1. Home
  2. ยป
  3. Jalan-Jalan
28 Oktober 2022 19:24

Fuk Ling Miau, kelenteng khas Cina-Jawa di Yogyakarta

Bangunan fisik Kelenteng Fuk Ling Miau merupakan kombinasi arsitektur dari Cina dan Jawa. Brilio.net
foto: brilio.net/Ricka Milla Suatin

Brilio.net - Kelenteng biasanya merupakan tempat beribadah orang Tionghoa terutama bagi yang beragama Konghucu dan Buddha. Banyak orang yang mengetahui bahwa Konghucu adalah sebuah kepercayaan. Padahal, Konghucu telah diresmikan oleh Indonesia sebagai agama melalui Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000.

Salah satu kelenteng yang terkenal dan banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah Kelenteng Fuk Ling Miau. Berlokasi di Gondoman, Kota Yogyakarta, Kelenteng Fuk Ling Miau merupakan warisan budaya Yogyakarta pada 15 April 1999 dengan kategori tempat ibadah dari 10 bangunan cagar budaya Yogyakarta lainnya.

BACA JUGA :
Hotel Tugu Jogja, bangunan megah bersejarah yang kini mangkrak


foto: brilio.net/Ricka Milla Suatin

"Kelenteng Fuk Ling Miau lebih dikenal dengan sebutan Kelenteng Gedomanan. Dibuat pada tahun 1846, dulunya Kelenteng Fuk Ling Miau adalah sebuah rumah buatan masyarakat Cina di Jogja dan kelenteng ini juga diberikan kepada permaisuri dari Sri Sultan Hamengkubuwono II yang merupakan keturunan Cina", ujar Bik Ming Kelenteng Fuk Ling Miau saat diwawancari brilio.net pada Jumat (28/10).

BACA JUGA :
Makam Raja Mataram Kotagede, sejarah dan bangunan yang unik

Fuk Ling Miau memiliki arti kelenteng tiada tara. Diambil dari kata 'fuk' berarti berkah, 'ling' berarti tiada tara, dan 'miau' berarti kelenteng. Bangunan fisik Kelenteng Fuk Ling Miau merupakan kombinasi arsitektur dari Cina dan Jawa.

Nuansa Cina didapat dari tulisan, patung dewa, dan gambaran alam daerah Cina. Sedangkan nuansa Jawa didapat dari bagian atap sumur langit. Ciri khas kelenteng ini terdapat pada keberadaaan sepasang naga langit yang menghadap mutiara api serta cat warna merah kuning simbol dari keharmonisan.

foto: brilio.net/Ricka Milla Suatin

Satu hal yang menarik dari Kelenteng Fuk Ling Miau dan tidak dapat ditemukan di tempat lain adalah kelenteng ini terbagi menjadi tiga tempat peribadahan. Pertama, yakni untuk umat beragama Konghucu. Kemudian di bagian belakang terdapat viharra Buddha Prabha untuk umat beragama Buddha. Terakhir di bagian samping terdapat ruangan khusus untuk umat yang menganut Taoisme atau agama Tao.

foto: brilio.net/Ricka Milla Suatin

Kelenteng yang telah berusia lebih dari 200 tahun ini tetap terjaga kelestarian bangunannya walaupun sering dijadikan tempat berkunjung wisatawan lokal maupun mancanegara. Hal ini tak terlepas dari jasa para petugas yang rajin merawat dan menjaga kebersihan.

Berkat dedikasi dan usaha para pengurus, kelenteng ini pun dikategorikan sebagai tempat ibadah warisan budaya Yogyakarta. Tak heran, banyak orang Cina serta Taiwan yang jauh-jauh ke Yogyakarta untuk beribadah di Kelenteng Fuk Ling Miau.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags