Baru-baru ini, dunia dikejutkan oleh berita duka dari Juliana Marins, seorang turis asal Brasil berusia 26 tahun, yang ditemukan tewas setelah terjatuh ke jurang saat mendaki Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebelum insiden tragis ini terjadi, Juliana sempat mengirimkan pesan teks yang sangat menyentuh kepada ibunya.
Dalam pesan yang dikutip dari People, Juliana mengungkapkan betapa besar cintanya kepada keluarganya. "Mami, aku sangat mencintaimu. Aku patah hati saat kita berpisah," tulisnya.
BACA JUGA :
Pendaki Malaysia tergelincir di Gunung Rinjani setelah insiden turis Brasil, begini kondisinya
Pesan ini menunjukkan betapa pentingnya keluarga baginya, dan bahwa ia tidak takut menghadapi apapun dalam hidupnya.
"Yang paling aku khawatirkan adalah mengecewakanmu, papi, atau adikku. Selain itu, aku tidak takut pada banyak hal, apalagi masalah," lanjutnya.
Juliana juga menegaskan bahwa ia dibesarkan oleh seorang ibu yang kuat dan berani, yang selalu mengajarinya untuk mengejar impian. Di akhir pesan, Juliana mengekspresikan rasa syukurnya
BACA JUGA :
5 Fakta hasil autopsi Juliana Marins turis Brasil tewas di Rinjani, meninggal 20 menit usai jatuh
"Saya sangat mencintai kalian semua! Dan saya akan selalu berterima kasih atas semua dukungan, perhatian, dan kasih sayang. Itulah yang membuat saya tidak takut." Pesan ini menjadi pengingat akan cinta yang mendalam antara Juliana dan keluarganya.
Tragisnya, pada pagi hari 21 Juni 2025, Juliana jatuh dari tebing di sekitar Cemara Nunggal saat dalam perjalanan menuju puncak Gunung Rinjani. Tim penyelamat berusaha keras untuk mengevakuasinya, namun cuaca buruk dan medan yang berbahaya membuat upaya tersebut sangat sulit. Pada 24 Juni, pihak berwenang mengumumkan bahwa jenazahnya telah ditemukan setelah pencarian yang melelahkan.
Setelah kematiannya, keluarga Juliana mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap tim penyelamat, menuduh adanya kelalaian dalam upaya penyelamatan. Mereka percaya bahwa jika tim penyelamat dapat mencapai Juliana lebih cepat, mungkin ia masih bisa diselamatkan.
"Juliana pantas mendapatkan yang lebih! Sekarang kami akan mencari keadilan untuknya," tegas keluarga dalam sebuah pernyataan.
Jenazah Juliana akhirnya dipulangkan ke kampung halamannya di Brasil. Proses pemulangan dilakukan dengan koordinasi yang baik, dan dijadwalkan berangkat pada 1 Juli 2025. Insiden ini tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga memicu reaksi dari pemerintah Brasil dan Indonesia, serta masyarakat luas yang merasa kehilangan.