Brilio.net - Tak sedikit pun terlintas di benak Dian Syarief (50) bahwa hidupnya berubah saat bintik-bintik merah itu muncul di tubuhnya. Suatu hari di bulan Ramadan tahun 1999, bermula dari gejala-gejala yang dianggap Dian sebagai gejala penyakit biasa, barulah Dian tersadar akan hadirnya penyakit ganas yang bersarang dalam tubuhnya. Padahal saat itu hidup Dian sedang berada di puncak kebahagiaan dan kariernya sedang cemerlang.

Melihat bintik merah tersebut, wanita asli Bandung itu kemudian bersama suaminya Eko Priyo Pratomo memeriksakan diri ke dokter kulit. Namun dokter berkata itu bukanlah penyakit biasa dan menyarankan Dian untuk memeriksakan diri di Laboratorium. Tak disangka trombosit Dian turun drastis, saat itu Dian menyangka dirinya terserang demam berdarah.

"Saya awalnya awam dengan apa itu penyakit Lupus, saya cari tahu ternyata itu adalah penyakit yang membuat sistem imun tubuh kita berbalik menyerang bukannya malah melindungi," ujar Dian saat dihubungi brilio.net, Rabu (3/9).

Untuk menaikkan kadar trombosit dalam darahnya, Dian mengonsumsi sejenis tablet sebanyak 20 butir sehari. Namun, efek samping dari obat tersebut cukup membuat Dian merana. Kulit keriput, sariawan parah di bibir, wajah membengkak dan lain sebagainya. Penyakit yang bernama lengkap Systemic Lupus Erythematosus (SLE) ini juga menyebabkan penglihatan matanya semakin berkurang.

"Jenis penyakit Lupus yang saya alami menyerang darah, dan akibatnya juga terkena pada penglihatan mata saya yang tinggal lima persen. Oleh sebab itu saya terpaksa harus berhenti bekerja," lanjut Dian yang sejak itu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menjalani berbagai pengobatan.

Berbagai pengobatan pun telah dilakukan Dian baik di dalam maupun di luar negeri. Di Singapura saja, dia sudah menjalani setidaknya enam kali operasi pada bagian kepalanya dalam kurun waktu hanya sebulan. Wanita alumni Fakultas Farmasi ITB tersebut mengaku bahkan telah menjalani total 17 kali operasi.

Penderitaan Dian tidak hanya sampai di situ saja, sungguh merupakan suatu cobaan yang teramat berat bagi Dian setelah mengidap penyakit Lupus. Bagian demi bagian tubuhnya mengalami akibat buruk dari penyakit tersebut. Salah satunya adalah ketika rahimnya harus diangkat karena mengalami perdarahan terus menerus.

Kehilangan sesuatu yang membuatnya sebagai wanita sejati tentu menimbulkan kesedihan teramat dalam bagi Dian. Tak mampu menghadirkan buah hati dalam pernikahannya dengan Eko memang menimbulkan kekhawatiran nantinya sang suami akan berpaling.

"Beruntung saya memiliki Mas Eko, padahal saat itu saya sudah merelakan suami saya untuk menikah lagi agar memiliki keturunan. Tapi ditolak olehnya, Mas Eko tetap setia mendampingi saya," ucap Dian yang juga merasa sangat beruntung karena seluruh keluarganya selalu mendukungnya.

Tidak ingin hancur dengan keterpurukan, bukannya menyerah Dian justru tersadar bahwa di Indonesia ini pasti tidak hanya dirinya yang terkena penyakit Lupus.

Dia bersama suaminya kemudian membentuk yayasan yang diberi nama Syamsi Dhuha Foundation (SDF) yang bertujuan memberikan sosialisasi terhadap lupus kepada masyarakat, karena sebagian orang masih awam dengan penyakit tersebut.

Selain menyebarkan informasi, keberadaan SDF juga dimaksudkan sebagai kelompok dukungan bagi penyandang lupus di berbagai daerah lain. Orang yang hidup dengan lupus atau odapus juga harus mendapat pendampingan medis yang memadai.