Brilio.net - Kondisi terbatasnya buku bacaan yang ada dijual di daerah terpencil di Indonesia menjadi tantangan bagi dunia pendidikan.  Survei yang dilakukan oleh organisasi pendidikan PBB United Nations Educational, Science and Culture Organization (UNESCO) memaparkan hasil survei yang dilakukan di 39 negara di dunia.

Hasilnya cukup mengejutkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang minat bacanya paling rendah di ASEAN. Hal ini bisa diakibatkan karena minimnya fasilitas perpustakaan dan mahalnya biaya distribusi buku ke Indonesia bagian timur. Alasan inilah yang mendorong dirintisnya komunitas buku bagi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Buku Bagi NTT (BBNTT) adalah inisiatif sosial yang mengajak banyak orang peduli pendidikan Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui donasi buku. Gerakan NTT Cinta Baca berupaya untuk membangun dan mengembangkan rumah atau taman baca serta perpustakaan tingkat kampung. Gerakan ini diprakarsaioleh aktor-aktor lokal (Local Heroes) di pelosok NTT.

"BBNTT mengajak semua pihak, individu maupun institusi, yang peduli pada pendidikan NTT, untuk berpartisipasi dalam gerakan ini baik dengan menjadi relawan pengumpul buku, donatur buku, ataupun penggerak rumah baca di kampung-kampung di NTT," jelas Agatha Mayasari kepada brilio.net, Rabu (2/9).

Buku dikumpulkan dari masyarakat atau donatur kemudian dikirimkan kepada rumah baca ataupun relawan yang bergerak di bidang pendidikan dan sedang berdomisili di NTT. Ada sekitar 30 rumah baca yang telah dibantu oleh BBNTT antara lain taman baca Namu Angu di Sumba Timur yang dikelola oleh Gerakan Pemuda Sumba, rumah belajar yang  dikelola oleh Herlin Day Mapar, di Kelurahan Prailiu, Waingapu, Sumba Timur, Rumah Baca Peka Oli di Waingapu, rumah baca M2M di Kupang, rumah baca Bintang United di Ende, rumah baca Balai Center Labuan Bajo dan lain-lain.

"Sementara total buku seluruhnya yang ditargetkan akan dikirim ada sekitar 10.000 buku, 3200 buku untuk 15 rumah baca untuk wilayah Flores-Alor-Lembata, kemudian 1000 buku untuk dua rumah baca untuk wilayah Sumba, serta 3300 buku untuk enam rumah baca untuk wilayah Timor-Rote-Sabu," lanjut Agatha.

Masyarakat cukup positif menyambut kehadiran BBNTT. Bisa dilihat langsung bagaimana antusiasme masyarakat di media sosial seperti facebook dan twitter. Komunitas ini membuat anak-anak yang ada di NTT lebih semangat dalam membaca. Selain itu masyarakat sekitar pun merasa senang dengan keberadaan buku-buku yang beragam, sehingga kesenjangan ilmu pengetahuan bisa diminimalisir.

"Harapannya dapat menyatukan semangat kepedulian terhadap sesama dan memberikan solusi terhadap permasalahan keterbatasan buku di daerah," tandas Agatha.