Presiden Prabowo Subianto berpidato di Gedung MPR-DPR pada Jumat (15/8). Prabowo Subianto mengungkapkan sejumlah pencapaian membanggakan yang diraih Indonesia. Salah satu pencapaian tersebut adalah penurunan tingkat kemiskinan yang kini berada di angka 8,47%, terendah dalam sejarah.
"Hasilnya bisa kita rasakan saat ini, ekonomi triwulan II 2025 tumbuh 5,12 persen year on year, meningkat dari triwulan I (2025) yang hanya 4,87 persen," ungkap Prabowo saat menyampaikan RUU APBN 2026 dan Nota Keuangan pada Sidang Paripurna DPR RI di Jakarta, Jumat (15/8).
BACA JUGA :
Tujuan kemerdekaan RI versi Prabowo Subianto: Bebas dari kemiskinan dan penderitaan
Prabowo mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,97 persen. Selain itu, ekspor juga mengalami pertumbuhan sebesar 10,67 persen, berkat nilai tambah hilirisasi yang meningkatkan kinerja ekspor nasional.
"Kondisi ekonomi yang kuat ini mendukung kesejahteraan rakyat, dengan tingkat pengangguran turun menjadi 4,76 persen pada Februari 2025, dari 4,82 persen tahun lalu, dan 3,6 juta lapangan kerja baru berhasil diciptakan," tambahnya.
Lebih dari itu, Prabowo juga menyampaikan bahwa angka kemiskinan berhasil ditekan menjadi 8,47 persen, yang merupakan angka terendah dalam sejarah. "Pemerintah bekerja keras untuk menjaga inflasi tetap rendah di kisaran 2,4 persen, sehingga daya beli masyarakat, terutama yang kurang mampu, tetap terjaga," tegasnya.
BACA JUGA :
HUT ke-80 RI: Warga diminta berdiri tegap dan hentikan aktivitas 3 menit mulai jam 10.17
Dalam berita sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2025 mencapai 5,12 persen.
Capaian ini menunjukkan bahwa perekonomian nasional masih berada di jalur yang positif dan sesuai dengan target pemerintah.
"Kalau kita lihat, ekonomi kita masih solid dan rencana kita semester kedua menargetkan pertumbuhan di angka 5,2 persen, yang bisa dicapai. Namun, alhamdulillah, kita kembali ke jalur 5 persen, yaitu di 5,12 persen," kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/8).
Airlangga juga menyebutkan bahwa target pertumbuhan ekonomi semester II tahun ini berada di angka 5,2 persen dan masih memungkinkan untuk dicapai, mengingat pertumbuhan ekonomi triwulan II yang mencapai 5,12 persen.
Lebih lanjut, Airlangga menegaskan bahwa kinerja ekonomi Indonesia cukup mengesankan dibandingkan dengan negara lain, hanya sedikit di bawah China yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,2 persen pada periode yang sama.
Secara global, pertumbuhan ekonomi negara-negara besar relatif lebih rendah. Amerika Serikat hanya mencatat pertumbuhan 2 persen, sementara Korea Selatan juga tumbuh lambat. Di kawasan ASEAN, Indonesia unggul dibandingkan Malaysia dan Singapura yang mencatat pertumbuhan lebih rendah.
"Dengan demikian, di antara negara G20 dan ASEAN, kita adalah salah satu yang tertinggi," ujarnya.
Adapun pertumbuhan ekonomi secara regional juga menunjukkan tren positif. Menurut Airlangga, hampir seluruh wilayah Indonesia mengalami pertumbuhan pada kuartal kedua tahun ini. Jawa sebagai pusat ekonomi nasional tumbuh sebesar 5,24 persen, sementara Sumatera mencatat pertumbuhan 4,98 persen.
Wilayah Sulawesi menjadi yang tertinggi dengan pertumbuhan mencapai 5,83 persen, Kalimantan juga tumbuh solid sebesar 4,95 persen, sementara Bali-Nusa Tenggara tumbuh 3,73 persen. Namun, pertumbuhan di kawasan timur Indonesia seperti Maluku dan Papua masih terbatas, hanya 3,3 persen.
"Nah, jika kita lihat di triwulan II-2025 secara regional tumbuh positif, kita lihat di Sumatera 4,98 persen, Jawa 5,24 persen, Bali 3,73 persen, kemudian Kalimantan 4,95%, Sulawesi 5,83 persen, dan Maluku-Papua 3,3 persen," ujarnya.