1. Home
  2. ยป
  3. News
12 Desember 2015 10:05

Di rumah kecil pelosok desa ini berkumpul bule berbagai negara

Dinamakan Rumah Kodok. Fadila Adelin

Brilio.net - Omah Kodok atau Frog House yang terletak di Pedukuhan Gesik, Dusun Kalipucang, Kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini sungguh unik. Semua konstruksi bangunan rumah yang menempati area seluas 200 m x 200 m ini terdiri dari bambu dan kayu.

Dinding bangunan di kompleks ini hampir seluruhnya terbuat dari anyaman bambu dan tripleks. Demikian pun dengan dapur dan bangunan panggungnya. Bahkan juga bangunan untuk tempat pertunjukan serta ruang tamunya. Ruang studio pun terbuat dari bambu. Terkesan semuanya apa adanya, lugu, dan terbuka. Namun yang lebih unik adalah rumah di pelosok desa tersebut ternyata adalah tempat berkumpulnya puluhan bule dari berbagai negara.

BACA JUGA :
Desainer Indonesia ini bikin heboh dunia dengan karya uniknya, super!


Bagus 'Bagonk' Prabowo (34) pemilik Frog House menceritakan kepada brilio.net Kamis (11/12), tepatnya tiga tahun yang lalu dia membangun rumah tersebut karena ingin menciptakan sebuah ruang dengan estetika tanpa batas. Bagi Bege, sapaan akrabnya, konsepsi rumah terbuka yang berbasis komunitas ini juga bisa dikatakan sebagai rumah bergerak. Artinya, pemajangan atau pemasangan benda atau elemen sebagai unsur pembentuknya bisa berubah setiap saat.

"Kenapa dinamakan Frog House atau Rumah Kodok? Karena konsepnya menyatu dengan alam seperti tempat tinggal kodok," ujar Bege.

BACA JUGA :
Wawan Geni, seniman antimainstream melukis pakai obat nyamuk, top!

Lalu bagaimana awalnya Frog House jadi tempat berkumpulnya para bule? Hal itu dimulai ketika Frog House berkembang menjadi sebuah komunitas dengan anggota pemuda dari berbagai kalangan khususnya mahasiswa seni.

"Sebenarnya saya membuat ini tadinya tidak ditujukan untuk para bule, namun lama kelamaan banyak mahasiswa Indonesia yang mengajak para mahasiswa asing ini datang ke sini. Lama kelamaan pun menyebar hingga akhirnya banyak puluhan bule yang sedang belajar di Indonesia berkumpul di sini," terang alumni Jurusan Kriya ISI Yogyakarta ini.

Frog House pun menjadi sebuah tempat cross culture, tidak ada batasan budaya di sana. Semua bebas untuk bercengkerama di tempat ini. Estetika sederhana dari Frog House akhirnya memang berkembang dalam program-program kegiatannya. Beberapa program yang dijalankannya di antaranya adalah Rebo Resik, Movie Night, Cerita Berbagi Karya, workshop, dan lain-lain.

"Bule juga lebih nyaman, karena mereka mencari ketenangan di desa seperti ini. Setiap malam mereka berkumpul, kadang perform musik, kadang berbagi cerita. Baik para bule dan pemuda lokal jadi bisa saling sharing tanpa ada batasan budaya dan agama, semuanya penuh toleransi dan banyak belajar," pungkas Bege

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags