1. Home
  2. »
  3. Serius
3 Agustus 2025 15:35

Sosok Marsma TNI Fajar Adriyanto, mantan Kadispen AU yang gugur dalam insiden pesawat jatuh di Bogor

Pesawat TNI AU jatuh di Bogor, pilot Marsma Fajar Adrianto gugur. Editor
foto: Liputan6.com

Minggu, 3 Agustus, sebuah pesawat latih milik TNI Angkatan Udara mengalami kecelakaan di Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Dalam insiden tragis ini, pilot yang bernama Marsma TNI Fajar Adrianto dilaporkan gugur.

Menurut Kadispen AU, Marsekal Pertama (Marsma) TNI I Nyoman Suadnyana, Fajar dikenal sebagai mantan kepala dinas penerangan TNI AU dan merupakan penerbang aktif di Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).

BACA JUGA :
Analisis sains penyebab pesawat Batik Air mendarat miring, hujan dan angin kencang jadi faktor utama


Nyoman menjelaskan bahwa insiden ini juga menyebabkan satu pilot lainnya, Bapak Roni, mengalami luka berat dan saat ini sedang dalam perawatan intensif. "Satu lagi pilotnya Bapak Roni masih dirawat luka berat sampai saat ini masih pemulihan sudah ditangani," ungkap Nyoman.

Detik-Detik Pesawat Jatuh

TNI AU menyatakan duka cita atas gugurnya Marsma TNI Fajar Adriyanto dalam kecelakaan pesawat latih sipil Quicksilver GT500 di Desa Benteng Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI I Nyoman Suadnyana menyampaikan bahwa pesawat dengan nomor registrasi PK-S126 milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) itu lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pukul 09.08 WIB.

BACA JUGA :
Viral video pesawat Batik Air mendarat miring di Soekarno-Hatta, ini penyebabnya

“Latihan ini bagian dari pembinaan dan pemeliharaan kemampuan personel FASI yang berada di bawah binaan TNI AU,” kata Suadnyana dalam keterangannya diterima di Bogor, Minggu, seperti dikutip dari Antaranews, Minggu (3/8).

Sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat kehilangan kontak dan ditemukan jatuh di sekitar TPU Astana, Ciampea. Marsma TNI Fajar bertindak sebagai pilot, sementara Sdr. Roni sebagai co-pilot.

Kedua awak langsung dievakuasi ke RSAU dr. M. Hassan Toto. Namun, Marsma TNI Fajar dinyatakan meninggal dunia setibanya di rumah sakit. Pesawat disebut dalam kondisi laik terbang dan mengantongi izin terbang resmi.

“Penerbangan telah dilengkapi dengan SIT nomor SIT/1484/VIII/2025 dan merupakan sortie kedua hari itu,” kata Suadnyana.

TNI AU bersama aparat terkait telah mengevakuasi korban dan mengamankan lokasi kejadian. Jenazah saat ini berada di RSAU Lanud Atang Sendjaja untuk prosesi lebih lanjut.

Marsma TNI Fajar merupakan lulusan AAU 1992 dan penerbang tempur F-16 dengan call sign “Red Wolf”. Ia pernah menjabat Danlanud Manuhua, Kadispen AU, Kapuspotdirga, hingga Kapoksahli Kodiklatau.

“Atas nama keluarga besar TNI AU, kami menyampaikan rasa duka cita yang mendalam. Semangat dan pengabdian beliau akan jadi inspirasi bagi generasi penerus,” ujar Suadnyana.

Profil Marsekal Pertama TNI Fajar Adrianto

Marsekal Pertama TNI Fajar Adrianto sendiri merupakan perwira tinggi TNI AU kelahiran 20 Juni 1970. Dirinya merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1992 dan menjadi penerbang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon yang memiliki callsign 'Red Wolf'.

Alumni SMAN 1 Malang itu juga pernah mengemban jabatan sebagai komandan Skadron 3 Lanud Iswahyudi dari tahun 2007 - 2010, Komandan Pangkalan TNI AU (Lanud) Manuhua, Biak, pada 8 Oktober 2017 hingga 6 Mei 2019, dan Kepala Dinas Penerangan TNI AU dari 6 Mei 2019 hingga 18 November 2020.

Fajar menjadi salah satu pelaku sejarah peristiwa terjadinya duel tempur pesawat-pesawat F-16 TNI AU dengan pesawat-pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Udara Amerika Serikat yang terjadi di wilayah udara Pulau Bawean pada 2003 silam.

Penghargaan yang Pernah Diterima

Fajar diketahui menempuh pendidikan Pascasarjana di Universitas Pertahanan Indonesia, program studi Disaster Management for National Security. Dalam masa pendidikan tersebut, ia pernah mendapatkan sertifikat dan brevet 'Tanggap Tangkas Tangguh' yang diberikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kala itu, Syamsul Ma'arif, dan menjadi satu-satu perwakilan TNI yang menerimanya. Tesis Fajar yang berjudul 'Pengerahan Kekuatan Udara (Air Power) dalam Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana di daerah Terpencil', menjadi tesis terbaik di kampusnya.

Source: liputan6.com / Yacob Billiocta
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang dengan bantuan Artificial Intelligence dengan pemeriksaan dan kurasi oleh Editorial.

SHARE NOW
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags