1. Home
  2. »
  3. Serius
30 Juni 2025 11:30

Rating hutan Amazon anjlok di Google Maps, ini fakta di baliknya

Terjadi perang rating yang cukup menyita perhatian, dampak dari insiden Gunung Rinjani. Lola Lolita
foto: Ilustrasi foto by AI/Meta

Brilio.net - Siapa sangka, hutan Amazon—yang selama ini dikenal sebagai paru-paru dunia—mendadak jadi sorotan netizen Indonesia. Bukan karena keindahan atau kekayaan hayatinya, melainkan karena ratingnya yang tiba-tiba anjlok di Google Maps. Dalam waktu singkat, kolom ulasan Hutan Amazon dipenuhi bintang satu, lengkap dengan komentar-komentar satir dan lucu khas netizen Tanah Air.

Fenomena ini bukan tanpa sebab. Aksi “serbu” rating ini muncul sebagai respons atas hujan bintang satu yang sebelumnya menimpa Gunung Rinjani di NTB. Insiden tragis meninggalnya pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Rinjani memicu kemarahan netizen Brasil. Mereka meluapkan kekecewaan dengan memberikan rating buruk dan komentar pedas pada Google Maps Gunung Rinjani. Tak terima, netizen Indonesia pun melakukan “serangan balik” ke destinasi ikonik Brasil: Hutan Amazon.

BACA JUGA :
5 Fakta hasil autopsi Juliana Marins turis Brasil tewas di Rinjani, meninggal 20 menit usai jatuh


Yang bikin geleng kepala, komentar-komentar yang bermunculan di Google Maps Hutan Amazon sangat beragam—mulai dari sindiran, humor, hingga peringatan “jangan datang ke sini, banyak anakonda dan ular siluman”, hingga “banyak nyamuk, hutannya menyeramkan”. Dalam waktu kurang dari sehari, rating Hutan Amazon sempat turun ke angka 4,0 dari lebih 12.000 ulasan, dengan mayoritas komentar baru berbahasa Indonesia.

Fakta menarik di balik aksi balas-balasan rating

1. Aksi ini bermula dari tragedi di Gunung Rinjani

Juliana Marins, pendaki asal Brasil, tewas setelah terjatuh di Rinjani. Proses evakuasi yang dinilai lambat oleh netizen Brasil memicu protes digital berupa serbuan rating satu ke Gunung Rinjani di Google Maps.

BACA JUGA :
Pendaki Malaysia tergelincir di Gunung Rinjani setelah insiden turis Brasil, begini kondisinya

2. Serangan balik netizen Indonesia

Tidak terima, netizen Indonesia membalas dengan menyerbu Hutan Amazon di Google Maps, memberikan rating satu dan komentar bernada sarkastik atau bercanda.

3. Dampak pada citra wisata

Meski aksi ini viral dan jadi bahan perbincangan hangat, perang rating semacam ini bisa berdampak negatif pada citra destinasi wisata kedua negara yang sebenarnya tidak terkait langsung dengan insiden tersebut.

4. Fenomena digital baru

Peristiwa ini menyoroti bagaimana media sosial dan platform ulasan daring kini sering dijadikan “arena protes” oleh warganet lintas negara, bukan hanya untuk berbagi pengalaman, tapi juga untuk mengekspresikan solidaritas atau bahkan kemarahan kolektif.

Mengenal Hutan Amazon: Paru-paru dunia yang diserbu netizen

- Hutan Amazon adalah hutan hujan tropis terbesar di dunia, mencakup sekitar 5,5 juta kilometer persegi dan tersebar di sembilan negara, dengan 60% wilayahnya berada di Brasil.

- Dikenal sebagai “paru-paru dunia” karena perannya dalam menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen, kawasan ini menjadi rumah bagi jutaan spesies flora dan fauna unik.

- Ironisnya, di tengah perannya yang vital bagi bumi, Hutan Amazon kini justru jadi korban “perang rating” digital akibat insiden yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kelestarian alamnya.

Kenapa perang rating bisa terjadi?

- Solidaritas digital: Netizen kini mudah bersatu dalam aksi kolektif di dunia maya, baik untuk membela negara, komunitas, atau sekadar menunjukkan kekesalan.

- Efek viral dan humor: Gaya komentar netizen Indonesia yang kreatif dan kocak membuat fenomena ini cepat viral dan menarik perhatian publik, bahkan media internasional.

- Platform terbuka: Google Maps dan media sosial memungkinkan siapa saja meninggalkan ulasan, sehingga mudah dimanfaatkan untuk aksi protes massal.

SHARE NOW
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags