wahyu? Kurang apa coba Wahyu? Ganteng, keren, Pinter."

Amel : "Bukannya aku tidak mau jadian Rin, tapi APA benar kalau cewek duluan yang ngungkapin perasaannya?"

BACA JUGA :
7 Cara cek NISN secara online, mudah, cepat, dan nggak pakai ribet

Rina : "Iya juga sih. Wahyu terlihat polos begitu kalau tidak kamu dulu bagaimana kalian bisa berpacaran."

Amel : "Aku malu Rin."

Rina : "Kamu juga lugu dan polos Mel." (Batin Rina)

Wahyu : "Mel, kamu tidak makan siang? Ayo ke kantin bareng?"

Amel : "Aku aku "

Rina : "Kita belum makan Yu, kamu ajak Amel aku ada urusan."

Rina tiba-tiba pergi untuk memberi kesempatan Amel dan Wahyu makan siang bersama di kantin sekolah. Namun di tengah jalan Doni anak orang kaya kakak kelas Amel memanggilnya. Semenjak masuk sekolah, Amel tertarik atas penampilan dan gaya Doni yang keren dan cool.

Doni : "Amel mau ke mana?"

Amel : "Aku mau ke kantin kak."

Doni : "Aku ada kesulitan untuk tugas bahasa Indonesia."

Amel : "Kakak Kan sudah kelas 3, sedangkan aku?"

Doni : "Kamu sudah terkenal Pinter mel, tolong ajarin aku ya? Please!"

(Amel terdiam dengan memandang Wahyu yang sudah kelihatan rasa kecewanya.)

Amel : "Nanti sepulang sekolah saja ya kak. Amel mau makan siang dulu."

Doni : "Aku tunggu di gerbang sekolah."

Setiba di kantin, Wahyu banyak menasehati Amel untuk menjauhi Doni yang terkenal sebagai cowok playboy. Namun hati Amel sudah kepincut untuk lebih dekat dengan Doni.

Amel : "Tidak usah khawatirkan aku Wahyu. Aku bisa menjaga diri."

Wahyu : "Aku takut kamu kenapa-kenapa Mel."

Sepulang sekolah, Doni sudah menunggu dengan motor gedenya di gerbang sekolah.

Wahyu : "Mel, hati-hati Sama Doni."

Amel : "Iya aku tahu Yu."

Doni : "Ayo Mel, kita belajar bersama."

Amel hanya tersipu dan segera naik di motor Doni. Sedangkan Wahyu hanya bisa memandang dari jauh.

Doni : "Mel, aku buatkan puisi untuk tugas Bahasa Indonesia hari ini?"

Amel : "Kakak tidak bisa buat puisi?"

Doni : "Tidak. Aku saja tidak paham."

Amel : "Puisi itu keindahan kata-kata yang disusun dengan bahasa yang indah dan bermakna."

Sampai menjelang sore Amel belajar bersama dengan Doni. Hal tersebut sudah berulang-ulang sampai beberapa kali. Mereka berdua diam-diam menjalin cinta di belakang Wahyu. Setiap sepulang sekolah Wahyu tidak pernah bertemu Amel lagi.

12. Contoh teks drama mengejar impian menjadi penulis.

foto: freepik.com

Drama ini mengisahkan perjalanan laki-laki bernama Alex yang berjuang untuk meraih impian besar. Dalam perjalanannya, ia menghadapi berbagai rintangan dan tantangan, namun tidak pernah menyerah.

Bagian 1: Awal Perjalanan
(Drama dimulai dengan Alex yang berdiri di depan panggung, membayangkan masa depannya.)

Alex: (berbicara kepada diri sendiri) Impian saya adalah menjadi seorang penulis terkenal. Saya tahu itu bukan tugas yang mudah, tetapi saya akan berusaha keras untuk mencapainya.

(Alex mulai menulis cerita-cerita pendek dan mengirimkannya ke penerbit, hanya untuk menerima penolakan satu demi satu.)

Bagian 2: Rintangan Pertama
(Alex duduk di meja, membaca surat penolakan yang baru saja diterimanya.)

Editor Penerbit: (menghibur) Jangan menyerah, Alex. Teruslah menulis. Kamu punya bakat yang besar.

(Alex menjawab dengan tekad dan semangat baru. Ia terus menulis dan mengirimkan karya ke penerbit.)

Bagian 3: Dukungan Teman dan Keluarga
Teman dekat Alex, Maya, mendekati Alex dan berbicara dengan lembut.

Maya: Saya tahu ini sulit, Alex, tetapi kita semua percaya pada mu. kamu pasti bisa mencapai impianmu.

Keluarga Alex juga memberikan dukungan yang kuat. Mereka berada di samping Alex dalam setiap langkah perjalanannya.

Bagian 4: Kesempatan Baru
Alex menerima panggilan dari seorang editor penerbit yang tertarik pada karyanya.

Editor Penerbit: Kami suka dengan karyamu, Alex. Kami ingin menerbitkannya!

(Alex melompat kegirangan, menunjukkan bahwa kerja keras yang selam akhirnya membuahkan hasil.)

Bagian 5: Mewujudkan Impian
(Dalam sebuah acara peluncuran buku, Alex berbicara di depan audiens yang penuh semangat.)

Alex: Saya ingin berterima kasih pada semua orang yang selalu mendukung saya. Impian bisa diwujudkan jika kita tidak pernah menyerah.

(Dengan tekad dan kerja keras, Alex meraih impian mereka dan membagikan cerita-cerita mereka dengan dunia.)

Drama ini menggambarkan perjuangan dan ketekunan seseorang dalam meraih impian mereka. Ini mengingatkan kita semua bahwa impian kita dapat menjadi kenyataan jika kita tetap berjuang dan tidak pernah menyerah meskipun menghadapi rintangan. Kesuksesan datang kepada mereka yang memiliki tekad kuat dan terus berusaha untuk mewujudkannya.

13. Contoh teks drama tentang perbedaan.

foto: freepik.com

Drama ini mengambil latar di sebuah kota kecil yang dihuni oleh masyarakat yang beragam suku, agama, dan budaya. Meskipun perbedaan tersebut, penduduk kota ini hidup bersama dengan damai hingga suatu ketika, ketegangan muncul.

Bagian 1: Harmoni di Kota
Aksi dimulai dengan adegan sebuah taman kota, di mana berbagai kelompok masyarakat berinteraksi dengan damai.

Rani (Muslim): (Mengobrol dengan teman Hindu) Ini adalah acara yang indah. Saya senang bisa merayakan Idul Fitri denganmu.

Surya (Hindu): (Tersenyum) Dan saya senang bisa merayakan Diwali denganmu, Rani.

Akbar (Sikh): (Bergabung) Dan jangan lupakan Vaisakhi. Semua orang di sini adalah keluarga kita.

Semua orang tertawa dan merayakan perbedaan mereka.

Bagian 2: Ketegangan Muncul
Suatu hari, sekelompok orang mulai menimbulkan ketegangan di kota. Mereka memprovokasi konflik antara kelompok agama yang berbeda.

Provokator 1: (Menghasut) Kita harus mempertahankan tradisi kita! Mereka tidak boleh merayakan hari besar mereka disini!

Provokator 2: (Menghasut) Lihat deh kalo mereka lama-lama disini bisa-bisa satu desa bisa terkontaminasi ajaran mereka!

(Ketegangan mulai meningkat dan mulai terjadi konfrontasi antara kelompok-kelompok yang berbeda.)

Bagian 3: Adanya nilai toleransi.
Para tokoh utama, Rani, Surya, dan Akbar, berusaha mengatasi ketegangan tersebut. Mereka mengumpulkan orang-orang untuk berbicara dan mencari solusi bersama.

Rani: Jangan biarkan ketegangan ini memecah belah kita. Kita semua adalah warga kota ini.

Surya: Kita semua memiliki hak untuk merayakan tradisi kita sendiri, dan kita juga harus menghormati tradisi orang lain.

Akbar: Kita harus menunjukkan pada orang lain bagaimana toleransi dan keharmonian dapat mengatasi ketegangan ini.

(Orang-orang lain mulai mengikuti langkah mereka, dan semua bersatu untuk mengatasi ketegangan.)

Melalui diskusi dan komunikasi yang terbuka, ketegangan mulai mereda. Orang-orang kembali berdamai dan meneruskan hidup bersama dengan harmoni.

Rani: Kita telah melewati masa sulit, tetapi kita mengingatkan diri sendiri tentang pentingnya toleransi dan saling menghormati.

Surya: Kita semua adalah bagian dari satu kota yang indah ini. Kita bisa merayakan perbedaan sambil menjaga harmonisn bersama.

Akbar: Perbedaan adalah kekayaan kita. Kita akan selalu bersama dalam damai.

Drama ini menggambarkan pentingnya toleransi dan persatuan dalam menghadapi perbedaan. Ini adalah pengingat bahwa, meskipun kita berasal dari latar belakang yang beragam, kita bisa hidup bersama dengan damai dan harmoni jika kita menerapkan nilai-nilai toleransi, pengertian, dan saling menghormati. Toleransi adalah kunci untuk membangun masyarakat yang damai dan beragam.

14. Contoh teks drama tentang patah hati di hari valentine.

foto: freepik.com

Drama romantis Tokoh: Rama, Sinta, Bima, Lina Latar: Sebuah kafe di malam hari

Rama: (Duduk di meja sambil menunggu Sinta) Ah, akhirnya hari ini tiba. Hari yang sudah kucita-citakan sejak lama. Hari dimana aku akan melamar Sinta, gadis yang kucintai sejak SMA. Aku sudah menyiapkan cincin, bunga, dan hadiah spesial untuknya. Semoga dia mau menerimaku.

Sinta: (Masuk ke kafe sambil berpegangan tangan dengan Bima) Hai, Rama. Maaf ya, aku telat. Ini Bima, temanku dari kantor.

Rama: (Terkejut melihat Sinta dan Bima) Hai, Sinta. Ini siapa?

Sinta: Oh, ini Bima. Dia temanku dari kantor. Aku baru kenal dia sebulan yang lalu.

Bima: (Menyapa Rama dengan senyum sinis) Halo, Rama. Aku Bima. Senang berkenalan denganmu.

Rama: (Bingung dan cemburu) Senang berkenalan juga. Eh, Sinta. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.

Sinta: Ngomong apa?

Rama: (Mengeluarkan cincin dari sakunya) Sinta, aku aku cinta kamu. Aku mau kamu jadi istriku. Maukah kamu menikah denganku?

Sinta: (Terkejut dan menolak cincin Rama) Rama, apa-apaan ini? Kamu gila? Kamu nggak tahu ya, bahwa aku dan Bima sudah pacaran?

Rama: (Terpukul dan tidak percaya) Apa? Kamu dan Bima pacaran? Sejak kapan?

Sinta: Sejak dua minggu yang lalu. Aku sudah putus dengan kamu, Rama. Aku sudah bosan denganmu. Kamu itu nggak pernah peduli sama aku. Kamu itu nggak romantis sama sekali. Kamu itu nggak punya masa depan.

Rama: (Marah dan sedih) Putus? Kapan kita putus? Kamu nggak pernah bilang apa-apa sama aku. Kamu nggak pernah kasih tahu aku kalau kamu sudah ada yang lain.

Sinta: Ya, itu masalahmu. Kamu itu nggak peka sama sekali. Kamu itu nggak pernah mengerti perasaanku.

Bima: (Menyela dan mengejek Rama) Ya, itu dia masalahnya. Kamu itu nggak peka sama sekali. Kamu itu nggak pernah mengerti perasaan Sinta. Makanya dia lebih memilih aku daripada kamu.

Rama: (Mengamuk dan menampar Bima) Dasar brengsek! Kamu yang merebut Sinta dariku! Kamu yang menghancurkan hubungan kami!

Bima: (Balas menampar Rama) Dasar tolol! Kamu yang menyia-nyiakan Sinta! Kamu yang tidak pantas untuknya!

Rama dan Bima: (Berkelahi di tengah kafe)

Sinta: (Menjerit dan menangis) Berhenti! Berhenti! Kalian berdua berhenti!

Lina: (Datang ke kafe sambil membawa kue ulang tahun untuk Rama) Rama! Selamat ulang tahun! Aku bawakan kue spesial untukmu!

Lina: (Terkejut melihat Rama dan Bima berkelahi dan Sinta menangis) Eh? Ada apa ini? Kenapa kalian berkelahi? Kenapa Sinta menangis?

Sinta: (Menjelaskan semuanya kepada Lina sambil menangis)

Lina: (Terkejut dan marah) Apa? Kamu selingkuh dengan Bima? Kamu meninggalkan Rama di hari ulang tahunnya? Kamu tolak lamarannya?

Sinta: (Membela diri sambil menangis) Ya, begitulah. Aku sudah tidak cinta lagi sama Rama. Aku lebih cinta sama Bima. Aku tidak mau menikah dengan Rama.

Lina: (Menyindir Sinta sambil menenangkan Rama) Wah, hebat sekali kamu, Sinta. Kamu berhasil membuat Rama patah hati di hari valentine dan di hari ulang tahunnya. Kamu berhasil membuat Rama menjadi bahan tertawaan orang-orang. Kamu berhasil membuat Rama menjadi korban dari keegoisanmu.

Sinta: (Terdiam dan merasa bersalah)

Lina: (Menghibur Rama sambil memeluknya) Rama, jangan sedih. Jangan pedulikan Sinta. Dia tidak pantas untukmu. Dia tidak tahu apa-apa tentang cinta. Dia hanya tahu tentang dirinya sendiri.

Rama: (Menangis di pelukan Lina) Lina, aku aku cinta kamu. Aku mau kamu jadi istriku. Maukah kamu menikah denganku?

Lina: (Tersenyum dan menerima cincin Rama) Rama, aku aku juga cinta kamu. Aku mau kamu jadi suamiku. Ya, aku mau menikah denganmu.

Rama dan Lina: (Berpelukan dan berciuman)

Sinta dan Bima: (Tercengang dan iri)

15. Contoh teks drama selamat tinggal sahabat.

foto: freepik.com

Drama sedih Tokoh: Cinta, Rina, Rama, Rudi, dan Guru Latar: Sebuah ruang kelas di hari terakhir sekolah

Cinta, Rina, Rama, dan Rudi sedang berbincang-bincang di ruang kelas. Mereka bersahabat sejak SD dan akan berpisah saat masuk ke SMP yang berbeda.

Cinta: Besok kita sudah nggak akan ketemu lagi ya, teman-teman. Aku bakal kangen banget sama kalian.

Rina: Aku juga, Cinta. Kita udah bersama sejak SD. Kita udah banyak kenangan bersama.

Rama: Iya, kita udah kayak keluarga sendiri. Kita udah saling mengenal baik suka maupun duka.

Rudi: Kita nggak boleh sedih, guys. Kita harus tetap semangat dan berjuang di SMP nanti. Kita harus mengejar cita-cita kita masing-masing.

Cinta: Tapi, kita masih bisa kontak-kontakan kan? Kita masih bisa chat atau telepon atau video call?

Rina: Tentu saja. Kita masih bisa berkomunikasi lewat media sosial atau gadget. Jaman sekarang kan canggih.

Rama: Betul. Kita juga bisa janjian ketemu di waktu libur atau akhir pekan. Kita bisa ngumpul-ngumpul lagi seperti biasa.

Rudi: Pokoknya kita harus tetap menjaga persahabatan kita ya, guys. Kita harus saling mendukung dan menyemangati.

Cinta, Rina, Rama, dan Rudi saling berpelukan sementara lagu selamat tinggal sahabat berkumandang.

Tiba-tiba Guru masuk ke ruang kelas dan melihat keempat sahabat itu.

Guru: Hai, anak-anak. Apa kalian sedang berpisah?

Cinta: Iya, Bu Guru. Kami akan masuk ke SMP yang berbeda.

Guru: Oh, begitu. Ya, memang begitulah hidup. Kadang kita harus berpisah dengan orang-orang yang kita sayangi.

Rina: Tapi kami akan tetap berteman, Bu Guru. Kami akan tetap berkomunikasi dan berkumpul lagi.

Guru: Itu bagus sekali. Saya senang mendengarnya. Saya harap kalian tetap menjaga persahabatan kalian.

Rama: Terima kasih, Bu Guru. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan pengajaran Bapak/Ibu selama ini.

Guru: Sama-sama, anak-anak. Saya juga ingin mengucapkan selamat atas kelulusan kalian. Saya bangga dengan prestasi kalian.

Rudi: Terima kasih banyak, Bu Guru. Kami akan berusaha untuk lebih baik lagi di SMP nanti.

Guru: Saya yakin kalian bisa melakukannya. Saya doakan kalian sukses dan bahagia.

Guru dan keempat sahabat itu saling pelukan.

16. Contoh teks drama tentang sejarah Sang Pemimpi.

foto: freepik.com

Drama sejarah Tokoh: Sukarno, Hatta, Sjahrir, Fatmawati, dan Narator Latar: Rumah Sukarno di Ende, Flores, tahun 1934

Narator: Pada tahun 1934, Sukarno, seorang pemimpin nasionalis yang berani dan karismatik, diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Ende, Flores. Di sana, ia tinggal bersama istrinya, Fatmawati, dan teman-temannya, Hatta dan Sjahrir. Meskipun hidup dalam pengawasan ketat dan kesulitan, Sukarno tidak pernah kehilangan semangat dan cita-citanya untuk memerdekakan Indonesia dari penjajahan.

Sukarno: (Sedang membaca buku di ruang tamu) Aku membaca buku ini, Fat. Buku ini berjudul The History of Java karya Thomas Stamford Raffles. Buku ini menceritakan tentang sejarah pulau Jawa dari zaman Hindu-Buddha hingga zaman Islam. Buku ini sangat menarik dan menginspirasi.

Fatmawati: (Sedang menjahit bendera merah putih di ruang tamu) Apa yang menginspirasimu, Su?

Sukarno: Aku terinspirasi oleh kejayaan dan kebudayaan bangsa kita di masa lalu. Aku terinspirasi oleh semangat dan perjuangan rakyat kita melawan penjajah. Aku terinspirasi oleh cita-cita dan harapan rakyat kita untuk merdeka.

Fatmawati: Aku juga terinspirasi olehmu, Su. Aku bangga menjadi istrimu. Aku bangga menjadi bagian dari perjuanganmu.

Sukarno: (Memeluk Fatmawati) Terima kasih, Fat. Kamu adalah istri yang setia dan penyabar. Kamu adalah teman yang baik dan penghibur. Kamu adalah wanita yang cantik dan cerdas.

Fatmawati: (Tersipu-sipu) Ah, kamu ini memang pandai merayu.

Sukarno: (Tersenyum) Tapi itu semua benar, Fat. Kamu adalah segalanya bagiku.

Fatmawati: (Mencium pipi Sukarno) Kamu juga segalanya bagiku, Su.

Hatta dan Sjahrir: (Masuk ke ruang tamu sambil membawa koran) Halo, Pak Sukarno. Halo, Bu Fatmawati.

Sukarno dan Fatmawati: (Menyambut Hatta dan Sjahrir) Halo, Pak Hatta. Halo, Pak Sjahrir.

Hatta: Kami baru saja membeli koran dari penjual keliling. Kami ingin membacakan berita-berita penting untuk Pak Sukarno.

Sukarno: Terima kasih, Pak Hatta. Terima kasih, Pak Sjahrir. Silakan duduk dan bacakan berita-beritanya.

Hatta: Baiklah. Berita pertama adalah tentang perkembangan situasi di Eropa. Sepertinya akan ada perang besar antara Jerman Nazi dengan sekutunya melawan Inggris dan Prancis dengan sekutunya.

Sjahrir: Berita kedua adalah tentang perkembangan situasi di Asia. Jepang telah menyerang China dan menguasai sebagian besar wilayahnya. Jepang juga memiliki ambisi untuk menguasai Asia Timur dan Asia Tenggara.

Sukarno: Hmm Ini berita yang sangat penting. Ini berita yang sangat berpengaruh bagi nasib bangsa kita.

Fatmawati: Bagaimana maksudmu, Su?

Sukarno: Aku melihat peluang besar bagi kita untuk memerdekakan diri dari Belanda. Jika perang besar meletus di Eropa dan Asia, Belanda akan sibuk mengurus urusan mereka sendiri. Mereka akan lemah dan rapuh. Mereka tidak akan mampu lagi menindas dan mengeksploitasi kita.

Fatmawati: Lalu, apa yang harus kita lakukan, Su?

Sukarno: Kita harus bersiap-siap. Kita harus menggalang kekuatan. Kita harus menyatukan rakyat. Kita harus menyiapkan strategi. Kita harus menunggu saat yang tepat. Kita harus berani dan pantang menyerah.

Hatta: Aku setuju dengan Pak Sukarno. Aku siap mendukung dan membantu Pak Sukarno.

Sjahrir: Aku juga setuju dengan Pak Sukarno. Aku juga siap mendukung dan membantu Pak Sukarno.

Fatmawati: Aku juga setuju dengan Su. Aku juga siap mendukung dan membantu Su.

Sukarno: Terima kasih, teman-teman. Terima kasih, Fat. Aku senang sekali memiliki kalian sebagai sahabat dan rekan perjuangan. Aku yakin kita akan berhasil mewujudkan cita-cita kita. Aku yakin kita akan berhasil memerdekakan Indonesia.

Fatmawati, Hatta, dan Sjahrir: (berseru) Merdeka!

Narator: Dan benarlah apa yang dikatakan Sukarno. Pada tahun 1942, Jepang berhasil mengalahkan Belanda dan menguasai Indonesia. Pada tahun 1945, Jepang menyerah kepada sekutu dan meninggalkan Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno bersama Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Pada tanggal 27 Desember 1949, Belanda secara resmi mengakui kedaulatan Indonesia di Den Haag. Pada tanggal 17 Agustus 1950, Sukarno menjadi presiden pertama Republik Indonesia. Pada tanggal 21 Juni 1959, Fatmawati menjadi ibu negara pertama Republik Indonesia.

17. Contoh teks drama tentang menjaga alam.

foto: freepik.com

Devi, Rama, Rudi, dan Lina adalah siswa kelas 9 di sekolah mereka. Mereka adalah anggota ekstrakurikuler pramuka. Mereka suka berkemah dan menjelajah alam. Mereka juga peduli dengan kelestarian alam.

Devi: (Sedang mengajak teman-temannya untuk berkemah) Ayo, teman-teman. Kita berkemah lagi. Kita pergi ke hutan belantara. Kita bisa melihat pemandangan yang indah dan menikmati udara yang segar.

Rama: (Setuju dengan Devi) Aku setuju, Devi. Aku suka berkemah. Aku suka melihat hewan-hewan liar dan tanaman-tanaman eksotis.

Rudi: (Setuju dengan Devi dan Rama) Aku juga setuju, Devi dan Rama. Aku suka berkemah. Aku suka berpetualang dan menantang diri sendiri.

Lina: (Ragu-ragu dengan rencana Devi) Aku tidak yakin, Devi. Aku tidak suka berkemah. Aku takut dengan hutan belantara. Aku takut dengan binatang buas dan serangga berbisa.

Devi: (Meyakinkan Lina) Jangan takut, Lina. Kita akan aman selama kita bersama-sama. Kita akan membawa peralatan yang lengkap dan mematuhi aturan berkemah.

Rama: (Meyakinkan Lina) Jangan khawatir, Lina. Kita akan menjaga lingkungan sekitar kita. Kita tidak akan merusak atau mengotori alam.

Rudi: (Meyakinkan Lina) Jangan ragu, Lina. Kita akan mendapatkan pengalaman yang berharga dan menyenangkan. Kita akan belajar banyak hal dari alam.

Lina: (Tertarik dengan penjelasan Devi, Rama, dan Rudi) Baiklah, kalau begitu aku ikut saja. Tapi kalian harus janji menjagaku ya.

Devi, Rama, dan Rudi: (Berseru) Janji!

Mereka pun berangkat ke hutan belantara dengan membawa tenda, kompor, makanan, minuman, obat-obatan, senter, pisau, korek api, dan barang-barang lain yang dibutuhkan untuk berkemah. Mereka menemukan tempat yang cocok untuk mendirikan tenda di pinggir sungai yang jernih. Mereka pun mulai membuat api unggun dan memasak makanan.

Devi: (Sedang memasak nasi di atas api unggun) Wah, ini pasti enak nih. Nasi hangat dengan lauk ikan bakar yang kita tangkap dari sungai.

Rama: (Sedang memanggang ikan di atas api unggun) Iya nih. Ini pasti lezat banget. Ikan segar dengan bumbu sederhana yang kita bawa dari rumah.

Rudi: (Sedang mengambil air dari sungai untuk minum) Ini juga pasti seger banget. Air sungai yang jernih dan dingin tanpa campuran bahan kimia.

Lina: (Sedang menikmati pemandangan hutan) Ini juga pasti indah banget. Hutan hijau yang rimbun dan asri tanpa polusi udara atau sampah plastik.

Mereka pun makan siang bersama dengan lahap dan ceria. Mereka bercerita tentang hal-hal lucu dan menarik yang mereka alami di sekolah atau di rumah. Mereka tertawa dan bersenda gurau tanpa beban atau masalah.

Devi: (Setelah selesai makan siang) Ah, rasanya puas sekali makan siang di sini. Aku merasa segar dan bugar.

Rama: (Setelah selesai makan siang) Aku juga merasa begitu, Devi. Aku merasa senang dan bahagia.

Rudi: (Setelah selesai makan siang) Aku juga merasa begitu, Devi dan Rama. Aku merasa rileks dan tenang.

Lina: (Setelah selesai makan siang) Aku juga merasa begitu, Devi, Rama, dan Rudi. Aku merasa damai dan bersyukur.

Devi: (Mengusulkan kegiatan selanjutnya) Kalau begitu, bagaimana kalau kita berjalan-jalan di hutan? Kita bisa melihat hewan-hewan dan tanaman-tanaman yang ada di sini.

Rama: (Setuju dengan usulan Devi) Aku setuju, Devi. Aku penasaran dengan hewan-hewan dan tanaman-tanaman yang ada di sini.

Rudi: (Setuju dengan usulan Devi dan Rama) Aku juga setuju, Devi dan Rama. Aku ingin mengenal lebih dekat hewan-hewan dan tanaman-tanaman yang ada di sini.

Lina: (Setuju dengan usulan Devi, Rama, dan Rudi) Aku juga setuju, Devi, Rama, dan Rudi. Aku ingin belajar lebih banyak tentang hewan-hewan dan tanaman-tanaman yang ada di sini.

Mereka pun berjalan-jalan di hutan dengan hati-hati dan penuh rasa ingin tahu. Mereka melihat berbagai macam hewan, seperti burung, monyet, kura-kura, ular, kijang, dan lain-lain. Mereka juga melihat berbagai macam tanaman, seperti pohon, bunga, rumput, jamur, dan lain-lain. Mereka mengagumi keanekaragaman hayati yang ada di hutan.

Devi: (Sedang melihat burung-burung yang berwarna-warni) Wah, lihat itu. Burung-burung yang cantik dan indah. Mereka bersuara merdu dan harmonis.

Rama: (Sedang melihat monyet-monyet yang lincah dan lucu) Wah, lihat itu. Monyet-monyet yang cerdas dan jenaka. Mereka bermain-main dan bergantungan di pohon.

Rudi: (Sedang melihat kura-kura yang lambat tapi sabar) Wah, lihat itu. Kura-kura yang kuat dan bijaksana. Mereka berjalan pelan tapi pasti di tanah.

Lina: (Sedang melihat ular yang licin tapi elegan) Wah, lihat itu. Ular yang anggun dan mempesona. Mereka melata halus tapi gesit di rerumputan.

Mereka pun mengabadikan momen-momen tersebut dengan kamera ponsel mereka. Mereka juga mengambil beberapa sampel tanaman untuk diteliti lebih lanjut di sekolah. Mereka tidak menyakiti atau mengganggu hewan-hewan yang ada di hutan. Mereka juga tidak merobek atau mencabut tanaman-tanaman yang ada di hutan.

Devi: (Setelah selesai berjalan-jalan di hutan) Ah, rasanya senang sekali berjalan-jalan di hutan. Aku merasa kaya dan beruntung.

Rama: (Setelah selesai berjalan-jalan di hutan) Aku juga merasa begitu, Devi. Aku merasa kagum dan terpesona.

Rudi: (Setelah selesai berjalan-jalan di hutan) Aku juga merasa begitu, Devi dan Rama. Aku merasa hormat dan bangga.

Lina: (Setelah selesai berjalan-jalan di hutan) Aku juga merasa begitu, Devi, Rama, dan Rudi. Aku merasa cinta dan sayang.

Devi: (Mengusulkan kegiatan selanjutnya) Kalau begitu, bagaimana kalau kita membersihkan tempat berkemah kita? Kita harus menjaga kebersihan dan keindahan alam ini.

Rama: (Setuju dengan usulan Devi) Aku setuju, Devi. Kita harus bertanggung jawab atas alam ini.

Rudi: (Setuju dengan usulan Devi dan Rama) Aku juga setuju, Devi dan Rama. Kita harus peduli dengan alam ini.

Lina: (Setuju dengan usulan Devi, Rama, dan Rudi) Aku juga setuju, Devi, Rama, dan Rudi. Kita harus melestarikan

18. Contoh teks drama tentang masa depan teknologi dan fiksi ilmiah.

foto: freepik.com

Rina, Putra, Rudi, dan Lina adalah siswa kelas 12 di sebuah sekolah unggulan. Mereka adalah anggota klub robotika yang dipimpin oleh Pak Haji, seorang guru fisika yang juga ahli robot. Mereka sedang berada di laboratorium untuk menyelesaikan proyek akhir mereka, yaitu membuat sebuah mesin waktu.

Rina: (Sedang memeriksa komponen mesin waktu) Ayo, teman-teman. Kita harus segera menyelesaikan proyek ini. Besok kita harus mempresentasikannya di depan dewan juri.

Putra: (Sedang menghubungkan kabel-kabel mesin waktu) Tenang saja, Rina. Kita pasti bisa menyelesaikan proyek ini. Kita sudah bekerja keras selama ini.

Rudi: (Sedang mengatur program mesin waktu) Iya, Rina. Jangan panik. Kita sudah hampir selesai. Tinggal sedikit lagi.

Lina: (Sedang menguji coba mesin waktu) Ya, Rina. Jangan khawatir. Kita sudah berhasil membuat mesin waktu yang bisa membawa kita ke masa depan.

Rina: (Menarik napas) Baiklah, kalau begitu aku percaya sama kalian. Aku harap proyek kita ini berhasil dan mendapat nilai bagus.

Pak Haji: (Masuk ke laboratorium sambil membawa tas ransel) Halo, anak-anak. Bagaimana kabarnya? Apakah proyek kalian sudah selesai?

Rina, Putra, Rudi, dan Lina: (Menyambut Pak Haji) Halo, Pak Haji. Alhamdulillah, proyek kami sudah selesai.

Pak Haji: (Senang mendengar jawaban mereka) Wah, syukurlah. Saya bangga dengan kalian. Kalian adalah siswa-siswa yang cerdas dan berbakat.

Rina: (Meminta pujian Pak Haji) Terima kasih, Pak Haji. Apakah Pak Haji mau melihat proyek kami?

Pak Haji: (Penasaran dengan proyek mereka) Tentu saja. Saya sangat ingin melihat proyek kalian. Apa yang kalian buat?

Putra: (Menjelaskan proyek mereka) Kami membuat sebuah mesin waktu yang bisa membawa kami ke masa depan.

Pak Haji: (Terkejut mendengar penjelasan Putra) Mesin waktu? Yang bisa membawa kalian ke masa depan? Benarkah itu?

Rudi: (Menjelaskan proyek mereka lebih lanjut) Benar sekali, Pak Haji. Kami membuat mesin waktu dengan menggunakan prinsip relativitas Einstein dan teknologi nano.

Lina: (Menjelaskan proyek mereka lebih lanjut lagi) Kami membuat mesin waktu dengan menggunakan sebuah kotak logam yang dilengkapi dengan komputer, sensor, kamera, dan layar sentuh.

Rina: (Menjelaskan proyek mereka lebih lanjut lagi dan lagi) Kami membuat mesin waktu dengan menggunakan sebuah aplikasi yang bisa memilih tahun tujuan perjalanan kami.

Pak Haji: (Terpesona dengan proyek mereka) Subhanallah. Ini luar biasa. Ini luar biasa sekali. Kalian berhasil membuat sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya.

Rina, Putra, Rudi, dan Lina: (bangga dengan pujian Pak Haji) Terima kasih banyak, Pak Haji.

Pak Haji: (Ingin mencoba proyek mereka) Apakah boleh saya mencoba mesin waktu kalian?

Rina, Putra, Rudi, dan Lina: (Setuju dengan permintaan Pak Haji) Tentu saja boleh, Pak Haji.

Mereka pun mempersilakan Pak Haji untuk masuk ke dalam kotak logam yang merupakan mesin waktu mereka. Mereka memberikan instruksi kepada Pak Haji tentang cara mengoperasikan mesin waktu tersebut.

Rina: (Memberikan instruksi kepada Pak Haji) Pak Haji, ini adalah layar sentuh yang bisa Pak Haji gunakan untuk memilih tahun tujuan perjalanan Pak Haji.

Putra: (Memberikan instruksi kepada Pak Haji) Pak Haji, ini adalah sensor yang bisa Pak Haji gunakan untuk mengukur kecepatan, waktu, dan jarak perjalanan Pak Haji.

Rudi: (Memberikan instruksi kepada Pak Haji) Pak Haji, ini adalah kamera yang bisa Pak Haji gunakan untuk merekam dan menyimpan gambar-gambar dari masa depan yang Pak Haji kunjungi.

Lina: (Memberikan instruksi kepada Pak Haji) Pak Haji, ini adalah komputer yang bisa Pak Haji gunakan untuk mengatur dan mengontrol mesin waktu ini.

Pak Haji: (Mengikuti instruksi mereka) Baiklah, anak-anak. Saya mengerti. Saya akan mencoba mesin waktu kalian.

Pak Haji pun memilih tahun 2050 sebagai tujuan perjalanan mesin waktu. Ia menekan tombol start dan mesin waktu pun mulai berfungsi. Kotak logam itu bergetar dan berkedip-kedip. Pak Haji pun merasakan sensasi yang aneh dan menakjubkan.

Pak Haji: (Berteriak) Astaghfirullah. Ini apa? Ini apa?

Rina, Putra, Rudi, dan Lina: (Berteriak) Pak Haji! Pak Haji!

Mereka pun melihat layar sentuh yang menunjukkan bahwa mesin waktu berhasil membawa Pak Haji ke tahun 2050. Mereka juga melihat gambar-gambar dari masa depan yang direkam oleh kamera. Mereka terkejut melihat pemandangan yang sangat berbeda dari masa sekarang.


19. Contoh teks drama tentang kritik sosial.

foto: freepik.com

Tokoh: Pengemis, Penguasa, Narator Latar: Jalan raya di ibu kota

Waktu: Siang hari

Narator: Di sebuah jalan raya yang ramai dan bising, terlihat seorang pengemis tua yang duduk di pinggir trotoar dengan pakaian lusuh dan wajah kotor. Ia memegang sebuah mangkuk kosong dan sesekali meminta-minta kepada para pengendara atau pejalan kaki yang lewat. Di seberang jalan, terlihat sebuah mobil mewah berwarna hitam yang berhenti di lampu merah. Di dalam mobil itu, terdapat seorang penguasa yang sedang bersiap-siap untuk menghadiri sebuah acara penting. Ia mengenakan setelan jas yang rapi dan mahal, serta memakai jam tangan berlian di pergelangan tangannya.

Pengemis: (Menghampiri mobil penguasa) Pak, tolong pak, kasih sedikit uang pak. Saya sudah lama tidak makan pak. Tolong pak, kasihan saya pak.

Penguasa: (Menoleh ke arah pengemis dengan wajah sinis) Apa? Kamu mau uang? Kamu ini siapa? Kamu ini tidak tahu diri ya? Kamu ini pengganggu ketertiban umum. Kamu ini malas dan tidak berguna. Kamu ini beban bagi negara. Kamu ini harusnya diusir dari sini.

Pengemis: (Terkejut dan sedih) Pak, saya tidak bermaksud mengganggu pak. Saya hanya ingin sedikit uang untuk makan pak. Saya tidak punya pekerjaan pak. Saya tidak punya keluarga pak. Saya tidak punya tempat tinggal pak. Saya hanya punya diri saya sendiri pak.

Penguasa: (Marah) Jangan alasan! Jangan mengemis! Jangan mengeluh! Kamu itu harus bekerja keras! Kamu itu harus mandiri! Kamu itu harus berkontribusi! Kamu itu harus bersyukur! Kamu itu harus tahu bahwa negara ini sudah memberi kamu banyak kesempatan!

Pengemis: (Bingung dan takut) Pak, saya tidak mengerti pak. Saya tidak tahu apa-apa pak. Saya tidak pernah mendapat kesempatan pak. Saya tidak pernah merasakan kebaikan negara pak. Saya hanya merasakan kesulitan dan penderitaan pak.

Penguasa: (Menghela nafas) Ah, kamu ini bodoh dan tolol. Kamu ini tidak pantas hidup di negara ini. Kamu ini tidak layak mendapat bantuan dari negara ini. Kamu ini hanya pantas mendapat hukuman dari negara ini.

Narator: Tiba-tiba, lampu hijau menyala dan mobil penguasa melaju kencang meninggalkan pengemis yang masih terdiam di tempatnya dengan wajah muram dan air mata berlinang.

Narator: Inilah gambaran kehidupan di negeri ini, di mana ada jurang pemisah yang sangat dalam antara pengemis dan penguasa, antara miskin dan kaya, antara tertindas dan penindas, antara rakyat dan elit. Inilah kritik sosial yang ingin disampaikan oleh penulis naskah drama ini, yaitu bahwa negara ini belum adil dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya.

20. Contoh teks drama tentang pilihan destinasi liburan.

foto: freepik.com

Liburan Impian Fia, Vera, Reno, Narator Latar: Di rumah Fia Waktu: Malam hari

Narator: Fia, Vera, dan Reno adalah sahabat karib yang sudah lama bermimpi untuk berlibur ke luar negeri. Mereka selalu menabung dan mencari informasi tentang berbagai destinasi wisata yang menarik. Suatu malam, mereka berkumpul di rumah Fia untuk membahas rencana liburan mereka.

Fia: (Membuka laptop) Hai, teman-teman! Ayo, kita lihat-lihat dulu pilihan destinasi liburan kita. Kita sudah punya cukup uang untuk pergi ke mana saja.

Vera: (Senang) Wah, seru nih! Aku pengin banget pergi ke Eropa. Banyak tempat indah dan bersejarah di sana.

Reno: (Setuju) Iya, aku juga mau ke Eropa. Apalagi aku suka sepak bola. Pengin nonton langsung tim-tim favoritku.

Fia: (Ragu) Hmm, Eropa memang bagus sih. Tapi, aku lebih tertarik ke Asia. Banyak budaya dan kuliner yang unik di sana.

Vera: (Heran) Asia? Kok, mau ke Asia? Kan kita sudah tinggal di Asia.

Reno: (Mengejek) Iya, betul. Mungkin Fia mau pergi ke negara tetangga aja. Misalnya Malaysia atau Singapura.

Fia: (Membela diri) Hei, jangan salah. Asia itu luas dan beragam lho. Ada banyak negara yang menarik untuk dikunjungi. Misalnya Jepang, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, dan lain-lain.

Vera: (Tidak yakin) Hmm, aku nggak begitu tertarik sih. Aku lebih suka yang romantis dan klasik.

Reno: (Mengiyakan) Iya, aku juga. Aku lebih suka yang seru dan sporty.

Fia: (Meyakinkan) Teman-teman, percaya deh. Asia itu nggak kalah keren dari Eropa. Banyak hal yang bisa kita lihat dan rasakan di sana. Ayo, kita lihat dulu beberapa contoh destinasi wisata di Asia.

Narator: Fia kemudian membuka situs web yang menampilkan berbagai informasi tentang destinasi wisata di Asia. Ia menunjukkan beberapa gambar dan video yang menarik perhatian Vera dan Reno.

Fia: Lihat ini, teman-teman. Ini adalah Tokyo Skytree, menara tertinggi di Jepang dan kedua di dunia. Kita bisa melihat pemandangan kota Tokyo dari ketinggian 634 meter.

Vera: (Terpesona) Wow, itu keren sekali!

Reno: (Tertarik) Iya, itu pasti seru!

Fia: Lalu ini, ini adalah Jeju Island, pulau terbesar di Korea Selatan yang terkenal dengan keindahan alamnya. Kita bisa melihat gunung berapi, air terjun, pantai, gua, dan taman bunga di sana.

Vera: (Kagum) Wah, itu cantik sekali!

Reno: (Setuju) Iya, itu pasti asyik!

Fia: Dan ini, ini adalah Bangkok, ibu kota Thailand yang memiliki banyak tempat wisata yang menarik. Kita bisa melihat kuil-kuil megah, pasar-pasar apung, museum-museum unik, dan pusat-pusat belanja di sana.

Vera: (Terkesima) Wow, itu hebat sekali!

Reno: (Senang) Iya, itu pasti menyenangkan!

Narator: Rani terus menunjukkan berbagai destinasi wisata lainnya di Asia yang membuat Vera dan Reno semakin tertarik. Mereka kemudian memutuskan untuk berlibur ke Asia bersama-sama.

Narator: Inilah contoh dialog teks drama tentang pilihan destinasi liburan. Dari dialog ini kita bisa belajar bahwa setiap tempat memiliki keunikan dan keindahan tersendiri. Kita harus bersikap terbuka dan mau mengenal berbagai budaya dan tempat yang ada di dunia. Selamat berlibur!

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags